Jakarta, CNN Indonesia -- Yoshinori Ohsumi dari Jepang dinobatkan sebagai peraih Nobel Kesehatan atas usahanya sebagai pionir dalam temuan mekanisme autofagi, proses pemeliharaan dalam tubuh untuk mengidentifikasi dan membuang bagian sel rusak.
Diyakini sebagai proses paling mendasar dalam tubuh, autofagi dinilai sangat penting khususnya dalam memahami bahwa pemeliharan tubuh lewat identifikasi sel berdampak pada kesehatan. Lemahnya autofagi dalam tubuh akan menyebabkan penyakit seperti diabetes dan Parkinson.
Dikutip dari AFP, pada Senin (3/10), para juri menilai temuan Ohsumi telah menggiring pada paradigma baru pemahaman akan bagaimana sel-sel tubuh berperan dalam menjaga kesehatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mutasi dalam gen autofagi berpotensi menyebabkan penyakit, oleh karenanya proses autofagi berperan besar dalam beberapa kondisi seperti kanker dan penyakit lain," ujar juri menambahkan.
Penelitian terhadap autofagi pertama kali dilakukan pada era 1960-an, yang menemukan fakta bahwa sel dapat menghancurkan dirinya sendiri melalui lisosom. Temuan yang kemudian membuat peneliti asal Belgia, Christian de Duve, meraih Nobel Kesehatan pada 1974.
Duve jugalah yang menemukan istilah '
autophagy' yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti memakan dirinya sendiri.
Dalam penjelasannya, juri menyampaikan bahwa Ohsumi telah menggunakan sejumlah eksperimen brilian dengan menggunakan ragi untuk identifikasi gen yang penting dalam proses autofagi.
Ia juga menjelaskan bagaimana mekanisme autofagi dalam ragi, lalu menunjukkan bahwa proses yang sama terjadi dalam tubuh manusia.
Penghargaan TertinggiTemuan Ohsumi membuka pemahamaman akan pentingnya autofagi dalam berbagai proses fisiologi, seperti tubuh yang beradaptasi saat lapar atau respon terhadap infeksi.
Temuan ini akan bermuara pada penelitian lebih lanjut hingga pengembangan obat-obatan terkait autofagi dalam mengatasi sejumlah penyakit.
Ohsumi, yang kini berusia 71 tahun meraih gelar PhD dari University of Tokyo pada 1974. Ia kini menjadi pengajar di Tokyo Institute of Technology.
Ohsumi menjadi orang Jepang ke-23 yang menerima penghargaan Nobel, dan menjadi yang ke-enam dalam bidang kesehatan.
Sebagai peraih Nobel, ia berhak atas hadiah sebesar delapan juta kronor Swedia, atau setara US$936,000, atau Rp12 miliar.
"Ini penghargaan tertinggi buat seorang peneliti," ujar Ohsumi pada NHK.
"Moto saya adalah melakukan apa yang orang lain tidak mau lakukan. Saya pikir [penghancuran sel] sangat menarik, karena di sinilah semua berawal. Ini tidak mendapat perhatian di masa silam, akan tetapi kini menjadi fokus banyak orang," ujarnya.
Penghargaan Nobel 2016 akan berlanjut pada Selasa dengan pengumuman Nobel bidang Fisika, diikuti bidang Kimia pada Rabu.
Perhatian publik terhadap Nobel dipastikan juga besar pada Jumat, di Oslo, ketika pengumuman penghargaan Nobel Perdamaian diumumkan.
Penghargaan di bidang ekonomi akan diumumkan Senin, 10 Oktober, dan diikuti Nobel Sastra pada 13 Oktober mendatang.
(rah/vga)