Ilmuwan Kembangkan Tikus Model untuk Uji Vaksin Zika

Silvia Galikano | CNN Indonesia
Selasa, 29 Mar 2016 13:47 WIB
Tikus model akan jadi perangkat penting bagi perusahaan dan ilmuwan menguji vaksin dan obat-obatan antivirus Zika.
Ilustrasi tikus. (Kapa65/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ilmuwan AS telah mengidentifikasi sejumlah tikus yang direkayasa genetis untuk mengembangkan Zika.

Tikus-tikus ini merupakan perangkat penting yang diperlukan untuk menguji vaksin dan obat-obatan guna mengobati virus Zika yang menyebar cepat di Amerika dan Karibia, demikian diberitakan Reuters.

Ujicoba sebelumnya terhadap tikus menunjukkan virus tersebut berkembang di testis, sebuah petunjuk tentang bagaimana virus yang biasanya berkembang lewat gigitan nyamuk ternyata dapat menular secara seksual.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami akan membuat eksperimen untuk mengetahui apakah kami dapat menghasilkan penularan seksual pada tikus-tikus ini,” ujar Scott Weaver, virolog di University of Texas Medical Branch di Galveston yang mengerjakan penelitian yang dipublikasikan pada Senin (28/3) di American Journal of Tropical Medicine and Hygiene.

Menurut Weaver, tikus model Zika akan jadi perangkat penting yang memungkinkan perusahaan dan ilmuwan menguji vaksin dan obat-obatan antivirus Zika.

Zika belum terbukti menyebabkan mikrosefalus, tapi bukti kuat menghubungkan infeksi Zika dengan kasus mikrosefalus di Brasil sehingga mendesak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menyatakan Zika darurat kesehatan global pada 1 Februari.

Biasanya, menciptakan model tikus semacam ini butuh waktu beberapa bulan. Namun urgensi wabah Zika membutuhkan respon cepat, tim pun mengumpulkan hasil hanya dalam tiga pekan, ujar Shannan Rossi, virolog UTMB yang mengepalai penelitian.

Normalnya, tikus tidak sakit oleh infeksi Zika. Tim tersebut menguji coba virus pada beberapa tikus yang sudah direkayasa genetis, yakni yang sistem imunnya sudah dilemahkan.

Tikus muda itu dengan cepat kalah oleh virus, jadi lesu, kehilangan berat badan, dan biasanya mati enam hari kemudian.

Percobaan pada tikus menunjukkan adanya partikel virus dalam organ-organ utama, terutama terkonsentrasi di limpa, otak, dan testis.

Weaver mengatakan ada batasan pada tikus model yang menunjukkan tentang infeksi manusia. Setidaknya dapat memberikan petunjuk awal yang dapat ditindaklanjuti oleh primata non-manusia, hewan percobaan yang harganya lebih mahal dan lebih “mewakili” manusia.

“Tikus umumnya akan digunakan untuk percobaan paling awal untuk vaksin atau obat karena hewan model tak harus sempurna mewakili yang terjadi pada manusia,” ujar Weaver.

Brasil telah mengkonfirmasi 900 kasus mikrosefalus dan dipercaya sangat berhubungan dengan infeksi Zika pada ibunya.

(sil)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER