'Nyawa Baru' Tiga Batik Klasik Tanah Jawa dari Alleira

Endro Priherdityo, Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Jumat, 07 Okt 2016 17:45 WIB
Alleira Batik meluncurkan koleksi Yavadvipa yang menghadirkan modifikasi batik klasik dari Pulau Jawa, yaitu Cirebon, Yogyakarta, dan Lasem.
Model memperagakan busana brand Alleira dalam Alleira Annual Fashion Show bertema
Jakarta, CNN Indonesia -- Tak ada lagi anggapan ‘tua’ pada selembar kain batik. Batik-batik kini juga sudah mulai 'meremajakan dirinya' dengan berbagai cara kreatif, dari kreasi desain busana yang modern sampai modifikasi motif yang kekinian.

Alleira dalam koleksi terbarunya mencoba menghadirkan sebuah kreasi batik baru, yang tak cuma punya gaya modern tapi juga punya motif unik. ‘Spesies’ motif baru ini diklaim Alleira Batik untuk membantu memperkenalkan dan mempopulerkan lagi batik dari tanah asalnya, Tanah Jawa. Tanah Jawa yang disebut sebagai Javadvipa ini mengilhami label batik premium tersebut dalam koleksi terbarunya.

Koleksi Javadvipa yang dirilis bertepatan pada ulang tahun ke-11 label tersebut menghadirkan 42 tampilan baru 'batik hibrida'.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

CNN Indonesia/Adhi Wicaksono

“Alleira Batik sudah dikenal dengan gaya kontemporernya. Ciri itu sudah melekat di kalangan pecinta batik dan kami pun ingin membuat terobosan baru. Kami juga ingin membuktikan bahwa Alleira juga bisa buat batik klasik," kata Anita saat berbincang dengan CNNIndonesia.com, saat peluncuran koleksi Yavadvipa di Hotel Dharmawangsa, Kamis, (6/10).

Label batik kontemporer yang digawangi Anita Asmaya Sanin sebagai creative director ini mengangkat tiga batik klasik, yaitu Cirebon, Yogyakarta, dan Lasem. Ketiga motif batik klasik ini dimodifikasi sedemikian rupa sehingga menghadirkan motif batik yang baru.

CNN Indonesia/Adhi Wicaksono
"Ini juga jadi upaya mengangkat motif yang sudah jarang dikenal orang. Namun saya ingin ini ada dalam versi Alleira. Banyak yang bisa digali dari motif batik tradisional, dan saking banyaknya kami akhirnya memilih tiga motif yang masih dikenal orang," lanjut Anita.

Dari tiga daerah tersebut, Anita memilih motif mega mendung dari Cirebon. Sedangkan motif yang dimodifikasi dari batik Lasem adalah motif burung hong, watu pecah, dan sekar jagad. Dan sedangkan motif parang dan kawung jadi pilihannya dari Yogyakarta.

Motif-motif klasik tersebut dipilih karena dianggap mudah untuk dimodifikasi dan tidak terlalu memiliki pakem yang ketat. Kriteria tersebut dianggap penting karena motif tersebut diubah desain dan cara pembuatannya.

Salah satu contohnya pada hibrid mega mendung. Dalam versi aslinya,  mega mendung  yang berbentuk seperti awan ini hanya dibuat dalam warna gradasi yang senada. Biasanya, motif ini pun dibuat dengan cap sehingga terlihat sempurna. Dalam versi Alleira, motif ini mengalami sedikit perubahan.

"Mega mendung ini kami buat jadi tiga warna berbeda. Saya pecah canting menjadi tiga lapis. Ini salah satu inovasi, memang sekilas terlihat sama," kata Anita.

"Ini semua kombinasi tulis dan cap. Biasanya kami cap dahulu, baru ditulis. Teknik cap dipakai untuk membuat motif," tambah Anita.

Motif mega mendung juga diubah menjadi
Mega  barong. Motif yang aslinya bernuansa transidental atau ketuhanan ini dibuat Alleira jadi lebih minimalis dalam bentuk yang modern.

Tak cuma mengadaptasi motif batik klasik, Alleira juga menciptakan beberapa motif batik baru, misalnya motif yang terinspirasi dari Candi Borobudur dan aksara Jawa, Hanacaraka.

Motif-motif tersebut berpadu unik dengan tambahan permainan motif ular dan sayap burung dalam satu ‘frame.’

Desain ‘beraroma’ seksi

Batik-batik dengan motif modifikasi ini dibuat dengan material hand woven silk, supersilk, dan organza.  Bahan-bahan mewah dan motif unik ini diolah dalam model busana yang bergaya kekinian.

Alleira sendiri memang dikenal sebagai label batik yang menghadirkan koleksi untuk laki-laki, perempuan, anak, dan juga keluarga. Dalam koleksi terbarunya ini, mereka juga meluncurkan beragam desain untuk semua usia, dan jenis kelamin.

CNN Indonesia/Adhi Wicaksono.

Pada koleksi perempuan, dress dengan ruffles, stola, gaun asimetris, jumpsuit pendek, outerwear loose banyak dipilih jadi pola busananya. Beberapa model gaun halter neck, high collar, sleeveles, dan one shoulder juga terlihat mendominasi koleksinya.

Yang menarik, koleksi gaunnya kali ini ada yang ‘beraroma’ sedikit seksi dan berani. Alleira menghadirkan sebuah gaun dengan belahan dada yang sangat rendah. Aura seksinya terlihat makin menantang dengan dominasi warna merah pada dressnya.

Berbeda dengan koleksi perempuan, koleksi prianya masih sangat terbatas. Seperti ingin bermain aman, kebanyakan koleksi prianya hanya didominasi dengan kemeja lengan panjang untuk pria dewasa, dan kemeja lengan pendek untuk koleksi anak-anak.

Upaya Anita untuk 'lepas' dari nyawa klasik terbilang sukses. Dia bisa memberikan kesegaran pada motif-motif batik klasik yang sudah ada. Ada nyawa dan napas baru yang diembuskan ke dalamnya.

Nyawa klasik yang penuh dengan pakem dan menghidupkan batik kuno tersebut berganti dengan nyawa baru yang lebih muda, segar, dan 'out of the box'.

(chs)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER