Aceh Siap Go Digital untuk Tingkatkan Pariwisata Halal

adv | CNN Indonesia
Rabu, 21 Sep 2016 13:45 WIB
Tanggal 19 September 2016 lalu, digelar Rakor Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, di Hotel Hermes.
Foto: adv
Jakarta, CNN Indonesia -- Tanggal 19 September 2016 lalu, digelar Rakor Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Aceh, di Hotel Hermes. Ada dua hal yang menarik dari pidato Gubernur Aceh Zaini Abdullah. Di hadapan Menpar Arief Yahya, orang nomor satu di Nangroe Aceh Darussalam itu bertekat untuk membangun destinasi halal kelas dunia. Tentunya, langkah itu didukung dengan menggunakan Go Digital be The Best untuk mempercepat progress Aceh sebagai destinasi wisata halal itu.

Ada statement luar biasa di penghujung sambutan Gubernur Zaini selama 25 menit di hadapan seluruh stakeholder pariwisata di sana. "Kami ingin membawa Aceh sebagai destinasi halal kelas dunia. Kami ingin menggunakan teknologi dan go digital untuk mempercepat langkahnya" kata Gubernur Zaini Abdullah yang disambut tepuk tangan.

Statemen itu kemudian dilanjutkan dengan deklarasi bersama Pemprov Aceh dan Pemkab/Pemkot se-Aceh. Hal yang dideklarasikan tentu saja mengenai kawasan tersebut menjadi destinasi wisata halal unggulan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada 4 poin dari deklarasi tersebut. Poin pertama, menjadikan Aceh sebagai destinasi wisata halal unggulan.

Kedua, memprioritaskan program percepatan pembangunan dan pengembangan sektor pariwisata. Harapannya, sektor pariwisata dapat menjadi leading sector dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah. Ketiga, menjadi tanggung jawab bersama dalam memajukan pariwisata halal di Aceh. Hal ini tentu saja dengan melibatkan semua elemen, khususnya pemerintah, tokoh masyarakat, akademisi, pelaku bisnis, media, dan komunitas. Terakhir atau yang keempat, memprioritaskan pariwisata halal di Aceh melalui beberapa tahap. Tahapan tersebut di antaranya, penyiapan dan peningkatan konektivitas, aksesibilitas, serta amenitas dan kualitas atraksi di beberapa obyek wisata unggulan.

Selanjutnya ialah peningkatan kualitas promosi dan publikasi wisata halal di tingkat daerah, nasional, maupun internasional. Peningkatan sumberdaya manusia dan kelembagaan pariwisata halal. Selain itu, penting juga untuk memajukan, menyiapkan, dan meningkatkan industri wisata halal di Aceh. Hal penting lainnya, yakni mendorong pengelolaan pariwisata berbasis masyarakat.

Deklarasi itu memang dibuat sebagai acuan bagi semua pihak untuk menjadikan Aceh Sebagai Destinasi Wisata Halal Unggulan. Ditandatangani pada tanggal 19 September 2016, serta diketahui oleh Menpar Arief Yahya. "saya melihat semua sangat serius dan bersemangat," kata Arief Yahya.

Arief Yahya juga mengingatkan agar para CEO mulai dari bupati, walikota, dan gubernur untuk serius membangun komitmen. Sebab, tanpa komitmen bisa dipastikan program yang sudah dideklarasikan itu akan berhenti dan tidak bergerak.

"Saya setuju dengan branding The Light of Aceh! Cahaya Aceh. Hanya tinggal logonya yang harus di-connecting dengan logo national branding kita, Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia," ungkap Arief Yahya.

Logo memang diharapkan bisa mengandung unsur Wonderful Indonesia atau Pesona Indonesia. Minimal mengandung warna merah, biru, kuning, orange, dan hijau. "Tujuannya, agar nyambung dengan kombinasi warna logo Wonderful Indonesia yang sudah dipromosikan ke seluruh penjuru dunia. Sudah habis ratusan miliar rupiah untuk mempopulerkan Wonderful Indonesia di berbagai media terbesar. Kalau tidak senada dengan itu, sayang banget!" ungkapnya.

Di samping itu, Arief juga mencontohkan logo Halal Tourism by Wonderful Indonesia. Logonya bagus, huruf Arab: hak, lam,dan lam yang jika disatukan akan menghasilkan kata: halal. Selain itu, unsur warnanya sudah memenuhi syarat. "Masih cukup waktu untuk memperbaiki warna warni logo The Light of Aceh," kata dia.

Menpar Arief Yahya juga mengunjungi kampus Politeknik Aceh selian menjadi pembicara di Rakor. Beliau berkunjung ke Politeknik Aceh ditemani oleh Deputi Kelembagaan dan SDM Ahman Sya, Deputi Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Dadang Rizky,dan Kadisbudpar Aceh Reza Pahlevi. Menpar ternyata berencana membuka program studi pariwisata di sana.

Saat ini, di bawah naungan Kemenpar sudah ada 4 kampus pariwisata. Keempatnya sudah cukup lama berjalan. Kampus pariwisata itu, di antaranya STP NHI Bandung, STP Nusa Dua Bali, Poltekpar Medan, dan Poltekpar Makassar. Selain itu, ada dua kampus lagi yang sudah mulai dibangun. Dua kampus itu adalah Poltekpar Palembang dan Poltekpar Lombok.

"Sekarang ini 100% lulusannya sudah diserap industri pariwisata, bahkan 30% bekerja di luar negeri. STP Bandung, sebanyak 40% lulusannya sudah diserap oleh pasar asing," kata Arief Yahya yang berasal dari Banyuwangi itu.

Ternyata, Politeknik Aceh sudah lama berdiri, hanya saja belum ada program studi pariwisata. "Kali ini di Aceh, kami bekerjasama dengan Poltek yang sudah punya kampus dan mahasiswa cukup banyak. Hanya tinggal membuka program studi baru saja, jurusan pariwisata," tambah Ahman Sya, Deputi Kelembagaan dan SDM Kemenpar.

Sementara itu, Reza Pahlevi selaku Kadisbudpar Aceh juga sudah mulai menggandeng para pegiat media sosial. Tujuannya untuk mempromosikan Aceh dengan tanda pagar (tagar) atau hashtag #TheLightOfAceh. Bahkan saat Menpar Arief Yahya turut hadir di Hermes, MC menginformasikan bahwa saat itu, 19 September 2016, #TheLightOfAceh sedang menjadi trending topic nasional di Twitter.

Hastag #TheLightOfAceh dapat mengalahkan #SidangJessica yang sedang disiarkan langsung di televisi. Surprise Reza Pahlevi itu disambut tepuk tangan meriah oleh para hadirin di ruangan itu. Faktanya, statemen Gubernur Aceh Zaini Abdullah dan hasil kerja Kadisbudpar-nya memang sudah sesuai. Salam Pesona "Cahaya Aceh!" (odh/odh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER