Jakarta, CNN Indonesia -- Deodoran menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi banyak orang. Si pengharum pangkal lengan ini digunakan sehabis mandi, sebelum beraktivitas sehari-hari.
Sejak lama, beredar rumor tentang efek samping pemakaian deodoran. Namun tim peneliti Swiss mengklaim menemukan bukti ilmiah kandungan mineral aluminium pada deodoran dapat menyebabkan kanker.
Melansir
Daily Mail, tim peneliti dari University of Geneva tersebut menemukan bahwa kandungan aluminium dalam deodoran dan
antiperspirant meningkatkan risiko pembentukan jaringan kanker, terutama payudara.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Deodoran dan antiperspiran sama-sama mengharumkan badan. Hanya bedanya, antiperspiran juga menahan keringat.
Peneliti yang ikut bergabung dalam penelitian tersebut, Andre-Pascal Sappino, menemukan senyawa alumunium dalam antiperspiran memang berfungsi menutup jaringan keringat.
Namun bila terpapar dalam waktu lama, senyawa tersebut membangun jaringan baru di bagian tubuh lain dan menghasilkan efek mirip estrogen.
Sappino dan tim melakukan penelitian dengan mengambil sel payudara manusia dan mengisolasinya pada tikus. Kemudian mereka memberikan paparan alumunium yang biasa terdapat dalam antiperspiran di bahan percobaan tersebut.
Hasil yang didapat, pemberian alumunium pada tikus tersebut menyebabkan tumor yang agresif.
Meski belum ada keterkaitan langsung antara senyawa alumunium dengan kanker pada manusia, atas temuan ini Sappino menyarankan kepada wanita maupun pria untuk tidak menggunakan antiperspiran yang mengandung garam aluminium tersebut.
Namun ia menyadari ada pandangan skeptis mengenai ini. Ia menyadari, ini mirip apa yang terjadi pada senyawa asbestos di industri dan berpotensi menyebabkan kanker.
"Asbestos itu murah, dan sangat menarik bagi kalangan industri serta butuh 50 tahun untuk melarang penggunaan tersebut. Kami berharap tidak butuh waktu lama untuk melarang penggunaan senyawa alumunium," kata Sappino.
Penemuan Sappino bertentangan dengan beberapa temuan sebelumnya yang tidak menemukan risiko atas penggunaan senyawa alumunium, sehingga penggunaannya dianggap aman.
Beberapa ahli pun menganggap temuan Sappino belum sepenuhnya dapat dianggap kesimpulan dan harus ditinjau dengan hati-hati.
"Studi ini melihat secara khusus pada sel tikus yang ditumbuhkan di lab dan pada tubuh tikus sendiri. Dan kami perlu menempatkan temuan ini sebagai langkah menuju penelitian kanker lebih lanjut pada manusia," kata Baroness Delyth Morgan, kepala eksekutif Breast Cancer Now.
"Banyak penelitian yang mengkaji penggunaan antiperspirant atau deodoran pada wanita secara konsisten tidak menunjukkan bukti apa pun yang terkait dengan kanker payudara. Maka tidak ada alasan apa pun mengkhawatirkan hal tersebut."
(end/vga)