Jakarta, CNN Indonesia -- Para wanita harus benar-benar memperhatikan kesehatan alat reproduksi mereka. Beberapa studi mengungkap kondisi bakteri di daerah kewanitaan dapat menjadi sarana penyebab infeksi HIV secara heteroseksual.
Hal tersebut terungkap dalam pemaparan ilmiah di Konferensi AIDS Internasional ke-21. Para peneliti menyebutkan, bakteri
Lactobacillus yang ada di daerah kewanitaan harus berada dalam kondisi optimal agar HIV tak mudah masuk.
Dalam kondisi sehat, ekosistem di organ intim wanita didominasi oleh bakteri
Lactobacillus. Namun ketika kondisi bakteri ini rendah atau bahkan tak ada, maka bakteri lain akan masuk mendominasi. Dan dua studi yang berkaitan dengan hal ini menunjukkan tingkat bahaya yang patut dipertimbangkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir
IFL Science, sebuah
studi menyebutkan bahwa wanita dengan kandungan bakteri
Prevontella bivia yang tinggi pada organ intim mereka memiliki peluang hampir 20 kali lipat terinveksi HIV saat berhubungan seks, dibanding yang tidak atau sedikit memiliki
Prevontella biviaStudi tersebut menjelaskan
Prevontella bivia dapat menyebabkan daerah organ intim wanita terluka yang kemudian mendorong pelepasan senyawa
lipopolysaccaride (LPS). LPS diketahui mampu menjadi fasilitator infeksi virus HIV.
Sedangkan penelitian lainnya menunjukan peran bakteri
Gardnerella vaginalis ternyata memberikan sumbangsih nyata pada penyebaran HIV. Bakteri ini menyerap senyawa bernama tenofovir, padahal senyawa tersebut efektif dalam mencegah penularan HIV.
Namun ketika keberadaan
Lactobacillus rendah dan disusul munculnya
Gardnerella vaginalis, dampak perlindungan dari senyawa tenofovir lenyap.
Tes kadar keasaman dapat dilakukan bila ingin mengetahui keberadaan dua bakteri ini, karena keberadaan
Prevotella dan
Gardnerella menyebabkan kondisi vagina menjadi lebih alkali atau basa.
Namun perlu tes lebih lanjut bila ingin mengetahui dampak infeksi khusus yang disebabkan oleh bakteri di organ intim wanita.
Hasil penemuan ini menjadi landasan bagi Center for the AIDS Program of Research in South Africa (CAPRISA) guna melindungi gadis-gadis Afrika dari tertularnya virus HIV penyebab AIDS.
Salim Abdool-Karim, peneliti CAPRISA, menyebut perlu penelitian lebih lanjut, terutama guna melihat jangkauan dampak infeksi vagina pada penyebaran HIV.
Akan tetapi, dengan keberadaan hasil penelitian tersebut semakin menegaskan pentingnya para wanita untuk menjaga dan memperhatikan keseimbangan ekologi bakteri di organ intim mereka.
(les)