Jakarta, CNN Indonesia -- Meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke Indonesia tak cukup hanya dengan menyediakan destinasi menarik dan infrastruktur memadai. Pasar mesti ditangani secara spesifik.
Wisatawan Timur Tengah menghendaki jaminan kehalalan tempat-tempat yang akan dikunjungi dan kaum muda perkotaan menyambut open trip sebagai cara mereka bisa liburan murah tanpa ribet.
Media sosial jadi sarana ampuh menyebarkan “kabar baik” adanya tempat baru yang belum dikenal. Tapi akibatnya, pasukan tongsis tergeragap menyerbu. Alhasil lokasi rusak, bahkan sampai ditutup.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Indonesia mulai serius menggarap destinasi wisata halal. Tiga daerah di Indonesia sudah ditetapkan sebagai lokasi percontohan, yakni Aceh, Sumatera Barat, dan Lombok.
Wisata halal adalah pelayanan pariwisata yang merujuk pada aturan-aturan Islam. Selain makanan halal, di semua hotel dan restoran yang berlabel halal disediakan mushala umum yang sesuai standar dan dipisahkan tempat untuk perempuan dan laki-laki. Di kamar-kamar hotel disediakan sajadah dan Alquran selain Alkitab.
Pada 21 Oktober 2015 Indonesia memenangi tiga kategori dalam The World Halal Travel Summit yang digelar di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yakni World's Best Family Friendly Hotel, World's Best Halal Honeymoon Destination, dan World's Best Halal Tourism Destination.
Penghargaan World's Best Family Friendly Hotel diraih oleh Sofyan Hotel Betawi, Jakarta. Sedangkan Kota Lombok, NTB meraih gelar World's Best Halal Tourism Destination dan World's Best Halal Honeymoon Destination.
Pemerintah Indonesia menambah 84 negara untuk kategori bebas visa kunjungan ke Indonesia. Angka itu menambah jumlah negara yang bebas kunjungan ke Indonesia menjadi total 174 negara.
Pada Oktober 2015, Pemerintah menambah negara penerima fasilitas bebas visa dari yang sebelumnya 45 negara menjadi 92 negara. Dari kebijakan bebas visa kepada 47 negara sebelumnya, pertumbuhan turis mencapai 19 persen, lebih tinggi dari yang sebelumnya 6-8 persen.
Dari 84 negara baru yang bebas visa kunjungan ke Indonesia, di antaranya adalah Australia, Amerika Serikat (AS), China, Ukraina, Uzbekistan, Bangladesh, Palestina, Jamaika, Paraguay, Honduras, Uruguay, Bolivia, Kostarika, Georgia, Guatemala, Albania, dan Mozambik.
Dua negara dikategorikan khusus, yakni Brasil dan Australia karena hubungan dengan Indonesia yang memanas setelah eksekusi mati warganya karena terlibat persoalan narkoba. Pembebasan visa ini tak lepas dari target kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 20 juta per tahun pada 2019.
Fenomena open trip alias wisata gabungan dengan bujet minimum semakin populer di kalangan kaum urban. Open trip melibatkan minimal satu orang trip operator dan sejumlah orang yang kadang belum saling kenal untuk jalan dan menikmati wisata bersama-sama selama beberapa hari.
Tujuan utama open trip tentulah “kabur” sejenak dari penatnya kehidupan. Kendati bertemakan liburan dan jalan-jalan, bukan mustahil mendapatkan hal yang baru dari kegiatan open trip, mulai dari mengenal tempat baru, mendapat teman baru, hingga pacar baru.
Hal ini terlihat dari hasil survei yang dilakukan CNNIndonesia.com tentang alasan orang mengikuti open trip. Dalam survei independen yang menggunakan metode kuisioner secara acak, terungkap 49 persen berharap mendapat tempat liburan yang mengesankan, dan 30 persen responden berharap mendapat kenalan baru.
Sebagian besar peserta open trip, yakni 85 persen, menginginkan liburan, sedangkan 10 persen responden menjadikan open trip sebagai sarana cari gebetan, berlibur dengan pacar, atau jalan bersama sahabat. Dan tiga persen responden memilih open trip agar dapat pamer di media sosial.
November lalu publik dikejutkan dengan beredarnya foto kebun bunga amaryllis di Gunungkidul, DIY, yang saking rapatnya mirip taman tulip di Eropa. Ironisnya, begitu foto tersebut jadi viral, merubunglah para remaja bersenjatakan tongsis, menginjak-injak kebun bunga milik Pak Sukadi tersebut hingga rusak total.
Belajar dari kasus kebun amaryllis di Gunungkidul, Karsono di Bantul, DIY, menyediakan jalan setapak dari kayu di tengah-tengah kebun enceng gondoknya. Seakan laron yang pindah dari satu lampu ke lampu berikutnya, pasukan tongsis memindahkan sasaran mereka dari hamparan amaryllis ke hamparan enceng gondok hanya dalam hitungan hari.
Penasaran dengan peternakan yang disebut-sebut mirip di Selandia Baru, pengunjung menyerbu Balai Pembibitan Ternak Unggul- Hijau Pakan Ternak (BPTU-HPT) di Padang Mengateh, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat. Lokasi ini sempat dikunjungi Presiden Joko Widodo, Oktober lalu.
Tak puas hanya selfie dan update status di media sosial, pengunjung yang melonjak hingga 1000 orang per hari itu juga “nyampah” hingga terpaksa lokasi tersebut ditutup. Pertimbangannya khawatir sampah pengunjung dimakan sapi yang malah menimbulkan masalah bagi kesehatan sapi.