Balap Sepeda Jadi Corong Wisata Indonesia

Agniya Khoiri | CNN Indonesia
Rabu, 27 Jul 2016 19:00 WIB
Tour de Singkarak menjadi ujung tombak sport tourism atau wisata olahraga di Indonesia. Lewat balap sepeda, wisata Indonesia ikut terangkat.
Sport Tourism menjadi cara baru meraup untung lewat kegiatan olahraga. (Dok. StokPic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gaung promosi wisata semakin gencar digerakkan oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar) Republik Indonesia, lewat berbagai event olahraga berskala internasional. Salah satu yang pamornya sudah mendunia adalah Tour de Singkarak (TdS). Digelar sejak 2009, TdS jadi ujung tombak sport tourism atau wisata olahraga di Indonesia.

Kesuksesan TdS melahirkan banyak event serupa yang jadi corong promosi wisata daerah, sebut saja Tour de Banyuwangi Ijen, Tour de Flores dan yang terbaru, Tour de Jakarta.

Lewat ajang balap sepeda itu, ada wajah wisata baru yang disuguhkan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tujuh tahun berjalan, Tour de Singkarak terbukti bisa menggenjot wisata Sumatera Barat. Bahkan, TdS sudah masuk kalender balap sepeda internasional oleh Amauri Sport Organisation (ASO), yang merupakan penyelenggara resmi Tour de France, sejak 2013 lalu.

ASO menyebut TdS merupakan salah satu acara balap sepeda utama di Asia dengan jumlah penonton lebih dari 1 juta orang atau menduduki peringkat dunia ke-5 balap sepeda internasional. Peringkat pertama masih ditempati Tour de France (12 juta penonton), kedua oleh Giro A Italia (8 juta), dan ketiga oleh Vuelta A Espana (5 juta).

"Ini artinya TdS efektif sebagai sarana promosi dalam rangka meningkatkan kunjungan dan awareness wisatawan juga memberikan direct impact dan media value yang tinggi,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya.

Gubernur Sumbar, Irwan Prayitno menyatakan bahwa penyelenggaraan TdS memberikan kontribusi yang besar bagi percepatan pertumbuhan dan pengembangan wilayah dan pengembangan kepariwisataan di Sumbar serta kabupaten atau kota yang ada di dalamnya.

"Selama tujuh tahun terakhir ini pembangunan infrastruktur, sarana prasarana, usaha dan fasilitas pariwisata di berbagai daerah di Sumbar mengalami peningkatan yang pesat. Demikian juga peningkatan arus kunjungan wisatawan yang tahun 2015 lalu sebanyak 6,9 juta wisnus dan 78.274 wisman, sedangkan target tahun 2016 ini meningkat 7,4 juta wisnus dan 85 ribu wisman,” kata Irwan.

Hal serupa juga dialami 'tuan rumah' Tour de Banyuwangi. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas menyampaikan selain dari sisi promosi dan pembangunan infrastruktur penunjang pariwisata, ajang balap sepeda itu juga mendukung pengembangan SDM pariwisata melalui berbagai pelatihan tematik seperti life guard dan pengelola wisata adat.

Ini yang kemudian menurut Arief menjadi salah satu alasan mengapa Kemenpar gencar mendorong kegiatan sport tourism internasional di Tanah Air.

Berkat TdS, peningkatan yang cukup signifikan terjadi. Tahun 2010, wisman yang menginap di hotel berbintang di Sumbar sebanyak 332.515 orang, dan tahun 2011 meningkat menjadi 413.180 orang atau naik 24,3 persen. Data tersebut yang kemudian memicu terselenggaranya Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) mulai tahun 2012. Hingga, pada 2016 ini ditambah kembali dua acara serupa di Flores pada bulan Mei, dan Jakarta di akhir bulan Juli.
Pemandangan alam di sepanjang Singkarak jadi nilai tambah ajang balap sepeda internasional Tour de Singkarak. (Peserta tour de singkarak 2015, 10 Oktober 2015. (CNN Indonesia/Vriana Indriasari)
Ajang Promosi Wisata, Budaya, dan Kuliner

Dengan terselenggaranya ajang balap sepeda tersebut, rute yang dilewati para pesertanya yang kemudian menjadi pusat promosi wisata Indonesia. Tak hanya para peserta, penonton yang datang pun dapat menikmati pesona wisata tersebut.

Seperti misalnya pada TdS, rute yang dilewati meliputi objek wisata seperti Pantai-pantai di sepanjang Solok-Padang, Danau Singkarak, Bukit Batu Karang Solok, Kelok Sembilan, Istano Basa Pagar, Istana Bung Hatta Bukittinggi, juga Tugu Perdamaian Kota Padang.

Sedangkan pada TdBi, meliputi rute objek wisata seperti Pantai Pulau Merah, kaki Gunung Ijen, Waduk Sidodadi, Grand New Watu Dodol, Kawah Ijen, Pelabuhan Ikan Muncar, serta Taman Blambangan.

Kemudian untuk TdF, rute yang dilalui meliputi objek wisata seperti Larantuka di Flores Timur, Labuan Bajo di Manggarai Barat, Bejawa, Ende, Sikka, serta Ruteng.

Sayangnya, tidak demikian dengan Tour de Jakarta (TdJ). Jika ajang balap sepeda lainnya menonjolkan pemandangan alam dengan berkeliling kawasan wisata, TdJ dipusatkan pada jalan protokol, yakni Jalan MH Thamrin dan Jalan Jenderal Sudirman.

Mengisi kekurangan akan sentuhan khas Jakarta yang minim, pada garis awal dan akhir perlombaan, serta sejumlah titik yang dilewati akan disediakan suguhan hiburan berupa kesenian dan kuliner khas Betawi.

Oleh karena itu, TdJ yang digelar pada Sabtu (30/7) menjadi ‘pemanasan’ sebelum TdS yang akan dilaksanakan pada 6-14 Agustus 2016.

Arief optimistis penyelenggaraan kegiatan yang menjadi bagian program Pesona Indonesia dan Wonderful Indonesia hendak mewujudkan target tahun 2016 untuk mendapat 12 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan 260 juta pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) di Indonesia.

Tak hanya lewat ajang balap sepeda, kegiatan seperti Musi Triboathlon, Jakarta Marathon, maupun sebagai tuan rumah MotoGP 2017 dan Asia Games 2018, memiliki potensi yang sama besarnya untuk menggaungkan destinasi wisata di Indonesia di panggung global. (les)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER