Jakarta, CNN Indonesia -- Hampir jadi semacam budaya bahwa pergantian tahun seolah jadi saat ketika resolusi harus dibuat. Kehadiran 1 Januari dianggap awal yang menyegarkan untuk memulai sesuatu yang baru.
Padahal membuat resolusi awal tahun tak selamanya sehat menurut Amy Cuddy, psikolog sosial di Harvard Bussiness School dan penulis buku berjudul Presence.
“Kita semua sebenarnya orang-orang yang buruk dalam membuat tujuan yang masuk akal,” kata Cuddy pada Bussiness Insider seperti dikutip Independent.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lalu ketika kita tak bisa mencapai tujuan yang masuk akal itu kita merasa cemas dan merasa diri tak berguna.
Dalam buku Presence Cuddy menggali bagaimana perasaan murni tiap orang lebih penting untuk meredakan stres yang sering kali menghambat potensi besar manusia.
Menurut Cuddy dalam penelitiannya, ada efek dari pembuatan rencana-rencana awal tahun dan bagaimana menghindari dari beban yang muncul dari resolusi yang kita buat sendiri.
Cuddy menyebut ada empat kesalahan umum dalam resolusi awal tahun:
1. Orang membuat rencana yang absolut. “Orang cenderung membuat pernyataan atau rencana yang absolut tentang apa yang akan dilakukan, dan itulah yang membuat mereka gagal dalam waktu singkat,” kata Cuddy.
“Karena mereka biasanya tak selalu secara tiba-tiba bisa muncul di gym tiga kali sepekan jika resolusinya adalah menurunkan berat badan.”
Memang bisa jadi pada awal tahun hal itu bisa dilakukan. Tapi biasanya menjelang tengah tahun akan ada masalah sederhana, seperti serangan flu atau tuntutan pekerjaan dan keluarga yang membuat orang mulai ‘bolos’ dari rencana-rencana absolut itu.
Namun di lain sisi pembuatan resolusi yang tak spesifik, seperti “saya akan mencari pekerjaan,” biasanya juga tak akan berhasil karena tak ada ikatan yang pasti.
2. Resolusi lebih sering berisi hal-hal negatif. Orang cenderung membuat resolusi berisi hal-hal yang ingin mereka ubah dari diri mereka sendiri atau hal-hal yang tidak mereka sukai.
“Padahal ketika Anda melakukan ini Anda sedang membatasi diri dengan emosi-emosi negatif. Beberapa emosi negatif memang memotivasi, tapi sebagian besar tidak,” kata Cuddy.
Misalnya saat seseorang mengatakan “saya akan berhenti makan junk food,” Anda sudah membuat batasan untuk diri sendiri. Akan lebih baik jika Anda mengatakan “saya akan makan lebih sehat.” Cara ini akan membuat Anda lebih termotivasi dan lebih optimistik.
3. Fokus pada hasil bukan proses.“Jika Anda fokus pada tujuan lari 160 kilometer dan Anda mencoba mencapai target itu, hal itu akan sangat merugikan,” kata Cuddy. Karena menurut Cuddy, Anda akan terus menerus merasa gagal karena perbandingan berapa yang telah saya capai.
4. Ketergantungan pada orang lain.Sangat buruk melibatkan pandangan orang lain saat Anda merancang tujuan dan resolusi. Misalnya saat Anda ingin promosi di kantor, Anda akan memfokuskan diri pada hal-hal yang berhubungan dengan performa kerja.
Namun memulai rencana dengan berpikir bahwa Anda akan gagal jika tak mencapai posisi itu akan sangat buruk. Apalagi berpikir semua terjadi karena faktor di luar Anda seperti bos Anda dan berbagai perubahan yang mungkin terjadi di perusahaan.
Di buku Presence, Cuddy menyebut istilah “
self-nudging” atau proses konstan untuk mencapai tujuan kecil menuju ke tujuan yang lebih besar.
Namun Cuddy bukan sama sekali mengharamkan resolusi awal tahun. Namun dia berpesan agar orang tetap memberi ruang bagi dirinya untuk bersenang-senang dan menghindari terlalu banyak stres.
(utw)