Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia Fashion Week (IFW) kembali digelar untuk ke-lima kalinya di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan mulai 10 hingga 13 Maret 2016 mendatang. Pekan mode ini merupakan ajang
fashion show berbagai desainer Indonesia dan luar negeri yang diramu juga dengan tambahan
booth-booth yang menghadirkan berbagai kerajinan tangan asli dari Indonesia.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini IFW tampil sedikit berbeda. IFW yang digagas oleh APPMI berada di bawah kepengurusan baru. APPMI dan IFW kini di bawah pimpinan Poppy Dharsono.
Selama empat tahun IFW sebelumya, pelaksanaan IFW dipegang oleh Ali Charisma dan enam desainer lainnya yang kemudian keluar dari asosiasi dan membentuk Indonesia Fashion Chamber (IFC).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini IFW digelar untuk kelima kalinya yang terdiri dari beberapa kegiatan, seperti pameran yang diikuti lebih dari 480 brand lokal," kata Poppy Dharsono, Presiden APPMI saat pembukaan IFW di Plennary Hall, Kamis (10/3).
Jumlah
brand yang ikut dalam IFW 2016 tersebut lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya, yaitu 747
brand lokal, 230 desainer, 2.552
fashion outfit, dan 32
fashion show. Sedangkan tahun ini, setidaknya tercatat 480
brand dan 33
fashion show. Pengurangan sekitar 35 persen tersebut diakui oleh Koordinator Acara IFW 2016 sekaligus Anggota APPMI, Musa Widyatmojo kepada CNNIndonesia.com, di sela-sela acara IFW 2016. Pengalaman tahun lalu yang dirasa terlalu padat menjadi salah satu alasan pengurangan peserta IFW.
"Pengurangan jumlah pengisi hanya karena aspek penataan saja. Jadi sebenarnya yang ingin bergabung antara 700 sampai 800, sampai kemarin masih banyak sekali yang ingin ikut. Tapi pengalaman tahun lalu itu terlalu banyak, padat, jadinya
riweuh dan seperti pasar. Jadinya serba salah," kata Musa.
"Jadi kami saat ini seleksi lebih ketat."
Penyeleksian pengisi IFW 2016 diakui Musa berlandaskan standar akurasi yang ditetapkan APPMI. Standar tersebut lebih menekankan kepada komitmen para desainer untuk bergerak di bidang industri mode. Bahkan dengan standar yang diperketat ini, Musa menjamin bagi para desainer yang tak memiliki kesamaan atau komitmen yang jelas maka tidak dilibatkan dalam pelaksanaan IFW tahun depan.
Meski secara jumlah peserta IFW tahun ini lebih sedikit dibandingkan sebelumnya ketika masih dipegang oleh Ali Charisma, namun Musa mengakui jumlah anggota APPMI yang ikut berpartisipasi mengalami kenaikan.
"Angka pasti jumlah anggota APPMI yang ikut saya kurang ingat, tapi lebih banyak dibanding sebelumnya," kata Musa. "Masih sama juga seperti tahun lalu, asosiasi mode dari luar negeri juga ada yang ikut bekerja sama, seperti dari Korea, Jepang, dan lainnya. Mereka banyak membantu dari segi publikasi, diskusi, beasiswa, banyaklah yang tidak harus terlihat,"
Porsi Busana Muslim MeningkatSalah satu perbedaan yang juga terlihat dari pelaksanaan IFW tahun ini adalah semakin bertambahnya jumlah desainer,
brand, serta produk yang bertema muslim. Musa mengakui ini sebagai salah satu strategi mode Indonesia agar dapat bersaing di tingkat global.
"Karena pada akhirnya Indonesia mau berkompetisi secara internasional dan ada dua konsep strategi untuk itu. Pertama, Indonesia ingin jadi pusat busana muslim jadi mau tidak mau harus mengangkat busana muslim agar lebih kuat lagi," kata Musa.
Jumlah lini busana muslim memang mengalami kenaikan tren dalam beberapa waktu terakhir. Pun dengan beberapa desainer busana muslim yang semakin jadi perbincangan seperti Restu Anggraini, Dian Pelangi, Jenahara, dan Zaskia Sungkar. Masih ada tren berkembangnya wadah e-dagang khusus busana muslim seperti HijUp.com.
"Memang jumlah komposisi peserta IFW untuk busana muslim semakin besar, lihat saja itu satu Hall Cenderawasih isinya busana muslim semua. Tapi untuk persis komposisinya, sepertinya belum sampai 50 persen dari total, mungkin sekitar 40 persen, sisanya tetap dipegang oleh busana berbasis craft." Kata Musa.
Keberadaan mode Indonesia yang berbasis kerajinan tangan dan etnik Indonesia masih tetap dijadikan APPMI sebagai ciri utama dari terselenggaranya IFW, juga karya dari para anggotanya.
Hal ini berkaitan dengan strategi kedua yang dijabarkan Musa agar Indonesia dapat berkompetisi di tingkat mode internasional. Sebagai negara dengan warisan tradisi yang kaya, terutama di bidang kerajinan tangan baik menyulam, menenun, membatik, dan lainnya, Indonesia dianggap APPMI punya modal kuat sebagai salah satu pusat mode dunia di masa depan.
(chs)