Jakarta, CNN Indonesia -- Sebelum bepergian ke luar negeri, kita antara lain harus menyiapkan paspor dan visa. Kedua hal tersebut kemudian akan dicek di ruang imigrasi di bandara. Tak jarang, butuh waktu lama untuk bisa lolos dari pemeriksaan petugas imigrasi lantaran antrean mengular.
Untuk itu, sejak bulan lalu, Bandar Udara Edinburgh memasang tarif baru sebesar £5 atau Rp87 ribu untuk memotong antrean yang panjang selama periode sibuk. Rupanya, tarif serupa juga akan dikenakan di setiap bandara di Inggris, sebagaimana yang diberitakan laman
Daily Mail.
Bandar Udara Gatwick juga menerapkan layanan Premium Passport Control sejak tahun lalu. Penumpang bisa membayar layanan tersebut secara daring dengan harga £12,5 atau Rp219 ribu. Penumpang juga bisa membayar biaya tambahan sebesar £5 agar urusannya bisa lebih cepat selesai.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah ini mungkin dirasa konyol bagi penumpang yang tak sudi membayar £5 demi layanan premium, sekalipun terpaksa menunggu lebih lama kala melewati imigrasi. Diberitakan oleh
The Sunday People, para staf imigrasi pun dialihkan untuk melayani penumpang yang mau membayar tarif tersebut.
Petugas bandara mengklaim bahwa aturan ini telah direncanakan bersama UK Border Force, dengan tujuan untuk mengurangi kepadatan di dalam bandara.
Sebelumnya, Bandar Udara Edinburgh telah mengumumkan adanya tarif khusus sebesar £4,99 untuk penumpang yang ingin melewati antrean panjang di pintu kedatangan.
Tarif ini juga telah diberlakukan di sejumlah bandara di Skotlandia. Namun hal tersebut justru menuai protes penumpang. Salah satunya seperti yang diungkapkan oleh, John E. Penman, lewat akun Twitter-nya.
"Jadi, £50 [Rp870 ribu] untuk memarkir mobil, £5 [Rp87 ribu] untuk melewati antrean. Selanjutnya apa lagi? £1 [Rp17 ribu] untuk menggunakan pengering tangan di toilet?" kata Penman dengan nada menyindir.
Selain tarif yang diberlakukan untuk hal yang tak masuk akal, beberapa orang juga menganggap tarif tersebut bertentangan dengan budaya antre yang telah lama dipegang teguh oleh masyarakat Inggris.
Kenny Farquharson, misalnya, berujar, "Ini [tarif antrean] bukan Inggris. Salah, salah, salah!"
Begitu pula para pekerja di Inggris. Menurut mereka, permasalahan utama terdapat pada lambatnya kinerja staf dan mengularnya antrean penumpang, terutama di perbatasan Inggris.
Seorang juru bicara Public and Commercial Services Union berujar, "Ini adalah ide yang konyol, mengekspos daerah perbatasan yang kekurangan staf. Apa yang terjadi jika semua orang memilih membayar £5? Kita akan kembali ke permasalahan awal."
Menurutnya, sebaiknya pemerintah merekrut staf yang lebih banyak untuk bekerja di pelabuhan dan bandara, "Karena saat ini yang terlihat memang kurangnya tenaga."
Namun pernyataan sang juru bicara dibantah oleh Mark Gribbin, pemimpin serikat untuk perbatasan, imigrasi, dan bea cukai. Menurutnya, ini bukan sekadar kekurangan staf.
"Kami menanggung beban berat dalam mengatasi antrean," ujar Gribbin. "Antrean itu menambah beban yang lebih besar bagi para staf yang berhadapan langsung dengan penumpang."
(meg/vga)