Jakarta, CNN Indonesia -- Makin meningkatnya angka anak-anak yang sarapan gratis di sekolah telah mendorong disediakannya sarapan bagi seluruh anak di masyarakat berpenghasilan rendah. Ini memunculkan kekhawatiran lebih banyak anak yang sarapan dua kali, sekali di rumah dan sekali di sekolah, sehingga meningkatkan risiko obesitas.
Sebuah studi baru menemukan bahwa bukanlah anak-anak yang sarapan dua kali, melainkan mereka yang tidak sarapan sama sekali, yang akan cenderung kegemukan. Dengan kalimat lain, dua kali sarapan adalah lebih baik dibanding tidak sama sekali, kata Marlene Schwartz dari Rudd Center for Food Policy and Obesity, University of Connecticut seperti dilansir
Washington Post.
“Studi kami membuktikan bahwa penting untuk memastikan sebanyak mungkin anak mendapat sarapan sehat. Masyarakat berpenghasilan rendah akan sangat terbantu jika mendapat akses luas ke sarapan sehat,” kata Schwartz, salah satu tim peneliti.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para petugas pendampingan (termasuk yang saat ini di Gedung Putih) menganggap makan gratis di sekolah (makan siang, dan belakangan makan pagi dan makan malam) adalah cara penting mengatasi kelaparan pada anak-anak Amerika yang hidup di tengah kemiskinan.
Menurut data federeal 2012, tak kurang 4 juta rumah tangga di AS tak mampu menyediakan makanan bergizi untuk anak-anak mereka.
Sebagian besar sekolah negeri di AS puny program sarapan di sekolah. Namun ironisnya, jutaan anak yang memenuhi syarat untuk sarapan gratis atau dengan potongan harga tidak memakan sarapannya, menurut Food Research and Action Center, sebuah kelompok pendampingan.
Schwartz dan koleganya sesama peneliti mengamati 12 pelajar di New Haven, Connecticut, mempelajari sejak mereka kelas 5 hingga kelas 7, mencatat kebiasaan sarapan dan berat badan mereka.
Sebelumnya tak banyak yang sarapan dua kali; hanya satu dari 10 pelajar. Namun, menurut penelitian tersebut, ternyata perubahan berat badan mereka seiring tahun tak berbeda dengan anak-anak lainnya.
Sedangkan pelajar yang melewatkan sarapan atau yang sarapan tidak teratur, biasanya perempuan, dua kali cenderung kegemukan dibanding yang dua kali sarapan.
Walau studi sebelumnya juga menemukan bahwa melewatkan sarapan berhubungan dengan berat badan, belum jelas mengapa keduanya saling terkait. Mustahil mengetahui secara pasti apa yang terjadi tanpa data yang lebih konsisten dan dapat diandalkan tentang apa yang orang makan sepanjang hari, kata Schwartz.
Menurut sebuah hepotesis, mereka yang tidak sarapan jadi demikian lapar hingga makan lebih banyak pada siang hari, atau memilih makanan tak sehat. Hipotesis lain, orang yang kegemukan cenderung tidak sarapan sebagai upaya mengendalikan berat badan mereka.
Schwartz menekankan sarapan gratis di sekolah harus memenuhi pedoman gizi dari negara.
“Bukan berarti anak-anak ini sarapan dua donat,” ujar Schwartz. “Sarapan di sekolah sangat sehat. Berisi buah, susu rendah lemah, dan gandum utuh. Jadi bisa dianggap cemilan sehat.”
Tak kurang 12 juta anak mendapat makan siang gratis atau dengan potongan harga selama tahun ajaran 2014-2015, menurut Food Research and Action Center. Tapi tiap 100 anak yang mendapat subsidi makan siang, hanya 45 yang menerima subsidi sarapan, menurut catatan tahunan kelompok itu.
(sil/sil)