Jakarta, CNN Indonesia -- Seluruh wanita di dunia tentunya ingin memiliki wajah yang indah dan juga sehat. Karenanya, produk perawatan wajah dan juga kosmetik tidak pernah ketinggalan dari daftar belanjaan mereka.
Sebagai wanita, pasti punya selera masing-masing jika berbicara soal merk kosmetik. Ada yang memilih produk kosmetik Amerika Serikat, atau negara-negara Eropa, dan juga Jepang.
Jika membicarakan produk kosmetik Jepang, tentu saja para wanita sudah tidak asing lagi dengan merk seperti Shiseido, SK-II, atau Shu Uemura.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, tidak banyak yang tahu proses bagaimana produsen kosmetik Jepang melakukan beragam tes untuk menghadirkan produk terbaik ke tangan konsumen. Tetsuya Kambe, anggota dari Japan Cosmetic Industry Association (JCIA), proses produksi dilakukan dengan ketat untuk mendapatkan hasil kosmetik yang berkualitas, tidak berbahaya bagi kulit, dan juga kesehatan.
"Yang pertama ada
Drop Test, yakni mencoba ketahanan dari kemasan kosmetik itu," ujar Kambe kepada awak pers ketika ditemui di bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Jumat (29/1).
Drop Test itu sendiri dilakukan untuk memberikan kemasan kosmetik yang kuat. Sekarang ini, wanita memiliki banyak aktivitas yang sibuk, sama seperti lelaki. Tentu saja kegiatan-kegiatan itu memberikan risiko jatuhnya barang kosmetik mereka tanpa disengaja.
Agar menghindari adanya retakan dan kerusakan pada kemasan kosmetik itu, pabrik-pabrik kosmetik di Jepang selalu menjatuhkan kemasan kosmetik itu secara disengaja, demi melihat kekuatan dan kemasan kosmetik itu sendiri.
"Yang kedua ada
Wiper Test, hal ini dilakukan terutama untuk produk lipstik yang sangat digemari oleh kaum hawa," ia menambahkan.
Wiper Test dilakukan di atas sebuah kanvas putih, terdapat sebuah mesin yang membolak-balikan lipstik di atas kanvas itu. Menurut Kambe, lipstik berkualitas adalah lipstik yang dapat tahan lama di bibir konsumennya.
"Tidak lupa juga ada
Handbag Test, situasi dimana kosmetik di pabrik dimasukkan ke dalam tas kecil dan tas itu digerakkan secara cepat dan kencang," ia menjelaskan.
Tes yang ini dilakukan karena wanita kerap membawa kosmetik mereka menggunakan tas yang mereka tenteng di tangan mereka sembari berjalan melintasi medan yang padat. Itu, menurut penuturan Kambe, menjadi salah satu proses unik yang penting ketika produk kosmetik Jepang masih berada di pabrik untuk diproduksi.
Setelah semua produk kosmetik itu sudah siap kirim, produk-produk itu pun diperiksa kembali, bukan menggunakan mesin, melainkan tenaga kerja manusia.
Ketika menggunakan mesin untuk mengecek ulang produk kosmetik yang mereka produksi, terdapat risiko bahwa mesin-mesin itu dapat melakukan kesalahan fatal. Maka dari itu, Jepang hanya mau melakukan proses pengecekan kosmetik dengan tangan manusia saja.
"Semua inspeksi final dilakukan oleh manusia, bukan mesin. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kesalahan fatal yang terjadi pada mesin inspeksi itu."
(les/les)