Jakarta, CNN Indonesia -- Selama satu pekan, hingga Minggu (28/8), Kota Tenggarong, Kalimantan Timur, menjadi tuan rumah penyelenggaraan Festival Erau 2016, yang memperkenalkan kekayaan budaya Kutai Kertanegara. Tujuannya, meningkatkan angka kunjungan wisatawan, terutama mancanegara ke daerah hunian Suku Dayak tersebut.
Alasan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mendukung penuh Festival Erau, karena acara tersebut memberikan pengalaman budaya dan sejarah, yang banyak dicari wisatawan mancanegara.
“Faktor kekayaan budaya itu menjadi daya tarik utama destinasi wisata di sebuah negara. Kontribusinya sampai 60 persen, sementara keindahan alam hanya menyumbang 35 persen, sisanya adalah wisata yang diciptakan manusia, seperti arsitektur, taman hiburan, konser atau
sport tourism,” papar Menteri Pariwisata Arief Yahya kepada
CNNIndonesia.com, belum lama ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari segi budaya dan sejarah, Kutai Kartanegara merupakan salah satu kerajaan tertua di Indonesia, yang berdiri sejak tahun 1300. Kesultanan Kutai adalah kesultanan bercorak Islam yang didirikan oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti di Kutai Lama. Kerajaan itu berakhir pada 1960.
“Ada banyak tradisi, upacara adat, pentas seni dan budaya yang merupakan warisan Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura,” kata Bupati Kutai Kartanegara Rita Widyasari.
Nama Erau sendiri, diambil dari tradisi Erau atau upacara ‘tijak tanah’ dan mandi ke tepian ketika Aji Batara Agung Dewa Sakti berusia lima tahun. Tradisi Erau pun kembali digelar ketika Aji Batara dewasa dan diangkat menjadi Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Sejak itulah Erau selalu diadakan setiap terjadi penggantian atau penobatan Raja-Raja Kutai Kartanegara.
Dalam perkembangannya, upacara Erau selain sebagai upacara penobatan Raja, juga untuk pemberian gelar dari Raja kepada tokoh atau pemuka masyarakat yang dianggap berjasa terhadap Kerajaan. Dalam upacara Erau ini, Sultan serta kerabat Keraton lain memberikan jamuan makan kepada rakyat sebagai tanda terima kasih Sultan atas pengabdian rakyatnya.
Tradisi Erau yang terakhir menurut tata cara Kesultanan Kutai Kartanegara dilaksanakan pada 1965, ketika diadakan upacara pengangkatan Putra Mahkota Kesultanan Kutai Kartanegara, Aji Pangeran Adipati Praboe Anoem Soerya Adiningrat.
Sementara, Festival Erau merupakan upaya pelestarian tradisi kuno yang kembali diangkat pada 1971, dan menjadi bagian dari perayaan ulang tahun Kota Tenggarong.
“Sekarang, Festival Erau tidak lagi dikaitkan dengan seni budaya kerajaan Kutai Kartanegara tetapi lebih bervariasi dengan berbagai penampilan ragam seni dan budaya yang ada di seluruh wilayah Kabupaten Kutai,” jelas Rita.
Adapun, dari segi destinasi wisata alam, Kabupaten Kutai memiliki Pulau Kumala yang punya fasilitas modern, seperti taman hiburan, kereta gantung, dan menara observasi setinggi 100 meter. Ada pula Museum Mulawarman dan Kedaton Kutai Kartanegara yang menarik untuk dikunjungi.
Rita juga menambahkan, Tenggarong punya akses yang mudah dicapai.
“Bisa dengan perjalanan darat dari Balikpapan selama tiga atau dari Samarinda selama 45 menit,” sebutnya.
(les)