Jakarta, CNN Indonesia -- Sementara di sini banyak orang meributkan pemakaian bahan makanan kedaluwarsa di dua restoran terkemuka di Jakarta, Inggris malah membuka supermarket ‘
junk food’ pertama di London.
Supermarket itu digagas oleh beberapa orang yang tergabung dalam The Real Junk Food Project (TRJFP). Mereka menjual makanan yang terbuang, namun masih dicari dan layak dikonsumsi.
Sebelumnya, TRJFP sudah lebih dulu membuat langkah revolusioner dengan membuka bank makanan dan kafe berkonsep unik ‘
pay-as-you-feel’ atau membayar sesuai harga yang dirasa paling pas.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Laman
Huffington Post Inggris mengabarkan, tim TRJFP sengaja membuka supermarket unik ini demi mengurangi gunung ’sampah’ makanan, yang banyaknya rata-rata 10 juta ton per tahun.
Proyek ini sangat membantu mereka yang kesulitan keuangan. Dengan adanya supermarket ‘junk food’ ini, mereka bisa membeli kebutuhan pokok dengan harga yang relatif lebih terjangkau.
Supermarket ini menempati lokasi yang sejalan dengan kafenya, di Pudsey, dekat Leeds. Konsumen bisa membeli bahan pangan yang kondisinya masih baik, tapi kadung dibuang oleh pemilik terdahulu.
Menurut
chef Adam Smith, pendiri TRJFP, pengadaan supermarket ini sebetulnya di luar perencanaan. Namun melihat ada begitu banyak bahan makanan terbuang di Leeds, ia pun berbuat sesuatu.
“Kami menghentikan makanan [yang terbuang] di pusat kota di Leeds dalam jumlah besar,” kata Adam kepada Huffington Post Inggris. “Lalu kami membuka gudang untuk publik, dan sukses.”
Pada awal tahun ini, Ocado, perusahaan supermarket yang berbasis di Hatfield, menyatakan siap memberikan makanan, yang kadung diorder tapi kemudian dibatalkan oleh konsumennya, kepada TRJFP.
Dalam wawancara terdahulu dengan Huffington Post Inggris, Sam Joseph, salah satu direktur TRJFP, menyatakan timnya menggunakan ‘nalar’ dalam menyeleksi makanan sebelum dijual kepada publik.
“Sebagian besar makanan yang kami sediakan ini berisiko rendah—tidak membahayakan kesehatan. Dengan kata lain, kami sangat berhati-hati,” kata Sam seraya menjelaskan cara pemilihan makanan.
“Sering kali tanggal yang tertera di kemasasan makanan ’sebaiknya digunakan sebelum’ itu sangat random—siapa bilang makanan harus dibuang tepat pukul 11.59?” Sam balik bertanya.
“Dalam pandangan kami,” ia menambahkan, “bila sayuran belum layu, maka layak dikonsumsi.” Tidak semua makanan di supermarket TRJFP dibanderol harga, ada juga yang disumbangkan untuk amal.
TRJFP melancarkan kampanye
Fuel for School di mana kelebihan makanan yang terbuang akan mengisi stok supermarket dan diprioritaskan untuk kegiatan amal, bukan dijual ke konsumen.
Untuk itu, TRJFP menjalin kerja sama dengan Sekolah Dasar Richmond Hill. Kelebihan makanan yang terbuang akan diberikan kepada para siswa tidak mampu agar mereka tidak kelaparan di sekolah.
Saat ini, supermarket ‘junk food’ hanya ada di Inggris. Tapi Adam berharap, kelak TRJFP juga akan berekspansi ke wilayah-wilayah lain sesuai tujuan utama mereka, “memberi makan bagi dunia.”
(vga/vga)