'Ngamen' Ondel-Ondel Jadi Daya Tarik Wisata

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Rabu, 22 Jun 2016 17:10 WIB
Keberadaan Ondel-Ondel di jalanan jadi daya tarik wisata Jakarta. Banyak wisatawan mancanegara yang tertarik pada Ondel-Ondel saat mereka beraksi.
Mengamen Ondel-Ondel, selain jadi cara melestarikan budaya juga sekaligus jadi daya tarik wisata Jakarta. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kesenian betawi memang tak dapat dilepaskan dengan adanya ondel-ondel, yang telah menjadi simbol peninggalan kebudayaan Betawi.

Sebelum dikenal sebagai 'ondel-ondel', masyarakat betawi mengenalnya dengan nama Barongan. Diduga, popularitas nama Ondel-Ondel muncul setelah kemunculan lagu 'Ondel-Ondel' yang dinyanyikan oleh Almarhum Benyamin Sueb.

Dulu masyarakat betawi meyakini Ondel-Ondel ini sebagai penolak bala atau kesialan, namun seiring berjalannya waktu kepercayaan itu hilang. Kini, Ondel-Ondel jadi simbol kesenian Betawi yang kerap dipertunjukkan dalam berbagai acara ataupun perayaan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Ibukota Jakarta sendiri, tempat berkembangnya masyarakat Betawi, Ondel-Ondel kerap diarak berkeliling kota hingga kampung-kampung.

Sempat beberapa waktu, keberadaan Ondel-Ondel ini menghilang dan hanya dapat ditemui pada beberapa lokasi hiburan saja dan perayaan besar seperti ulang tahun Jakarta. Namun, belakangan ini, semarak iringan ondel-ondel yang berlenggak-lenggok kembali menghiasi jalan-jalan ibu kota.

Pengrajin dan penyewa Ondel-Ondel di kawasan Kemayoran Jakarta, Andri, turut mengungkapkan bahwa kembalinya Ondel-Ondel ini sebagai bentuk pelestarian dan pengenalan kesenian Betawi.

Di samping itu, keberadaan Ondel-Ondel di jalanan juga jadi daya tarik wisata Jakarta. Banyak wisatawan, terutama yang berasal dari mancanegara yang tertarik pada Ondel-Ondel saat mereka beraksi.

Perihal pertunjukkan yang kerap dilakukan, Andri membaginya pada dua bentuk. Pertama, secara rutin anggota komunitas atau perkumpulan di tempatnya tinggal, sering berkeliling ke beberapa lokasi di sekitaran Jakarta. Dan, juga menyewakannya untuk berbagai acara atau perayaan.

Terkait lokasi yang sering disambangi, Andri mengungkapkan ia memilih lokasi yang berbeda setiap harinya untuk menyuguhkan kesenian ondel-ondel.

"Kelilingnya bisa ke Cengkareng, Bintaro, Sabang, Setu Babakan, Cibubur, Rempoa, Pondok Ranji, kadang ke Priuk juga. Kalau di Kemayoran udah banyak yang tahu, ibaratnya di sini kan sarangnya, makanya pindah-pindah supaya nggak suntuk dan cari suasana beda" kata Andri yang ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya di Utan Panjang, Kemayoran, Senin (20/6).

Andri pun turut mengungkapkan, dalam sehari rombongan pengarak ondel-ondel yang terdiri dari 10-15 orang ini, dapat berkeliling selama 8 jam dari pukul 2 siang hingga pukul 8 atau 9 malam. Tak hanya berkeliling ibukota, Andri kerap mendapat pesanan khusus untuk menampilkan Ondel-Ondel dalam suatu acara atau perayaan.

"Kalau bulan puasa kayak sekarang lagi kosong, tapi biasanya ada pesenan tampil di Balai Kota, atau kalau ada acara di tempat-tempat hiburan kayak Monas, Ancol, atau Taman Mini. Hotel sama mal-mal juga suka sewa buat dipajang biasanya," katanya.
Pengunjung berfoto bersama dengan ondel-ondel di depan Museum Sejarah Jakarta. Tak hanya di kawasan wisata, Ondel-Ondel juga kerap 'mengamen' dengan diarak berkeliling kota. (ANTARA/Fanny Kusumawardhani)
Tidak Mudah

Bukan hal mudah mengarak Ondel-Ondel berkeliling kota. Ondel-Ondel terbuat dari dari kayu dan berbobot sekitar 10 kilogram. Boneka besar dengan dekorasi meriah itu kemudian diarak dengan iringan musik khas Betawi yang dimainkan dengan alat musik seperti tehyan, kendang, knong, gong, dan kecrek.

Andri pun bercerita, meski bertujuan mengenalkan dan melestarikan kesenian betawi, sesekali ia dan rombongan pengiring ondel-ondel ini menerima teguran.

"Ditegur pasti pernah, kami ngertiin aja biasanya, tapi nggak sampai ribet. Paling disuruh minggir. Kalau daerah memang lebih bagus di jalan-jalan, tapi kalau meriah ya meriahan di kampung. Tahu saja batasan-batasan dilarang atau tidaknya paling," ungkap Andri yang telah mengenal Ondel-Ondel sejak tahun 1997.

Andri sendiri telah mengenal simbol budaya Betawi itu sejak kecil, karena dikenalkan oleh orangtuanya. Dia kemudian memperdalam pengetahuannya dengan ikut berbagai pelatihan kesenian Betawi. Tak hanya Ondel-Ondel, tetapi juga gambang kromong, dan lenong.

Ia pun kerap pergi dari satu komunitas Betawi ke komunitas lainnya untuk menambah ilmunya di bidang seni, serta mengenal lebih banyak teman. Hingga pada dua tahun terakhir ini, ia akhirnya berhasil mengajak teman-teman di kampungnya untuk aktif menekuni seni Betawi dan telah memiliki dua pasang Ondel-Ondel sendiri.

Meski menurutnya penghasilan yang didapat kerap tak sesuai, ia sering mengatakan kepada teman-temannya yang ingin ikut bahwa tujuannya adalah melestarikan.

"Dengan keliling 8 jam, sebenarnya nggak sesuai kalau dipikir sama capeknya. Makanya saya sering tanya mau ikut-ikut begini dasarnya apa? kalau cari duit ya nggak sesuai, tapi kalau niatnya melestarikan dan buat hobi, sudah nikmat deh hidup," tutur Andri yang bermimpi menyelenggarakan pentas kesenian Betawi di tempat kelahirannya. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER