Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 2019 mendatang, Kementerian Pariwisata tidak hanya mencanangkan angka kunjungan wisatawan mancanegara hingga 20 juta orang, tapi juga berniat menjadikan Indonesia sebagai
tourism hub atau pusat pariwisata dunia.
“Pariwisata berpotensi jadi
core business Indonesia,” kata Menteri Pariwisata Arief Yahya, di Jakarta, belum lama ini.
Menurut Arief, layaknya sebuah perusahaan, negara juga harus memiliki
core business.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sehingga kita dapat dengan tegas dan jelas menetapkan
positioning, differentiating dan
branding-nya dengan tepat. Saya pikir, pariwisata bisa jadi
core business negara ini,” tambahnya.
Soal pariwisata sebagai
core business itu, Arief memaparkan bahwa pariwisata adalah penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), devisa dan lapangan kerja yang paling mudah, murah dan cepat.
“Pertama soal PDB, pariwisata menyumbangkan 10 persen PDB nasional, dengan nominal tertinggi di ASEAN,” terang Arief.
Lainnya, PDB pariwisata nasional tumbuh 4,8 persen dengan tren naik sampai 6,9 persen. “Angka itu jauh lebih tinggi daripada industri agrikultur, manufaktur otomotif dan pertambangan,” sebutnya.
Soal devisa, Arief mengungkapkan, saat ini pariwisata Indonesia menempati posisi ke-empat penyumbang devisa nasional, atau sebesar 9,3 persen dibandingkan industri lain.
“Tapi pertumbuhan penerimaan devisa pariwisata itu tertinggi, yaitu 13 persen. Sedangkan industri minyak gas bumi, batubara, dan minyak kelapa sawit yang pertumbuhannya negatif,” terang Arief.
Ditambah lagi, pariwisata menyumbang 9,8 juta lapangan pekerjaan, atau sebesar 8,4 persen.
“Secara nasional menempati urutan ke-empat dari seluruh sektor industri. Dalam penciptaan lapangan kerja, sektor pariwisata tumbuh 30 persen dalam waktu lima tahun,” imbuhnya.
Alasan itu pula lah yang membuat Arief Yahya optimistis pariwisata bisa menjadi
core business Indonesia.
Adapun saat ini terdapat lima sektor yang jadi prioritas nasional, yakni infrastruktur, pangan, energi, maritim, dan pariwisata.
Di sisi lain, Arief yakin, dengan menjadikan pariwisata sebagai core business, kelak pada 2019 bukan tidak mungkin pariwisata Indonesia menjadi yang terbaik, setidaknya di kawasan regional.
“Pesaing utama kita adalah Thailand dengan devisa pariwisata lebih dari US$40 miliar,” kata Arief.
Tapi Arief optimistis Indonesia bisa mengejar ketertinggalan tersebut. Terlebih saat ini
branding Wonderful Indonesia sukses mengalahkan
branding wisata Thailand dan Malaysia.
Pada 2015, Wonderful Indonesia sukses berada di posisi 47 atau melesat lebih dari 100 peringkat dan melibas Truly Asia Malaysia di posisi 96, serta Amazing Thailand di rangking 83.
Itulah alasannya, Arief menyebut bahwa Indonesia bisa diformat menjadi
Tourism Hub Country atau pusat pariwisata dunia.
“Dengan menjadi
tourism hub, yang pada prinsipnya menciptakan
people-to-people relationship, maka diyakini
trade dan
investment akan ikut tumbuh dengan pesat,” kata Arief.
Membenahi 14 Pilar PariwisataPariwisata memang tengah menjadi sektor yang seksi, terlebih pamor Indonesia terus naik di mata dunia. Angka kunjungan wisatawan mancanegara pun terus meningkat. Tapi tetap saja masih ada banyak pekerjaan rumah yang harus dibenahi.
Jika pariwisata akan dijadikan
core business nasional, Arief mengungkapkan terdapat 14 pilar pariwisata yang juga harus dibenahi.
“Ada 14 pilar yang menjadi kriteria dan menentukan peringkat dunia. Sebanyak 141 negara di dunia, menggunakan standar itu dalam memperbaiki sektor pariwisatanya. Kalau kita mau bersaing di level global, maka standar internasional ini lah yang juga kita perlukan, kita implementasikan,” ungkapnya.
Adapun ke-14 pilar tersebut adalah
business environment, safety and security, health and hygiene, human resources and labour market, prioritization of travel and tourism, international openness, price competitiveness, ICT readiness, environmental sustainability, air transportation infrastructure, ground and port infrastructure, tourist service infrastructure, natural resources, cultural resources, serta
business travel.Salah satu yang tengah digalakkan Kemenpar adalah soal infrastruktur.
“Indonesia dibandingkan dengan negara lain, masih tertinggal jauh apalagi soal
direct flight ke destinasi wisata” terang Arief. "Karena itu, kami sudah menjalin kerja sama dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian BUMN yang memiliki Angkasa Pura I dan II untuk mendukung infrastruktur."
(vga)