Kantong Plastik Berbayar Tak Berdampak Pada Lingkungan

Tri Wahyuni | CNN Indonesia
Selasa, 01 Mar 2016 10:50 WIB
Kantong plastik di pertokoan besar yang kini berbayar ternyata 95 persen sudah ramah lingkungan. Berbeda dengan kantor plastik di pasar tradisional.
Pemerintah mulai menguji coba penerapan kantong plastik berbayar di ritel modern secara serentak di 17 kota Indonesia dengan pembayaran Rp 200 per kantong plastik. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- Uji coba kebijakan kantong plastik berbayar tidak hanya dinilai salah sasaran karena hanya dilakukan di ritel besar saja, tapi juga dinilai tidak terlalu berdampak pada lingkungan.

Hal tersebut disebabkan 95 persen ritel besar sudah menggunakan plastik ramah lingkungan yang bisa terdegradasi lebih cepat dibandingkan kantong plastik di pasar tradisional.

Presiden Direktur PT Tirta Martha Sugianto Tandio selaku produsen plastik menyebut kantong plastik di pasar sulit untuk terdegradasi karena belum diproduksi dengan teknologi yang ramah lingkungan. Plastik-plastik itu baru bisa hancur dan terdegradasi setelah ribuan tahun lamanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau plastik biasa mempunyai 7 juta mata rantai, supaya kuat dan tahan air. Jadi kalau dibuang, mikroba tidak bisa makan. Makanya plastik itu butuh ribuan tahun untuk hancur," kata Sugianto kepada CNN Indonesia.com, beberapa waktu lalu.

Di sisi lain, plastik ramah lingkungan hanya mempunyai 100 ribu mata rantai. Oleh sebab itu, kata Sugianto, plastik itu bisa terdegradasi lebih cepat.

Yang dimaksud terdegradasi, artinya plastik benar-benar hancur sampai mata rantainya. Berbeda dengan fragmentasi yang hanya hancur secara fisik saja. Sekalipun hancur tetap akan menjadi plastik.

Ada beberapa hal yang menyebabkan plastik ramah lingkungan mudah terdegradasi. Sugianto menyebutkan plastik yang terdegradasi memiliki tambahan senyawa kimia yang membantu pemecahan mata rantai plastik lebih cepat.

Di sisi lain, Pemerintah Inggris pernah mengimbau kepada industri plastik agar tidak mengklaim kalau plastik yang mereka produksi lebih baik untuk lingkungan dibandingkan plastik konvensional lainnya.

Sebab, bahan tambahan senyawa kimia oxium yang membuat plastik lebih cepat terdegradasi, disinyalir justru memberikan efek negatif terhadap lingkungan. Zat aditif yang ditambahkan pada produk plastik ramah lingkungan membuat plastik tersebut tidak cocok didaur ulang atau digunakan kembali dalam jangka waktu lebih lama karena plastik akan mulai hancur.

Bahkan menurut Indonesia Solid Waste Assosiation (Inswa) plastik tersebut belum tentu dapat dicerna oleh mikroorganisme untuk menjadi material alamiah.

Tak hanya itu, plastik dengan label bio-degradable dikatakan tetap mengeluarkan gas rumah kaca yang semakin memperparah pemanasan global. Sebab, jenis plastik tersebut tetap memberikan kontribusi gas methan pada proses penguraiannya di tempat sampah. Gas methan adalah penyumbang pemanasan global yang lebih kuat 21 kali lipat dari gas karbondioksida. (les/les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER