Bangka, CNN Indonesia -- Masyarakat Bangka, yang masih terfokus pada komoditas tambang timah, dinilai sudah saatnya berpaling ke sektor pariwisata. Sebab, pertambangan adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui.
“Sudah saatnya masyarakat Bangka meninggalkan timahnya, ekonomi digerakkan ke green tourism,” kata Tazbir, Asisten Deputi Pengembangan Pasar Bisnis dan Pemerintahan, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, di Sungailiat, Bangka, Sabtu (23/4).
Menurutnya, masyarakat Bangka masih terpaku kepada timah. Bangka merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia. PT Timah yang sebelumnya berpusat di Jakarta, akhirnya dipindahkan ke Pangkalpinang, Ibu kota provinsi Bangka Belitung.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Senada, Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Bangka Teddy Sudarsono mengatakan, masyarakat Bangka tidak terbiasa menerima wisatawan luar. "Karakter masyarakat kami tidak menangkap momen (wisatawan) itu sebagai keuntungan," ujar Teddy.
Teddy menuturkan, dinas memiliki pekerjaan rumah yang berat, menjadikan pariwisata menggantikan tambang sebagai objek kebanggaan Bangka. Dia mengingatkan, tambang tidak dapat diperbarui. Dinas dan pemerintah daerah menyiasati hal itu melalui desa wisata. Hal itu pun dilakukan bertahap.
"Kami menyediakan
home stay di perkampungan dekat sektor wisata. Jadi makin banyak kunjungan, mereka untung," tuturnya.
Dia mengungkap, sejumlah rumah produksi menawarkan pembuatan film mempromosikan Bangka. Namun, hal itu terkendala besarnya anggaran yang diajukan kepada pemerintah daerah.
"Kami membantu perizinan, tapi jangan dibebankan dengan proposal yang besar. APBD kami tidak seindah APBD DKI," ucapnya.
(ded/ded)