Jakarta, CNN Indonesia -- Dunia mode Indonesia semakin bergeliat. Setidaknya ini terlihat dari adanya beberapa pekan mode. Pekan mode sendiri dianggap sebagai salah satu pergerakan industri mode suatu negara, termasuk Paris, London, Milan, Tokyo, Seoul, dan pastinya New York.
Meski di mata dunia, fesyen Indonesia masih terbilang belum banyak dilirik, namun beberapa tahun belakangan Indonesia mulai bangkit dan mengejar ketertinggalannya di bidang fesyen. Meski masih cukup sulit untuk mengambil alih mahkota Paris sebagai kota fesyen dunia, namun setidaknya kini Indonesia fesyen Indonesia mulai dipandang dunia.
Kenapa Indonesia butuh banyak pekan mode? Tak bisakah disatukan? Semakin banyaknya pekan mode yang di Indonesia dipandang masih dibutuhkan oleh desainer senior, Musa Widyatmojo. Berbincang dengan CNNIndonesia.com di sela-sela padatnya agenda Indonesia Fashion Week, pada Jumat (11/3), Musa yang sekaligus koordinator acara IFW menekankan pentingnya pemahaman keberadaan pekan mode.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Lihat itu Paris Fashion Week, sudah berapa lama dia? Ratusan tahun. Dan apakah masih ada? Masih sampai sekarang," kata Musa.
"Pemerintahnya pun masih perhatian, mereka terus memperbaiki diri sampai semua orang terpesona. Coba disurvei berapa banyak tas Hermes yang beredar di Indonesia? Berapa juta dolar itu? Ya Indonesia masih butuh
fashion week, saya rasa."
Indonesia sendiri memiliki beberapa pekan mode yang baik sudah dalam hitungan tahun hingga puluhan tahun. Beberapa pekan mode ini diselenggarakan oleh masing-masing asosiasi dengan ciri khasnya sendiri, namun ada juga yang bukan diselenggarakan oleh asosiasi perancang mode.
Indonesia, bukan hanya ada Indonesia Fashion Week (IFW) yang kini tengah berlangsung, beberapa pekan mode lainnya sudah lebih dulu ada sebelum APPMI menyelenggarakan IFW, yaitu Jakarta Fashion Week dan beberapa pekan mode busana muslim.
Beberapa pekan mode yang ada di Indonesia adalah IPMI Trend Show yang diselenggarakan oleh Ikatan Perancang Mode Indonesia. IPMI Trend Show biasanya dilakukan di awal Desember dengan tujuan menunjukkan tren mode dari desainer anggota IPMI selama setahun ke depan.
Selanjutnya ada Jakarta Fashion and Food Festival atau JFFF. Acara ini merupakan pekan mode yang diinisiasi oleh pihak Mal Kelapa Gading untuk menunjukkan koleksi mode terbaru dari tenant yang berada di pusat perbelanjaan tersebut, selain menarik minat pengunjung datang. JFFF sendiri masih berlangsung meski sudah lewat dari satu dekade pelaksanaan. Ajang ini diramaikan dengan
fashion show, juga bazar UKM.
Kemudian Jakarta Fashion Week atau JFW yang diselenggarakan oleh Femina Group. Dalam acara pekan mode terbesar ini tergabung berbagai perancang mode lintas asosiasi yang memamerkan koleksi terbaru, prediksi tren ke depan, serta usaha menarik buyer lokal dan internasional untuk bertransaksi dalam buyers room.
Setelah ada JFW, Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) sebagai lembaga mode dengan jumlah anggota terbesar di Indonesia mengadakan Indonesia Fashion Week yang menggabungkan konsep
trend show dari para desainer, bazar UKM, dan berbagai
workshop untuk meningkatkan kapasitas para desainer. Meski terbuka untuk seluruh desainer, namun sebagian besar diisi oleh anggota APPMI.
Yang terbaru, Indonesian Fashion Chamber atau IFC sebagai pecahan dari APPMI berencana akan mengadakan pekan mode yang mereka sebut lebih besar dari IFW yang sebelumnya pernah mereka jalankan. Pekan mode yang bernama IFC Fashion Week tersebut akan dilangsungkan pada April 2017 dengan menggabungkan konsep bazar,
fashion show, hingga konser musik.
"Banyak pihak yang berusaha mengangkat
fashion ya itu tidak masalah. Tapi baiknya mesti tahu mana
fashion yang bertanggung jawab dan mana yang tidak, mana yang
fashion industri dan mana yang
fashion kerajinan," kata Musa.
Salah Kaprah soal Pekan ModeMusa menambahkan, selama ini banyak orang yang punya pemahaman yang dianggapnya kurang tepat. Khalayak umum beranggapan bahwa fungsi pekan mode adalah untuk menentukan tren mode dalam suatu periode. Para desainer mencoba melihat tren mode yang akan terjadi di tahun depan.
"Kalau saya melihatnya semua orang bisa pake kata
fashion week untuk acara mereka, terserah. Namun masalahnya pemahaman
fashion week itu apa? Ujung-ujungnya adalah
trade show. Trade show loh ujungnya, bukan tren. Jangan dibalik," kata Musa.
Menurut dia, tren baru yang ditawarkan oleh para desainer sebenarnya tidak melulu diterima oleh pasar, sebagai muara indikator kesuksesan sebuah industri. Bila diterima pasar, maka roda bisnis akan berjalan dan menggerakkan industri fesyen lebih luas.
"Desainer seharusnya jual apa? Produk. Coba disurvei berapa banyak desainer yang punya produk, lebih banyak yang musiman, ketika tidak ada pekan mode ya mereka berhenti. Desainer yang tetap konsisten berproduksi itu sedikit," kata Musa.
"Jadi
fashion week itu sebenarnya kegiatan untuk promosi produk terbaru dari industri mode guna diperjual belikan, bukan cuma ditonton atau tepuk tangan, tapi dibeli. Banyak sekarang desainer musiman, banyak juga
fashion show hanya sebatas euforia tapi tidak ada komitmen selanjutnya."
(chs)