Menpar Arief Yahya Kalibrasi ke World Economic Forum

adv | CNN Indonesia
Kamis, 22 Sep 2016 14:40 WIB
Menteri Pariwisata Arief Yahya mendatangi markas World Economic Forum (WEF) di Geneva
Foto: adv
Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Pariwisata Arief Yahya mendatangi markas World Economic Forum (WEF) di Geneva, Swiss untuk mendapatkan potret pariwisata Indonesia di level global. Dalam kunjungannya tersebut Arief didampingi Samsriyono Nugroho Staf Khusus Menteri Bidang Teknologi Informasi Pariwisata, Muh Noer Sadono, Staf Khusus Menteri Bidang Komunikasi Publik, Nia Niscaya, Asdep Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Amerika dan Afrika, Harry Waluyo, Staf Khusus Bidang Pariwisata,

"Kalau kita ingin memenangkan persaingan global, maka sejak awal harus menggunakan standar global. Kalau ingin juara dunia, ya harus berani terbuka dan siap dibandingkan dengan semua negara yang sudah menggunakan ukuran dunia. Kita harus out word looking, melihat apa yang dilakukan dan sedang terjadi di luar sana. Biar tidak merasa paling jago di kandang sendiri," ujar Menteri Pariwisata Arief Yahya mengawali pertemuan dengan tim TTC-WEF itu.

Arief Yahya menyadari dengan mengacu pada pilar WEF dapat mendorong pencapaian target 20 juta wisatawan "Hasil yang luar biasa, tidak bisa dicapai dengan cara-cara biasa! Hasil yang luar biasa, harus ditempuh dengan cara yang tidak biasa. Karena itu, sejak awal kami sudah mengadopsi 14 pilar WEF itu untuk memotret destinasi wisata Indonesia, termasuk 10 Bali Baru atau 10 top prioritas itu," katanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Justin Wood, Head of Asia Pacific Region/Executive Board Member of WEF cukup terkesan dengan presentasi data dan angka yang disampaikan Menteri Pariwisata itu. Proyeksi yang mungkin dianggapnya super optimis untuk Indonesia yang selama ini tidak pernah menempatkan sektor pariwisata sebagai core economy. "Bagaimana caranya? Lima tahun itu bukan waktu yang panjang?" tanya Justin Wood.

Oleh karena itu, guna merealisasikan target ini, Menpar pun menggunakan semua platform yang mempunyai reputasi global, seperti Ogilvy sebagai konsultan PR-ing., Google, TripAdvisor, Baido, C-Trip, Xinhua, CCTV, CNN International dan semua media tempat perusahaan tour and travel terbesar dunia untuk mempromosikan paket-paketnya. "Semua yang terbaik, yang credible, yang punya international network, kami ambil. Termasuk TTCI-WEF yang menjadi barometer dan referensi para investor," kata dia.

Dari kelembagaan dan regulasi, Menpar Arief menjelaskan salah satu pilar International Openess, yang sudah dilakukan Pemerintah RI, yakni Bebas Visa Kunjungan (BVK) dari 15 negara, naik 45 negara, lalu 90 negara dan sekarang 169 negara. Kemudian soal Cabotage untuk cruise atau kapal pesiar berbendera asing boleh menaik turunkan penumpang di 5 pelabuhan di Indonesia dan izinnya dapat diperoleh hanya 3 jam.

Memang, harus diakui, ada banyak kendala jika Indonesia ingin dikalibrasi dengan standar dunia. Salah satu yang paling mendasar adalah minimnya data yang disiapkan oleh Pemerintah Indonesia sendiri dari 14 pilar yang dipotret WEF itu. Kemenpar memang sudah mempelajari dan menyiapkan data-data yang masih banyak yang belum di-up date dari 15 kementerian dan lembaga.

"Kami sudah FGD –Focus Group Discussion dengan 15 kementerian dan lembaga, untuk meng-up date data-data. Karena dalam hal data-data, Kemenpar tidak bisa mengakses sendiri. Harus dibantu Kementerian lain, yang memegang datanya. Misalnya soal kesehatan, infrastruktur, airport, keamanan, dan sebagainya, yang semua terkait dengan performance Indonesia dari sisi pariwisata," kata Arief Yahya.

Berkali-kali Tierry Geiger menyampaikan apresiasinya terhadap Menpar Arief Yahya soal keseriusan Indonesia untuk mengkalibrasi dalam TTCI itu. Langkah kooperatif yang sangat memudahkan WEF memvalidasi data. "Data itu diambil dari dua hal, pertama data resmi dari pemerintah, yang sudah dilaporkan juga ke PBB dan lembaga dunia lain. Juga survei yang dilakukan WEF dengan sample para pelaku bisnis dan pengusaha di Indonesia. Bagaimana kalau data resmi dari pemerintah tidak didapat? Kami menggunakan data yang dipakai lembaga dunia lain yang kredibel, seperti UN-WTO, WHO, UN, World Bank, dan lainnya," kata Tierry Geiger.

Roberto Croti menambahkan saat ini WEF masih mengumpulkan data-data terbaru sampai Desember 2016. Sementara pengumuman competitiveness index baru akan dilakukan tahun 2017 nanti. Keiikutsertaan Menpar dalm forum ini guna memastikan pekerjaan di sektor pariwisata benar-benar on track, sesuai dengan standar dan alat ukur yang dipakai dunia, sehingga bisa dibandingkan apple to apple dengan negara lain. WEF setiap dua tahun sekali mengeluarkan TTCI, Tour and Travel Competitiveness Index, dengan 14 pilar dan 92 indikator yang dihitung dan dirilis setiap 2 tahun sekali. (odh/odh)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER