Kairo, CNN Indonesia -- Air berwarna biru muda di Sinai Timur seharusnya mudah dijual karena pengunjung bsia menikmati terumbu karang yang dipenuhi oleh beragam satwa air .
Wisatawan juga bisa memilih tempat berjemur di sepanjang pantai yang masih dan makan malam hasil tangkapan nelayan hari itu.
Semua ini bisa dilakukan dengan harga yang jauh lebih murah jika dibandingkan dengan berlibur di tempat peristirahatan Eropa, misalnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi bagi Khaled, pemilik satu tempat liburan, surga itu hampir hilang.
“Banyak terjadi perampokan di jalan dan juga penculikan di wilayah ini — situasinya mirip seperti Wild West,” ujar pemilik hotel yang meminta namanya diubah untuk menghindari aksi balas dendam dari penjahat di sana.
Setelah revolusi 2011, kelompok perlawanan mendirikan satu basis kuat di Sinai, dan peningkatan gelombang kekerasan membuat wilayah itu menjadi daerah yang terlalu berbahaya untuk dikunjungi wisatawan.
Dan situasi ini telah terjadi sebelum pesawat Metrojet bernomor penerbangan 9268 jatuh di dekat Sharm el Sheikh.
Khaled mengatakan pemesanan kamar sekarang sekitar setengah dari tingkat pemesanan di peride sebelum revolusi. Dan sebagian besar dari pengunjung itu adalah wisatawan lokal yang hanya tinggal beberapa hari, sementara wisatawan asing menolak datang.
Dia mengeluh di tengah kelesuan bisnis pariwisata ini, pemerintah Mesir malah menaikkan biaya mendapatkan visa wisata dan melarang wisata safari.
Khaled belum mau menyerah, tetapi pertanyaan mengenai masa depannya semakin tidak menentu.
“Kami menunggu berita bagus tetapi tidak pernah ada,” kata Khaled. “Mungkin Mesir sudah hilang.”
Kerajaan yang Hampir HilangJika gambaran di Sinai begitu kelam, situasi ini mulai dirasakan oleh hampir seluruh wilayah Mesir.
 Kekayaan alam bawah laut di Sharm el Sheikh merupakan salah satu daya tarik Mesir yang kini ditinggalkan wisatawan. (Getty Images/Ed Giles) |
Secara tradisional Mesir adalah raja pariwisata, dengan begitu banyak daya tarik wisata yang kuat mulai dari Piramida Giza hingga Lembah Raja-Raja.
Industri pariwisata sangat penting bagi perekonomian negara itu yang lebih luas, karena lebih dari 10 persen lapangan kerja di Mesir terkait dengan pariwisata.
Data PBB menunjukkan, jumlah pengunjung naik dengan tetap hingga 2010, ketika itu 14,7 juta wisatawan asing berkunjung ke Mesir dengan mengucurkan dana sebesar US$13,6 miliar ke perekonomian negara ini.
Tetapi revousi pada 2011 memicu satu trend yang berlawanan dan insiden-insiden yang terjadi setelah revolusi ini meredam perbaikan industri pariwisata Mesir.
Pada 2013, sektor pariwisata hanya menyumbang pemasukan US$6,7 miliar, setengah dari pemasukan di puncak kejayaan industri ini pada 2010.
Menteri Pariwisata Mesir Hisham Zaazou mengeluh “tahun terburuk dalam sejarah modern,” karena tingkat hunian hotel turun hingga hampir mendekati kosong, dan pengunjung menggambarkan suasana kelam ketika berkunjung ke monumen-monumen terkenal yang terisolasi.
Krisis ini memicu reaksi besar-besaran dari Kementerian Pariwisata Mesir yang baru saja mengumumkan rencana tiga langkah yang pada akhirnya bisa memanggil kembali wisatawan.
Langkah itu adalah serangan pemasaran di daring, memperluas jaringan penerbangan internasional Mesir dan bekerja sama dengan operator pariwisata untuk membuat penawaran yang lebih menarik dan lebih murah.
Sementara kampanye ini membuat sejumlah kalangan merasa lega, tingkat tantangan bagi Mesir tergambar jelas pada 31 Oktober.
Itu adalah hari pertama promosi besar-besaran #thisisegypt diluncurkan, namun Pesawat Metrojet 9268 jatuh yang memicu penerbangan dari Rusia dan Inggris - dua sasaran pasar pariwisata Mesir terbesar, membatalkan penerbangan mereka.
Ketika #thisisegypt akhirnya diluncurkan pada 10 Desember, upaya ini gagal viral karena internet bersatu mengecam pemerintah Mesir.
Jalan PanjangMasa depannya tampak kelam, tetapi pariwisata Mesir sebelumnya pernah bangkit dari bencana.
Sebanyak 62 orang, 58 diantaranya wisatawan asing, tewas dalam pembantaian Luxon pada 1997. Pengeboman Sharm el Sheikh pada 2005 menewaskan 88 orang. Setelah dua insiden ini, jumlah wisatawan dengan cepat kembali normal.
David Scowsill, CEO Dewan Pariwisata dan Perjalanan Dunia, mengatakan situasinya kali ini mungkin lebih sulit.
“Ketika serangan-serangan itu terjadi, komunikasi dengan pemerintah di hari-hari sesudahnya sangat penting. Tujuannya adalah memberi kabar terkait kejadian tersebut,” kata Scowshill.
“Beberapa hari setelah pesawat Rusia jatuh, tidak seorang pun yang tahu alasannya.”
Dia yakin minimnya kejelasan membuat maskapai penerbangan memutuskan untuk menjauhi Mesir dalam beberapa waktu ke depan.
“Saat ini masih banyak pertanyaan terkait keamanan dan sebelum mereka menjawabnya, proses perbaikan tidak akan bisa dimulai,” kata Scowshill.
 Kuil Karnak di Luxor Mesir yang indah seakan dikalahkan oleh situasi keamanan Mesir yang belum kembali seperti sebelum revolusi 2011. |
“Anda harus mengembalikan rasa percaya diri, dorong maskapai penerbangan terbang kembali, dan membuat satu upaya pemasaran besar-besaran dari sektor swasta dan pemerintah agar wisatawan kembali.”
Scowsill berpendapat, bertolak belakang dengan insiden serangan di Paris baru-baru ini, Mesir akan terkena dampak dari pandangan bahwa wisatawan merupakan sasaran serangan.
Meski demikian dia memperkirakan situasinya akan menjadi stabil dalam “13-15 bulan” ke depan, tentu dengan syarat tidak akan ada lagi insiden besar.
Dalam jangka pendek, strategi paling efektif tampaknya adalah menurunkan harga hingga ke titik terendah agar bisa membujuk para wisatawan kembali memberi kesempatan pada daya tarik negara itu memukai mereka.
Penawaran-penawaran murah yang tidak pernah terjadi sebelumnya akan masih terlihat seperti berjudi bagi wisatawan yang khawatir, dan tahun-tahun keemasan pariwisata Mesir mungkin tidak akan pernah kembali.
Tetapi satu industri penting Mesir ini sekarang tergantung pada hasil lemparan dadu.
Sumber:
https://edition.cnn.com/2015/12/23/africa/egyptian-tourism-bounce-back-feat/index.html
(yns)