Studi: Botox Dapat Tangani Masalah Kandung Kemih 'Bocor'

Megiza | CNN Indonesia
Kamis, 06 Okt 2016 14:25 WIB
Tak hanya dapat mempercantik wajah dengan kemampuannya menghilangkan kerutan sementara, botox ternyata dapat membantu mengendalikan masalah inkontinensia urin.
Ilustrasi (Thinkstock/Andriano_cz)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bagi wanita yang menderita inkontinensia urin atau ketidakmampuan menahan urin, kini dapat mencoba untuk mengobati permasalahan tersebut dengan melakukan suntik botulinum toxin type A, atau yang lebih dikenal dengan Botox.

Sebuah studi di Amerika Serikat menyatakan, suntik Botox dapat memberikan kelegaan bagi wanita yang mengalami inkontinensia. Suntik Botox sudah dikenal sebagai salah satu cara menghilangkan kerutan di kulit, untuk sementara.

Botox juga telah mendapat izin untuk digunakan dalam menangani sembilan kondisi medis seperti migren akut, produksi keringat berlebih di ketiak, bengkak pada kelopak mata, dan sebagainya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kini, Botox telah disetujui untuk digunakan sebagai pengobatan masalah inkontinensia, yang diprediksi dapat menanggulanginya hingga 3 persen sampai 17 persen pada wanita berusia di atas 45 tahun, dan tiga persen hingga 11 persen pada kaum pria.

Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di jurnal Journal of the American Medical Association (JAMA), periset membandingkan Botox, implan dengan InterStim, yang dikenal dapat mengobati kondisi inkontinensia. Secara kesuluruhan, periset kemudian menemukan bahwa Botox lebih dapat memberikan keamanan harian.

Cindy L. Amundsen dari Duke University School of Medicine dan koleganya mengajak 381 partisipan wanita untuk diteliti. Ratusan wanita itu mengelurkan setidaknya mereka mengalami inkontinensia hingga enam kali selama tiga hari berturut-turut.

Kondisi tersebut telah ditanggulangi dengan perawatan seperti perubahan pola diet, medis, juga latihan kandung kemih. Secara acak para wanita itu ditugaskan untuk melakukan suntik Botox atau implan.

Setelah percobaan dalam periode singkat, sebanyak 364 wanita merespon permintaan suntik Botox itu. Mereka pun membuat catatan tentang durasi inkontinensi yang dialami.

Hasilnya, wanita yang melakukan Botox dan implan mendapatkan tingkat keberhasilan yang hampir sama. Mereka yang menjalani suntik Botox mengalami penurunan kondisi inkontinensia hingga 3.9, sedangkan wanita yang melakukan implan mencatat adanya penurunan hingga 3.3.

Namun wanita yang melakukan Botox mengaku merasa lebih puas dengan perawatan sepert ini. "Bagian pentingnya adalah bahwa kedua perawatan itu sama-sama baik," kata Amundsen, dikutip Time.

"Kedua terapi ini sangat efektif dan dapat membuat otot kandung kemih yang over-aktif lebih rileks. Namun keduanya berjalan dengan mekanisme yang berbeda," ujarnya.

Botox pun akhirnya disepakati dapat digunakan untuk menanggulangi masalah inkontinensia pada pria dan wanita.

(meg/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER