Jakarta, CNN Indonesia -- Orang tua yang kekurangan waktu tidur, bisa jadi meningkatkan risiko aterosklerosis atau pengerasan arteri, yang berujung pada minimnya suplai oksigen ke otak.
Kedua hal tersebut akan berkontribusi besar terhadap peningkatan risiko stroke dan gangguan kognisi.
“Bentuk kerusakan otak yang kami observasi menjadi penting karena bisa berkontribusi dalam mengetahui pengobatan yang harus dilakukan guna mengatasi stroke serta gangguan kognitif dan motorik progresif,” kata penulis studi Dr. Andrew Lim, peneliti dan neurolog dari Sunnybrook Health Sciences Center di Toronto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir laman
Live Science, para peneliti menunjukkan bahwa kurangnya waktu tidur, terutama yang disebabkan oleh tidur yang terganggu, baik karena sering terbangun untuk buang air di malam hari, bisa meningkatkan risiko demensia dan penurunan fungsi kognisi.
Dalam studi terbaru itu, para peneliti memeriksa otak dari 315 orang yang diotopsi setelah mereka meninggal. Umumnya, otak yang diperiksa berasal dari manusia berusia 90 tahun, dan 70 persen diantaranya adalah wanita.
Sebelum mereka meninggal, para peneliti sudah memonitor aktivitas tidur para partisipan, selama setidaknya satu minggu. Dari data tersebut, peneliti bisa menyimpulkan kualitas tidur para partisipan.
Dari semua otak partisipan yang diperiksa, 29 persen diantaranya, mengalami stroke, dan 61 persen memiliki kerusakan di pembuluh darah otak, dari ringan hingga parah.
Peneliti menemukan bahwa mereka yang tidurnya kerap kali terganggu di malam hari, 27 persen punya pengerasan arteri atau aterosklerosis di otak, dibandingkan mereka yang tidur tanpa gangguan.
Dari penemuan itu, peneliti menyimpulkan, terdapat kaitan antara kualitas tidur yang buruk dan kerusakan otak. “Kemungkinan, tidur yang terganggu bisa jadi pemicu atau justru konsekuensi dari aterosklerosis di otak, yang pada akhirnya mengacu pada kerusakan jaringan otak,” papar Dr Lim.
Dia menambahkan, ada kemungkinan besar bahwa kualitas tidur buruk bisa mengganggu sirkulasi darah ke otak, dan berkontribusi terhadap gangguan kognisi.
Dr Lim mengharapkan, studi tersebut bisa dijadikan dasar untuk mengidentifikasi kemungkinan terjadinya stroke pada orang tua dengan gangguan tidur.
Studi tersebut dipublikasikan di jurnal Stroke.
(les)