Tanaman Herbal Hantar Ilmuwan China Raih Nobel Kedokteran

Windratie | CNN Indonesia
Selasa, 06 Okt 2015 11:44 WIB
Tu Youyou beralih pada pengobatan herbal tradisional China untuk menemukan obat malaria yang lebih baik. Ia menjadi orang China pertama peraih Nobel Kedokteran.
Tu Youyou menemukan artemisinin, obat yang berhasil mengurangi kematian akibat malaria. Tu adalah orang China pertama yang berhasil membawa pulang penghargaan Nobel di bidang kedokteran. (CNN Indonesia free watermark/ WenxueCity via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia -- Tiga ilmuwan berhasil meraih penghargaan nobel atas jasa mereka di bidang kedokteran pada Senin (5/10).

William Campbell, kelahiran Irlandia, dan Satoshi Omura, kelahiran Jepang, yang memenangkan setengah penghargaan Nobel karena menemukan avermactin, obat yang digunakan untuk mengobati kebutaan dan filariasis limfatik, atau kaki gajah.

Setengah penghargaan nobel diberikan kepada ilmuwan asal China, Tu Youyou. Tu menemukan artemisinin, obat yang berhasil mengurangi kematian akibat malaria. Tu adalah orang China pertama yang berhasil membawa pulang penghargaan Nobel di bidang kedokteran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berbeda dengan Campbell dan Omura yang penelitiannya berdasarkan senyawa bakteri tanah, Tu beralih kepada pengobatan herbal tradisional China untuk menemukan pengobatan malaria yang lebih baik. Dia melakukan itu karena menurunnya kesuksesan obat malaria sebelumnya, klorokuin dan kina.

Tu menemukan bahwa ekstrak tanaman Artemisia annua kadang-kadang efektif tapi hasilnya tidak konsisten. Jadi, Tu akhirnya kembali ke literatur kuno, termasuk resep dari zaman sekitar 350 Masehi, untuk mencari petunjuk penemuannya.

Pada akhirnya, hal tersebut menyebabkan penemuan artemisinin, yakni kelas baru obat anti-malaria, yang hanya tersedia di China sebelum obat ini akhirnya masuk ke negara-negara Barat. Tu, yang kini berusia 84 tahun itu, telah bekerja di Akademi Pengobatan Tradisional China sejak 1965.

Dikutip dari Reuters, juru bicara badan kesehatan dunia (WHO), Gregory Hartl, mengatakan, pemberian Nobel untuk penemuan ini adalah penghargaan besar atas kontribusi China dalam memerangi penyakit malaria.

“Sekarang kita memiliki obat yang mampu membunuh parasit sangat awal dalam siklus kehidupan mereka,” kata Juleen Zierath, Ketua Komite Nobel. “Mereka tidak hanya membunuh parasit, tapi menghentikan penyebaran infeksi.”

Tingkat kematian akibat penyakit malaria terjun sebesar 60 persen dalam 15 tahun terakhir. Kendati begitu, penyakit ini terus membunuh setengah juta orang per tahun. Sebagian besar dari mereka adalah bayi dan anak-anak di wilayah-wilayah termiskin di Afrika.

Sementara itu, dua peraih Nobel kedokteran lain, Campbell dan Omura, memelajari senyawa bakteri tanah untuk memerangi cacing parasit. Dari penelitian tersebut mereka menemukan avermectin yang dimodifikasi menjadi ivermectin. Pengobatan itu sangat sukses dalam memberantas kebutaan dan filariasis limfatik.

Omura (80) mengatakan, penghargaan ini adalah berkat kecerdikan bakteri streptomyces, yang bahan kimia alaminya sangat efektif dalam membunuh parasit.

“Saya benar-benar bertanya-tanya apakah saya pantas untuk penghargaan ini,” katanya setelah mengetahui dia memenangkan penghargaan tersebut.

“Semua pekerjaan saya tergantung pada mikroba dan saya belajar dari mereka. Jadi saya pikir, mikroba layak mendapatkan dari yang saya lakukan.”

Omura adalah seorang profesor emeritus di Universitas Kitasato di Jepang. Sementara Campbell adalah asisten profesor di Universitas Drew di Madison, New Jersey.

Penghargaan Nobel, yang diberikan untuk prestasi di bidang sains, sastra, dan perdamaian, pertama kali diberikan pada tahun 1901 atas wasiat dari seorang penemu dinamit, yang juga pengusaha, Alfred Nobel.

Tahun lalu, penghargaan Nobel di bidang kedokteran diberikan kepada tiga orang ilmuwan yang berhasil menemukan sistem navigasi dalam otak.


(win/utw)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER