Menjelajahi Alam Hipster di Shoreditch

Ardita Mustafa | CNN Indonesia
Selasa, 07 Jun 2016 13:42 WIB
Tak hanya menjadi tempat berkumpulnya anak muda nyentrik, namun pertokoan hingga restoran bagian timur London ini juga menawarkan banyak hal unik.
Kawasan Brick Lane, yang merupakan salah satu tempat kongko anak muda di London, pada Selasa (31/5). (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebagai Ibu Kota, London memang memiliki apa yang dibutuhkan masyarakat modern. Mulai dari perkembangan seni, pendidikan, hiburan, perekonomian, fesyen hingga wisata yang ada di kota ini menjadikan London tempat yang dapat memuaskan semua kebutuhan warga ataupun tamunya.

Kemampuannya menjaga sejarah dan tradisi Inggris tak membuat London menutup diri dari modernitas. Salah satunya dengan membebaskan kaum muda untuk tetap dapat mengekspresikan hasrat seninya.

Shoreditch, sebuah kawasan di area timur London menjadi tempat yang direkomendasikan oleh pemenang Asia's Next Top Model siklus ketiga, Ayu Gani saat bertemu CNNIndonesia.com, usai perhelatan Indonesian Weekend, Minggu (29/5) lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan yang akrab disapa Gani itu itu kini memang menetap di London untuk mengejar karier modelnya. Dia langsung menyebut nama Shoreditch saat ditanya di mana tempat favoritnya menghabiskan waktu luang.

"Wah, Anda harus ke Shoreditch! Saya suka sekali nongkrong bersama teman-teman di situ," kata Gani sambil tersenyum.

Ternyata tidak hanya Gani, sejumlah mahasiswa Indonesia yang tinggal di London pun menyarankan untuk mengunjungi Shoreditch. Sama seperti beberapa kawasan hiburan di wilayah Jakarta Selatan, Shoreditch terasa sebagai tempat untuk kaum muda London dilihat dan melihat.

Hal itu terasa saat CNNIndonesia.com menyambangi Shoreditch, Rabu (1/6) lalu. Perjalanan dimulai dari Stasiun Euston menuju Stasiun Old Street. Terlihat banyak kaum muda berpakaian dengan gaya street style di dalam kereta.

Alat lukis, gitar hingga skateboard menjadi pelengkap setelan anak-anak muda yang akan bermain di Shoreditch. Kawasan ini memang disebut-sebut sebagai tempat bergaul anak muda hipster yakni kaum yang gemar berpenampilan nyentrik sekaligus unik.

Keeksentrikan itu pun langsung terlihat ketika CNNIndonesia.com keluar dari Stasiun Old Street. Sebuah hotel berbentuk meruncing pada bagian atas gedung cukup menarik perhatian.

Bangungan yang ternyata merupakan penginapan bernama M by Montcalm Hotel itu terlihat sangat tipis dan tajam. Mirip dengan gedung dalam serial kartu Powerpuff Girls.

Lucunya, keunikan yang ditampilkan bangunan ini malah membuatnya masuk nominasi sebagai desain gedung terburuk atau Carbuncle Cup 2015 yang digelar oleh majalah Building Design.

Tak hanya bangunan unik, penampilan kaum muda di kawasan ini juga sangat menarik untuk diamati. Sepatu sneakers yang dipadukan dengan tas rancangan desainer yang terlihat agaknya hanya salah satu bukti keunikan anak muda di Shoreditch.

"Kalau mereka dirampok di tengah jalan, entah apa yang mereka tangisi, sepatu Nike atau tas Hermes-nyam” kata Paul, pria asal London yang menemani CNNIndonesia.com mengenal lebih dekat segelintir budaya kaum muda Inggris.

Setelah menyambangi beberapa spot nongkrong anak muda Shoreditch, target selanjutnya siang itu adalah mencari restoran untuk memenuhi perut yang mulai menjerit.

Paul menyarankan, bagi wisatawan Inggris yang gemar dengan sajian makan siang seperti fish and cips, baiknya mencari di kota London. Alasannya, ikan-ikan yang dipasok ke restoran-restoran London sangatlah segar dibandingkan tempat lain.

Sebuah restoran bernama Ned’s Noodle Bar pun seakan menarik langkah kaki. Masuk ke dalam restoran kecil ini, mendadak air liur seakan menetes. Menu mie dengan rasa khas Asia sontak menggiurkan kami.
Restoran Neds Noodle Bar yang menyajikan menu masakan dari mie dengan berbagai rasa khas Asia di Shoreditch, London, pada Senin (30/5). (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Ada lima pilihan mie, sembilan pilihan rasa, dan delapan pilihan isian. Menariknya, restoran ini pun memastikan sajian mereka halal. Singaporean Egg Noodles with Beef menjadi pesanan saat itu.

"Oh, pilihan yang sangat tepat dan enak. Anda pasti berasal dari Asia? Darimana tepatnya Anda berasal? Oh, Indonesia! Jauh sekali untuk makan mie di sini,” kata sang kasir sambil tersenyum.

Beserta minuman, harga menu yang harus dibayar saat itu sekitar GBP10 atau sekitar Rp192 ribu. Lagi-lagi, keunikan lain di kawasan Shoreditch kembali terlihat.

Seperti yang dilakukan oleh Ned’s Noodle Bar yang membungkus makanan pesanan pelanggannya dengan wadah unik, yakni sebuah kotak kertas berbentuk tabung berwarna putih.

Sang kasir mengatakan, makanan dikemas seperti itu untuk memudahkan pengunjung yang kekenyangan, sehingga bisa langsung membawa pulang makanannya. Rasa makanan terbilang enak, apalagi jika ditambah dengan saus cabai Sriracha.

Usai mengenyangkan perut, kaki pun kembali mantap berjalan. Memasuki kawasan Hoxton, mata semakin dihibur oleh pemandangan seni menarik. Coretan-coretan di dinding dengan komposisi warna, garis dan bentuk sangat menarik perhatian siapapun yang melintas wilayah Hoxton.
Kawasan Hoxton, yang merupakan salah satu tempat kongko anak muda di London, pada Senin (30/5). (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Desa orang tampan, begitu seorang teman wanita yang kebetulan sedang mencari kekasih, menyebut kawasan Hoxton. Sebutannya mungkin tidak terlalu berlebihan, karena tidak hanya wanita, para pria di sini juga tampil penuh gaya. Persis seperti pria yang ada di papan billboard.

Usai melewati Hoxton dan segala penampilan kerennya, kami lalu melanjutkan perjalanan ke Brick Lane.

Paul mengatakan, Brick Lane bisa dibilang sebagai kawasan ekonomi kreatifnya anak muda di London. Benar saja, plang butik, toko buku, kedai kopi, restoran hingga studio tato terlihat berderet-deret terpampang di pinggiran jalan.

Sebuah toko rilisan musik fisik bernama Rough Trade East di Brick Lane menarik perhatian. Di sekitarnya, dinding-dinding penuh grafiti menarik pun kembali terlihat.

Rough Trade East tidak terlalu sulit untuk ditemui. Toko musik ini merupakan bangunan yang paling besar di gang Brick Lane. Selain menjual piringan hitam, CD, buku dan pernak-pernik musik, toko ini juga memiliki panggung musik di tengah ruangannya.
Rough Trade East, toko yang menjual rekaman musik berbentuk fisik seperti CD dan vinyl, yang berada di kawasan Brick Lane, London, pada Selasa (31/5). (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Sebelum CNNIndonesia.com tiba di sana, musisi muda Cullen Omori baru saja tampil. Bahkan band selegendaris Blur pernah tampil di sana. Setelah mendapat piringan hitam incaran, kami melanjutkan perjalanan keluar dari Brick Lane kembali ke Shoreditch.

Di pinggir jalan, kami melihat ada kawasan perbelanjaan bernama Box Park. Tidak seperti kawasan perbelanjaan lain, Box Park merupakan komplek pertokoan minimalis yang bangunannya dibuat dari boks kontainer.

Warna bangunannya hampir seragam, hitam dan putih. Namun, ketika melirik ke dalam satu persatu, pemilik toko sudah menghiasnya ramai dengan neon berwarna-warni.

Salah satu toko yang menjual tas merek Fjallraven Kanken kami sambangi. Walaupun kecil, namun tokonya memiliki warna tas yang lebih lengkap daripada di Urban Outfitters yang berada di Oxford Street.

Puas berbelanja oleh-oleh yang anti-mainstream, kami berniat pulang dan menuju stasiun Old Street. Tapi, sebuah kafe bernama Cereal Killer malah menarik perhatian.
Cereal Killer Cafe, kafe yang menyajikan berbagai macam merek sereal dari seluruh dunia, yang berada di kawasan Brick Lane, London, pada Selasa (31/2). (CNN Indonesia/Ardita Mustafa)
Dari namanya, kafe ini menyediakan menu berbagai sereal dari seluruh dunia. Konsep kafenya sangat aneh sekaligus unik, karena memiliki meja dan tempat duduk di bawah tanah, lengkap dengan kasur. Di sini pengunjung bisa merasakan sensasi makan sereal seperti di rumah.

Saat menuju ke stasiun sore itu, tiba-tiba hujan turun dan memaksa kami mencari tempat untuk berteduh. Sebuah bar bernama Hoxton 7 menjadi tempat singgah kami menunggu hujan reda.

Ah, seakan tak ada habisnya, kami pun kembali dibuat takjub dengan keunikan tempat itu. Nuansa film Trainspotting langsung terasa saat memasuki Hoxton 7. Semua orang terlihat berdandan khas era 90-an.

Jika tidak memakai kaus, skinny jeans dan sepatu Converse, yang lainnya akan memakai kemeja berkancing, celana baggy dan sepatu Dr. Martens. Tak melulu sebagai tempat berbincang sambil menikmati hangatnya bir, bar ini ternyata juga dijadikan tempat membaca buku.

Kala itu, seorang anak muda terlihat asik tenggelam dalam konsep-konsep yang tertuang di buku psikologi milik Sigmund Freud. "Selamat datang di kota hipster!" kata Paul.

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER