Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia -- Minggu (14/8), Jakarta diguyur hujan lebat. Bagi pengantin baru, hujan jadi alasan untuk bermesraan, tapi bagi para pengunjung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta, hujan adalah bencana.
Belum genap seminggu dibuka, Terminal 3 yang digadang-gadang jadi ‘Gerbang Pariwisata Indonesia’ diserbu banjir. Penyebabnya, ada saluran air yang tersumbat di area ketibaan. Akibatnya air meluap dan menimbulkan genangan.
Tentu saja, aktivitas di bandara ‘gres’ itu terganggu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hanya selang beberapa menit, dunia maya langsung heboh. Media sosial dipenuhi gambar Terminal 3 Ultimate yang kebanjiran.
Seperti biasa, banyak yang langsung mengkritik dan mencemooh.
Twitter dan
Instagram riuh soal ketidakbecusan Indonesia membangun bandara secanggih Changi atau Kuala Lumpur International Airport (KLIA).
Ada beberapa hal yang jadi perhatian.
Pertama, soal pernyataan Mantan Menteri Perhubungan Ignatius Jonan yang menyebut bahwa Terminal 3 belum siap beroperasi. Kedua, unggahan aktris Sophia Latjuba di
Instagram yang menyebut toilet di terminal tersebut tidak terjaga kebersihannya, serta waktu menunggu bagasi yang sangat lama.
Berikut kritikan Sophia:
"Dear Angkasa Pura, Ini adalah toilet baru di terminal baru, joroknya luar biasa (toilet2nya tidak bisa diflush). Banjir diluar terminal maupun di dalam. Tunggu bagasi lebih dari dua jam. Lumayan anarkis lalu lintas manusia diluar. Kalau Terminal 3 belum siap beroperasi dalam keadaan tidak merugikan penumpang2, jangan dibuka dulu dong.”Kenyataan soal banjir dan toilet jorok jadi pukulan besar bagi citra Terminal 3. Apalagi sebelumnya, terminal baru itu disebut-sebut sebagai yang paling canggih di Indonesia. Besar, mewah, modern.
Tapi, bukan berarti dengan adanya sedikit kesalahan, lalu nilai Terminal 3 Utimate langsung anjlok.
Toh, Angkasa Pura (AP) II sebagai pengelola terminal baru itu pun sigap memperbaiki kesalahan. Genangan dengan cepat diatasi dan aktivitas Terminal 3 Ultimate kembali lancar. APII, melalui
Head of Corporate Secretary & Legal juga meminta maaf pada publik atas ketidaknyamanan tersebut.
Mereka juga berjanji akan melakukan investigasi terkait masalah itu, untuk kemudian dilakukan perbaikan sehingga peristiwa serupa tidak berulang di kemudian hari.
Satu hal lagi yang harus diingat, terminal tersebut masih dalam tahap
finishing, yang artinya belum sepenuhnya selesai dibangun. Jadi, wajar saja jika ada 'bolong' di sana-sini.
Layaknya membangun rumah, sedikit bocor dan tampias di saat hujan, bisa jadi koreksi untuk perbaikan yang lebih menyeluruh.
Begitu juga dengan Terminal 3 Ultimate.
Dengan kata lain, peristiwa ini seharusnya jadi bentuk pelajaran dan instropeksi bagi pemerintah tentang pengelolaan fasilitas transportasi publik.
Di sisi lain, banjir yang terjadi di saat bandara belum beroperasi optimal juga jadi keuntungan tersendiri. Bayangkan jika banjir terjadi ketika Terminal 3 Ultimate sudah digunakan turis mancanegara. Bukan hanya citra bandara yang ambruk, tapi bisa jadi citra Indonesia yang runtuh di mata dunia.
Tidak hanya itu, bandara yang kebanjiran akibat hujan bukan hanya terjadi di Indonesia.
Pada awal Juni, Taoyuan International Airport, Taiwan, harus menunda 219 penerbangan akibat hujan deras yang menyebabkan banjir. Begitu pula pada Juli lalu, saat Penang International Airport, Malaysia, dilanda banjir. Hujan deras yang mengguyur sejak pagi, tidak tertampung drainase dan membuat air meluap ke daerah kedatangan, sehingga memengaruhi 14 penerbangan.
Meski foto dan berita soal banjir kedua bandara besar itu tersebar secara internasional,
toh tetap tidak mencoreng Taoyuan dan Penang sebesar 'belanga' di Terminal 3 Ultimate.
(dlp)