Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi beberapa orang, belanja merupakan sebuah pelarian atau kesenangan tersendiri. Baju atau berbagai benda fesyen sampai makanan dan minuman di restoran terkenal bisa jadi pelarian atas stres yang dialami.
Sebenarnya hal tersebut tidaklah salah, hanya saja beberapa orang ternyata punya 'penyakit' menjadi shopaholic. Ketika seseorang sudah terkenya 'penyakit' ini, mereka akan berakhir dengan dua pasang sepatu atau baju yang sebenarnya tidak Anda butuhkan.
Kebanyakan shopaholic yang tak sadar kalau mereka memiliki masalah serius ini. Lalu apa yang bisa menghentikan para shopaholic ini untuk bisa berbelanja berlebihan? Limit kartu kredit atau kesadaran sesaat?
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepada Today, psikolog Dr April Benson mengatakan bahwa kunci untuk menciptakan jeda dan batasan antara keinginan impulsif untuk belanja dengan kebutuhan.
Dia menyarankan bahwa para pembeli kompulsif ini untuk bertanya pada diri sendiri sebelum melakukan pembelian.
1. Kenapa saya berada di sini?
2. Bagaimana perasaan saya?
3. Apakah saya membutuhkan ini?
4. Bagaimana kalau saya menunggu?
5. Bagaimana caranya saya membayar?
6. Di mana saya akan meletakkannya?
Salah satu pertanyaan penting juga adalah seberapa penting benda tersebut sehingga Anda harus menggesek kartu kredit.
"Beberapa orang mungkin lebih rentan pada waktu saat mereka stres atau merasa kehilangan," kata Benson.
Menganalisis pola belanja mereka akan membantu banyak orang untuk menemukan jalan dan menjauhkan diri dari perilaku belanja konsumtif. Hanya saja dikatakannya juga, hal ini mungkin berlaku untuk beberapa orang, sehingga semuanya harustetap waspada selama mereka hidup.
(chs/les)