Jakarta, CNN Indonesia -- Melihat Labuan Bajo dari ketinggian, terlihat hamparan pulau-pulau besar serta kecil berpadu dengan warna laut biru dan hijau. Seindah zamrud.
Sudah terbayang banyak hal yang bisa dilakukan oleh para wisatawan dari kota hasil pemekaran Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur tersebut.
Kota ini memang sudah siap menyambut turis lokal ataupun internasional. Walau hanya bisa disinggahi jenis pesawat perintis, namun Bandara Komodo sudah berbenah layaknya bandara di kota besar lain.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Bandara Komodo yang baru ini diresmikan sejak akhir Desember lalu oleh Presiden Jokowi,” kata Jeffry, salah satu warga lokal, saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, belum lama ini.
Pria yang sehari-harinya bekerja di bidang pariwisata ini menambahkan, selain pesawat sejenis ATR 72-600, kini landasan Bandara Komodo juga bisa menerima pesawat sekelas jet medium.
Labuan Bajo memang terus bersolek untuk dapat menerima jutaan turis. Walau masih dalam proses pembangunan, beberapa sudut sudah tersedia hotel-hotel dari murah hingga memadai.
“Di sini, 75 persen hotel dan restoran mewah dimiliki atau dikelola oleh orang asing. Hanya beberapa saja warga lokal yang punya tempat makan,” ia menambahkan.
Tiba Labuan Bajo, tentu saja banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Akan tetapi, bila Anda termasuk salah satu yang tak punya waktu banyak berlibur di Labuan Bajo, ada beberapa lokasi wisata yang bisa disambangi dalam waktu seharian penuh.
Setelah menyewa kapal, pastikan tiba sangat pagi di Pelabuhan Labuan Bajo. Selain mengejar waktu, terkadang syahbandar ini akan menimbulkan antrean panjang saat kapal-kapal Pelni tujuan seperti Surabaya atau Makassar merapat.
Dari situ, Anda bisa menuju destinasi 'klasik' yang sepanjang satu dekade terakhir sudah dikembangkan dan dikenal kalangan turis, dari Pantai Pink, Taman Nasional Noh Liang sampai Mantai Point yang seindah nirwana.
Satu petualangan tak akan pernah cukup. Anda akan selalu rindu untuk datang lagi dan lagi di nirwana klasik Labuan Bajo.
Destinasi pertama, tentu saja melihat Komodo. Hewan berwajah purba ini memang masih tinggal liar di Pulau Komodo dan Pulau Rinca, beberapa di antaranya.
Butuh waktu sekitar tiga jam saat berlayar agar bisa menginjakkan kaki di Taman Nasional Noh Liang. Ini memang kawasan konservasi yang mulai terbuka untuk dikunjungi para turis.
Perjalanan menuju Taman Nasional Noh Liang ini dijamin tidak akan terasa. Gugusan pulau, garis pantai berwana putih yang menggoda, air laut biru nan bening akan membuat pengunjung tak akan pernah bosan memandangnya.
Saat tiba, siapkan topi dan air mineral. Sebab, di pulau ini suhunya bisa mencapai antara 40 derajat.
Tujuan datang di Taman Nasional Noh Liang tentu saja untuk melihat Komodo, para ranger yang menjaga daerah tersebut akan menawarkan jalur trek yang terdiri dari short, medium dan adventure.
Dengan ditemani ranger, Anda tidak perlu takut bila sewaktu-waktu komodo menyembul dari balik bebatuan atau semak-semak. Tongkat dengan ujung menyerupai huruf Y yang dibawa ranger membuat komodo tidak berani mendekat. Setelah puas melihat Komodo, kini saatnya untuk menyegarkan diri dengan bermandi di laut. Tak jauh dari Noh Liang, ada pantai yang sedang menjadi buah bibir para wisawatan: Pink Beach atau Pulau Pink.
Sesuai namanya, pengunjung bisa melihat pasir pantai ini yang berwarna pink atau merah muda. Semakin terlihat jelas apabila terpapar sinar Matahari. Pasirnya memang bercampur dengan butiran karang merah.
Menurut penjelasan warga setempat, kadang butiran warna merah dari karang itu terseret ke pinggir pantai oleh hewan sejenis amoeba. Ada juga yang mengatakan, karang merah menjadi butiran lantaran kebiasaan lama warga yang gemar mengebom untuk menangkap ikan.
Hanya butuh waktu sekitar 40 menit untuk sampai di Pantai Pink. Perlu diingat, bila perjalanan menggunakan perahu sedang atau besar, pengunjung wajib menyewa kapal lebih kecil untuk bisa sampai di bibir pantai.
Perjalanan dilanjutkan ke balik Pulau Komodo. Di tengah-tengah perjalanan, kapal yang disewa bisa berhenti di daerah yang disebut Manta Point.
Di titik ini memang terdapat banyak hewan manta atau sejenis pari besar tapi tidak berbahaya.
Bila berniat scuba atau diving, tempat ini adalah surga di bawah laut. Namun, bila tak ada niat, cukup menunggu dari atas kapal melihat manta yang terkadang terlihat berseliweran di jernihnya air laut tersebut.
Matahari semakin turun, saat yang tepat untuk melihat ia terbenam. Dan melihat sunset terbaik dan tak terlupakan berada di dekat Pulau Kalong.
Dari Pink Beach, butuh waktu agak lama atau sekitar 2,5 jam untuk sampai ke daerah tersebut. Sehingga untuk mengejar posisi yang pas, perencanaan waktu yang tepat sangat diperlukan.
Pulau Kalong berada tak jauh dari Pulau Rinca. Di dalamnya adalah berisi tanaman Mangrove dan jutaan kalong alias kelawar.
Matahari yang mulai terbenam di antara sisi pulau dan bukit akan terlihat sangat-sangat indah. Mengabadikan gambar dengan kamera ponsel, dijamin akan terlihat seperti lukisan saja.
Dan tepat pukul 18.17, ini sensasi yang tak terlupakan. Jutaan kelalawar beterbangan secara berkelompok di bawah senja. Sangat indah.
Kawanan kelalawar ini diketahui terbang ke arah Pulau Flores untuk berburu makanan seperti biji kopi. Mereka akan kembali sebelum matahari terbit. Dan ini selalu terjadi tiap hari, tepat pukul 18.17. Tidak lebih tidak kurang.
Perjalanan hari itu pun ditutup dengan kembali ke Pelabuhan Labuan Bajo yang memakan waktu kurang lebih 1,5 jam.
Agar bisa menikmati perjalanan, silahkan duduk di dek atas kapal—yang biasanya terbuka dan cukup untuk banyak orang— matikan lampu kapal, berbaring menghadap langit.
Niscaya jutaan bintang bertebaran sangat indah di angkasa. Bahkan bila awan sedang cerah, Anda bisa melihat beberapa rasi atau galaksi.
Labuan Bajo, memang surga di udara, darat dan laut.