Jakarta, CNN Indonesia -- Lelah bekerja lima hari penuh membuat warga Ibu Kota merasakan penat yang sungguh hebat. Rutinitas yang itu-itu saja ditambah dengan masalah kehidupan dan pekerjaan yang harus dihadapi, tak jarang membuat mereka ingin menyegarkan pikiran dan mencari tempat baru untuk sekadar meninggalkan rutinitasnya.
Sayangnya, waktu libur yang sangat singkat di akhir pekan seringkali mengaburkan rencana "pelarian" dan akhirnya stres pun datang. Terpaksa liburan yang didambakan harus diundur entah sampai kapan.
Untungnya, saat ini sudah bermunculan operator perjalanan yang menawarkan liburan singkat di akhir pekan dengan menawarkan paket
open trip.Open trip adalah wisata gabungan untuk berlibur bersama ke suatu tempat dengan rencana perjalanan yang sudah tersusun rapi dari operator perjalanan. Biasanya, paket wisata yang ditawarkan pun tidak terlalu membutuhkan waktu yang lama. Para operator perjalanan itu bisa membuat rencana perjalanan untuk berlibur selama dua atau tiga hari saja, tempatnya pun tak terlalu jauh dari Jakarta.
Keberadaan operator perjalanan yang menawarkan
open trip ini dirasakan sangat membantu bagi siapa saja yang ingin mengisi akhir pekannya dengan berlibur mengunjungi tempat baru. Tak terkecuali Frieska Azaria, seorang karyawan swasta yang bekerja di daerah Cikini, Jakarta Pusat.
Frieska merasa tertolong dengan banyaknya operator perjalanan yang menawarkan paket
open trip. Sebab, ia tak perlu ribet untuk merencakanakan liburannya.
"Saya ikut
open trip kalau punya waktu sedikit tapi ingin jalan-jalan. Kalau jalan-jalan sendiri butuh waktu lama buat arrange semuanya," kata Frieska kepada CNN Indonesia, belum lama ini.
Dalam satu tahun belakangan, terhitung sudah tiga kali Frieska menggunakan jasa
open trip untuk berlibur. Ia pernah berkunjung ke Teluk Kiluan, Pulau Pahawang, dan Gunung Papandayan dengan jasa
open trip. Biaya yang paling banyak yang ia keluarkan untuk mengikuti
open trip sebesar Rp800 ribu. Harga tersebut ia nilai memuaskan jika disetarakan dengan pelayanan yang ia dapatkan.
Salah satu pengalaman Frieska yang tak pernah dilupakan ketika ia
snorkeling di laut tanpa ada batasan waktu. Sungguh sangat memuaskan, katanya.
"Biasanya kan dibatasi waktunya, nah pas
open trip yang terakhir ke Pahawang itu tidak dibatasi waktunya," ujar Frieska.
Kendati merasa senang mengikuti
open trip, tapi Frieska juga pernah merasakan pengalaman yang mengecewakan. Pernah suatu kali dalam perjalanannya, ia merasa pelayanan yang ia dapatkan tidak sesuai dengan ekspektasi.
"Mereka seperti tidak merhatiin kamar tidur. Kekurangannya enggak sesuai espektasi. Tidurnya bejubel satu ruangan," kata dia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itu, kata Frieska, ada lebih dari 10 orang di dalam ruangan, meskipun ruangannya cukup besar. Padahal, di
open trip lainnya, ia mendapatkan fasilitas tidur di kamar yang hanya dihuni oleh tiga orang, dengan biaya yang sama.
Pengalaman yang sama tentang nikmatnya open trip juga dirasakan oleh Nuriy Azizah, karyawan swasta di daerah Gatot Subroto.
"Kalau ikut
open trip itu simpel, tidak ribet cari-cari penginapan,
itinerary dan lain-lain. Harganya juga murah," kata Nuriy saat berbincang dengan CNN Indonesia.
Meski harganya terbilang murah dibanding jika ia berlibur sendiri, Nuriy mengatakan pelayanan yang ia dapatkan cukup memuaskan. Setidaknya sesuai dengan harga yang ia dapatkan.
Bahkan dengan harga yang tak seberapa mahal, Nuriy bisa merasakan profesionalitas operator perjalanan yang memandunya. Seperti ketika Nuriy dan teman-temannya tidak mendapatkan komplimen berupa kelapa segar yang baru dipetik dari pohon karena kehabisan, Nuriy mendapatkan ganti lainnya, walaupun hanya berupa pulsa.
Satu pengalaman menarik yang masih melekat dalam memori Nuriy saat
open trip adalah ketika ia menumpangi sebuah perahu kecil ke laut lepas ketika berlibur di Teluk Kiluan. Kala itu, ia dan rombongannya ingin mencari lumba-lumba yang mendiami Teluk Kiluan.
"Waktu itu, naik perahu kayu ke tengah laut yang ombaknya gede, kayak mau terbalik," ujar Nuriy sambil tertawa.
Nuriy mengaku, ketagihan mengikuti
open trip. Ia merasa puas dengan pengalaman pertamanya menjelajah Teluk Kiluan dan mau menjajal pengalaman
open trip di lain waktu.
"Mau lagi kalau tiba-tiba dan mendadak. Misalnya, besok
long weekend terus mau
traveling tapi malas urus-urus dan tidak tahu juga mesti ke mana, tidak ada teman yang mengerti daerah yang mau dituju tapi harus ada
guide-nya, mending ambil
open trip," kata Nuriy.
Tetap Ada KekhawatiranWalaupun Frieska dan Nuriy mengaku menikmati perjalanan liburannya bersama rombongan
open trip, tapi dalam benak mereka masih ada sedikit kekhawatiran ketika memilih perjalanan yang akan diikuti.
Banyaknya kasus penipuan membuat mereka was-was ketika menentukan operator perjalanan dan paket yang mereka inginkan.
"Takut
dibohongin, atau
guide-nya tidak enak," kata Frieska.
"Kekhawatirannya kalau itu
open trip-nya bodong. Ada juga banyak kan yang bodong begitu, sudah transfer tapi tidak jadi pergi," ujar Nuriy.
Untuk mengatasi hal tersebut, Nuriy mengaku lebih selektif ketika memilih operator perjalanan. Ia hanya menggunakan operator perjalanan yang pernah diikuti dan direkomendasikan oleh teman-temannya.
Soal hal lainnya yang menjadi kekhawatiran banyak orang, tentang asuransi saat liburan, Frieska dan Nuriy sepakat tidak mempermasalahkan hal itu.
Mereka mengatakan keselamatan saat liburan ada di tangan masing-masing. Tapi, Frieska bercerita, walaupun tidak mendapatkan asuransi, operator perjalanan yang ia ikuti memberikan tips-tips keselamatan sebelum berangkat.
Misalnya saja ketika Frieska jalan-jalan ke Gunung Papandayan. Dia mengatakan, operator perjalanannya memberikan
briefing terlebih dahulu kepada rombongannya.
"Waktu itu kayak disuruh olahraga, bawa
rain coat, obat-obatan, sama gambaran di sana itu bagaimana," ujar Frieska.
"Sebenarnya asuransi perlu, tapi kan kalau ada asuransi pasti harganya naik. Nah si
open trip ini kan
nawarinnya bisa jalan-jalan dengan harga murah," katanya.
(les)