Jakarta, CNN Indonesia -- Bila Kartini ketika seabad lalu sangat susah untuk mendapat izin sekolah, mungkin kini ia dapat tersenyum. Dia bisa tersenyum karena bisa melihat kaum hawa mendapatkan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mengenyam pendidikan, bahkan berprestasi lebih baik.
Seperti yang dialami oleh Ari Sandra Dewi, ibu dua orang anak ini adalah salah satu dari sepuluh besar agen sebuah perusahaan asuransi multinasional di Jakarta. Prestasi tersebut berhasil ia raih hanya dalam waktu dua tahun sejak menjadi agen asuransi.
Ari sempat bekerja sebagai karyawan selama 12 tahun. Dengan kondisi jam kantor dan kehadiran anak pertama, semua masih dapat dikendalikannya. Namun, saat anak kedua lahir dan tuntutan kantor semakin tinggi, dia mulai didera stres.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Beda memang antara pria dan wanita, saya dan suami sama-sama kerja, namun siapa yang diharapkan mengurus anak? Pastinya saya sebagai perempuan," kata Ari ketika ditemui CNNIndonesia.com dalam sebuah acara di Jakarta, belum lama ini. Merasa tanggung jawabnya sebagai seorang ibu untuk mengurus anak dan keluarga, Ari pun memutuskan berhenti kerja.
Sayang, dia tak bisa tenang hanya dengan berdiam diri di rumah. Tawaran menjadi agen asuransi pun datang. Dengan berbagai pertimbangan seperti pengembangan diri dan waktu untuk merawat keluarga, Ari pun memutuskan kembali ke dunia kerja tanpa waktu kantor.
Sempat mengalami keraguan dan jatuh bangun, namun mimpi yang ia pegang teguh berhasil mengantarkan ia menjadi salah satu agen dengan penjualan terbaik. Ia pun bersyukur dilahirkan sebagai seorang perempuan lebih multitasking.
"Saya merasa dengan menjalani pekerjaan saat ini saya punya kekuasaan untuk menentukan sesuatu yang bisa menjamin kehidupan saya dan anak-anak di masa depan. Kini saya merasa suami dan istri punya peran seimbang, saya pun juga merasa lebih dihargai," kata Ari sembari tersenyum.
Perempuan Harus TangguhTak jauh berbeda dengan Ari, Cicilia Nina Triana Wuryanti, Chief Agency Officer PT AIA Financial telah mewujudkan mimpi Kartini di era modern. Sebagai seseorang yang memegang posisi penting di sebuah perusahaan multinasional, Nina jelas memiliki banyak anak buah dan tak sedikit di antaranya adalah laki-laki.
"Jadi perempuan dan sebagai pemimpin itu harus tangguh dan konsisten," kata Nina, sapaan akrabnya, ketika ditemui CNNIndonesia.com dalam sebuah kesempatan belum lama ini. "Konsisten berarti jangan plin-plan dan kuat termasuk siap mengambil risiko atas pilihannya, siapapun yang seperti ini pasti akan dihargai."
Nina bukan hanya sekadar mengutip buku motivasi karyawan. Pengalamannya bertahun-tahun memiliki banyak anak buah di seluruh Indonesia mengajarkan ia banyak hal. Dalam memimpin anak buahnya, ia mengaku selalu berusaha demokratis.
Menjadi pemimpin berarti harus siap lebih banyak mendengar dan menerima penilaian, ini sangat disadarinya. Ia tak ragu untuk mendengar berbagai kritik dan saran dari anak buahnya. Dia menyediakan ruang untuk anak buahnya agar lebih terbuka, berdiskusi, serta berani memberitahukan harapannya kepada sang pimpinan. Bahkan, Nina menyediakan kesempatan untuk dinilai langsung oleh bawahannya sebagai masukan untuk dirinya.
Selama tiga tahun menerapkan metode seperti itu, Nina mengaku mengalami banyak kemajuan dalam performa divisi yang dipimpinnya.
"Saya sebenarnya tidak pernah memandang apakah ia laki-laki atau perempuan. Namun kalau saya berhadapan dengan laki-laki, mereka selalu menggunakan rasio sehingga saya berbicara fakta dan data, sedangkan dengan perempuan bisa melalui pendekatan perasaan," kata Nina.
"Dan dalam kondisi tertentu saya harus berani tegas untuk bilang tidak."
"Saya juga pernah dalam sebulan harus flight lebih dari 100 kali. Saya juga punya suami dan anak-anak, kadang orang bertanya bagaimana saya melakukan ini semua. Yang saya lakukan adalah menyediakan waktu khusus tertentu hanya untuk saya dan keluarga saya, tak ingin diganggu, kecuali sangat penting dan oleh atasan saya," kata Nina.
(chs)