Jumlah Dokter Bedah Plastik Indonesia Tak Cukupi Kebutuhan

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Kamis, 04 Agu 2016 05:43 WIB
Permintaan atau kebutuhan operasi plastik yang mencapai hingga ribuan orang di Indonesia, ternyata hanya dapat ditangani oleh ratusan dokter bedah plastik.
Ilustrasi. (Thinkstock/Michaeljung)
Jakarta, CNN Indonesia -- Salah satu bidang medik yang makin naik daun di tengah kehidupan modern adalah bedah plastik dan estetika. Baik untuk alasan kesehatan atau mempercantik diri, permintaan bedah plastik ternyata kian meningkat.

Meski banyak kebutuhan dan peminatnya, namun jumlah dokter bedah plastik di Indonesia ternyata tak dapat mencukupi permintaan itu. Hal itu diungkapkan oleh Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetik Indoonesia (PERAPI), Irena Sakura Rini.

"Jumlah dokter bedah plastik yang ada di Indonesia tidak cukup," kata Irena saat ditemui CNNIndonesia.com di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (2/8).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagai perbandingan, di Korea Selatan, di satu daerah Gangnam, di sepanjang itu ada 5000 dokter bedah plastik. Sedangkan di Indonesia hanya 174. Padahal, kira-kira Indonesia butuh 2500 dokter bedah plastik," ujarnya.

Menurut PARPI, sejauh ini anggota perhimpunan resmi dokter bedah plastik di Indonesia menaungi 174 anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Ada enam kota yang menjadi pusat dokter bedah plastik di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan dan Makassar.

Sebanyak 174 dokter yang sudah terverifikasi tersebut sudah meningkat pesat dibanding tiga dekade lalu yang masih berjumlah 11 orang.

Kondisi menyedihkan semakin terasa ketika mengetahui bahwa untuk mencapai ambang 'cukup' seharusnya satu dokter dapat menangani 10 ribu pasien. Namun jumlah dokter bedah di Indonesia tak dapat mencapai batas tersebut.

Bila mengikuti asumsi 'ideal' satu berbanding 10 ribu, maka seharusnya dokter bedah plastik Indonesia paling sedikit ada 2500 orang. Dengan 174 dokter, berarti hanya 6,9 persen dari jumlah kebutuhan.

Di sisi lain, gempuran industri kecantikan semakin besar begitu pula dengan keberadaan dokter-dokter asing yang berani untuk membuka praktik atau menawarkan prosedur kecantikan.

Namun, tak sedikit dari masyarakat yang mengikuti bujuk rayu tersebut malah mendapatkan wajah yang jauh dari kata cantik. Kondisi ini pula yang menjadi keluhan dari para dokter bedah plastik bersertifikat itu.

"Masyarakat banyak yang ke luar negeri atau ke dokter asing, padahal kompetensi dokter di Indonesia tak kalah dengan asing," kata Irena. "Namun, giliran muka pasien sudah diacak-acak dan tak sesuai hasil, baru datang ke kami."

Operasi plastik mulai menjadi tren dalam beberapa tahun terakhir. Meskipun tidak ada data resmi jumlah prosedur bedah plastik di Indonesia yang terekam, namun secara umum menurut data global prosedur bedah plastik mengalami kenaikan.

Menurut data komunitas para ahli bedah plastik dunia, the International Society of Aesthetic Plastic Surgery (ISAPS), pada 2015 mencantumkan prosedur pembesaran payudara sebagai operasi bedah plastik terpopuler dengan 1,4 juta prosedur. Angka ini naik 10,4 persen dibanding 2014, yakni 1,3 juta prosedur.

Beberapa prosedur bedah plastik juga mengalami kenaikan seperti Liposuction dan Abdominoplasty atau prosedur pengencangan perut dengan cara menarik dan membuat kencang otot, atau membuang lemak perut.

Namun di sisi lain, menurut data ISAPS, prosedur operasi kelopak mata turun hingga 11,4 persen dibanding 2014. Selain itu, prosedur kecantikan non medik seperti botox, dan hair removal juga mengalami penurunan.

Karena kekurangan jumlah dokter bedah plastik, para ahli dokter bedah plastik ini terus melakukan edukasi kepada masyarakat guna pencegahan publik terjebak dengan iming-iming prosedur kecantikan yang seolah dikerjakan oleh ahli medik.

Salah satu edukasi yang dilakukan para dokter bedah ini adalah berdiskusi dengan pasien bila permintaan prosedur 'mengikuti iklan' ditolak oleh sang dokter.

"Saya selalu bilang sama pasien saya, kalau dokter yang benar-benar punya sertifikat dan resmi, mengapa melakukan prosedur di hotel? Karena risiko kalau terjadi apa-apa itu besar dalam prosedur bedah plastik itu besar dan mereka yang benar pasti tidak ingin mempertaruhkan profesi dan nama mereka untuk itu," kata Fonny Josh, salah satu dokter bedah plastik anggota PARPI dan pakar stem cell.

(meg)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER