Jakarta, CNN Indonesia -- Anak-anak yang terlalu sering menonton televisi, akan memiliki kepadatan tulang yang rendah dan rentan terkena osteoporosis ataupun patah tulang, saat dewasa, sebut sebuah studi baru.
Melansir
Reuters, studi yang dipublikasikan di
Journal of Bone and Mineral Research itu meneliti tingkat kepadatan tulang anak-anak dan remaja, hingga berusia 20 tahun, dimana laju pertumbuhan massa tulang tengah mencapai puncaknya. Mereka kemudian membandingkan hal tersebut dengan kebiasaan anak-anak menonton televisi.
Kesimpulan penelitian ditarik dari data yang dikumpulkan selama 15 tahun terakhir, dimana anak-anak lebih sering duduk dan menonton televisi atau bermain dengan gawai, seperti ponsel dan tablet.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joanne A. McVeigh dari Curtin University di Perth, Australia, meneliti lebih dari 1,000 anak dengan kisaran usia 5, 8, 10, 14, 17 dan 20 tahun. Dia beserta timnya membagi anak-anak dalam tiga kelompok berdasarkan kebiasaan menonton televisi, yakni grup 1 yang menonton televisi kurang dari 14 jam per minggu, grup 2 yang menonton televisi lebih dari 14 jam per minggu, dan grup 3 dengan jam menonton televisi yang terus bertambah selama masa penelitian.
Di usia 20 tahun, semua partisipan harus melakukan pemeriksaan sinar-X untuk mengetahui tingkat kepadatan tulang.
Peneliti juga memperhitungkan tinggi badan, berat badan, aktivitas fisik, asupan kalsium dan vitamin D, konsumsi alkohol serta kebiasaan merokok saat dewasa.
Hasilnya, dari seluruh partisipan, anak-anak yang menonton televisi lebih sering, punya kepadatan tulang yang lebih rendah saat dewasa.
“Apa yang harus diperjelas adalah bukan menonton televisi yang menyebabkan anak-anak punya kepadatan tulang yang rendah saat dewasa, melainkan duduk dalam jangka waktu panjang,” kata Natalie Pearson dari Fakultas Ilmu Kesehatan dan Olahraga, Loughborough University, Inggris, yang tidak terlibat dalam studi.
Pernyataan Pearson didukung oleh Dr. Sebastien Chastin dari Glasgow Caledonian University, Inggris, yang juga tidak terlibat dalam studi. Dia menyebut tidak bergerak dalam waktu lama, baik itu dalam posisi duduk atau tidur, bisa memengaruhi kesehatan tulang.
“Duduk dan menonton televisi mengakibatkan dua hal, mengurangi kegiatan fisik dan membuat tulang lemah,” ujarnya.
Chastin menambahkan, dari studi yang dilakukan sebelumnya, posisi tubuh diam dalam waktu lama akan memicu respon fisiologis yang mengubah keseimbangan kimia dalam darah, yang bertanggung jawab memperkuat tulang.
“Banyak studi yang menunjukkan efek buruk duduk terlalu lama terhadap kesehatan tulang,” sebut Chastin.
Selain itu, dia juga menambahkan, kepadatan tulang yang rendah akan menyebabkan osteoporosis serta tulang yang mudah patah.
Tubuh manusia mencapai puncak kepadatan tulang di usia 22 tahun, setelah itu, massa tulang akan terus menurun sesuai pertambahan usia. Meskipun demikian, kesehatan tulang bisa terus dijaga dengan gaya hidup aktif dan asupan bernutrisi.
“Olahraga terbukti bisa mempertahankan kepadatan tulang,” sebut Chastin, sembari menyebutkan lari, jalan jauh, dan parkour sebagai jenis olahraga terbaik untuk tulang.
(reuters/les)