Jakarta, CNN Indonesia -- Susu formula tidak bisa dimungkiri jadi solusi instan bagi orangtua. Terlebih jika ibu kesulitan memproduksi air susu ibu dalam jumlah cukup.
Tapi, sekarang ini, orangtua semakin terbuai dengan kepraktisan susu formula. Imbasnya, balita jadi overdosis protein dan terancam obesitas. Tidak hanya itu, pemberian susu formula secara berlebihan juga bisa membuat bayi dan balita mengalami tekanan darah tinggi, penyakit jantung dan diabetes tipe 2, saat mereka dewasa.
Kesimpulan tersebut didapatkan dari hasil penelitian tiga universitas di Inggris, yakni University College London, Oxford dan Bristol. Mereka menemukan bahwa dua pertiga bayi modern mengonsumsi terlalu banyak kalori dari susu formula.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sebanyak 99,9 persen anak-anak di bawah usia 2 tahun punya asupan protein berlebihan setiap hari,” sebut ketua penelitia Hayley Syrad dari Health Behaviour Research Centre, University College London, dilansir dari
Daily Mail.
Syrad menegaskan asupan nutrisi di masa kanak-kanak sangat esensial untuk kesehatan mereka di masa mendatang. Anak-anak yang obesitas, cenderung sulit menurunkan beray badannya dan akan tetap bertubuh besar hingga dewasa.
Imbasnya, mereka lebih rentan terkena penyakit metabolik.
Studi tersebut juga mengungkap bahwa 20 persen anak-anak kelebihan berat badan saat memasuki usia sekolah. Ditambah 30 persen anak-anak yang tumbuh menggelembung di usia sekolah.
Peneliti khawatir angka tersebut akan terus bertambah di masa depan.
Mereka menyebut bahwa faktor utama penyebab obesitas pada anak adalah pemberian susu formula dan juga berbagai produk turunan susu, untuk makanan sehari-hari, termasuk diantaranya keju, yoghurt, serta mentega.
Padahal, peneliti menyebut jumlah maksimum susu yang bisa dikonsumsi anak-anak per hari seharusnya tidak lebih dari 600ml.
“Asupan nutrisi selama dua tahun pertama sangatlah penting untuk menentukan kesehatan anak di masa depan,” tutur Syrad.
Studi yang dipublikasikan di British Journal of Nutrition itu membandingkan data dari 2,336 anak. Dari data tersebut, hampir seluruh anak kelebihan konsumsi kalori. Bahkan 63 persen anak mengonsumsi kalori hingga tiga kali lipat lebih tinggi daripada rekomendasi kesehatan. Sementara, konsumsi serat mereka justru di bawah normal.
(les)