Pria Berdenyut Jantung Cepat Berpotensi Kena Gangguan Mental

Munaya Nasiri | CNN Indonesia
Jumat, 28 Okt 2016 12:30 WIB
Sebuah studi terbaru dari Swedia melaporkan, pria yang memiliki tekanan darah tinggi dan denyut jantung cepat berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental.
ilustrasi (Pexels/Wesley Wilson)
Jakarta, CNN Indonesia -- Sebuah studi terbaru dari Swedia melaporkan, pria yang memiliki tekanan darah tinggi dan denyut jantung cepat berpotensi mengalami gangguan kesehatan mental. Untuk mendapatkan hasil tersebut, peneliti mengumpulkan data dari tahun 1969 sampai 2010. Penelitian tersebut melibatkan 1,8 juta pria.

Dalam data tersebut, pria-pria itu melakukan pemeriksaan medis saat usianya menginjak 18 tahun. Di usia tersebut, mereka diwajibkan untuk memeriksakan kesehatan saat bergabung di Swedish Armed Forces yang diwajibkan hingga tahun 2010.

Untuk mengetahui siapa saja yang berpotensi terkena gangguan kesehatan mental, peneliti memeriksa daftar pasien melalui National Patient Register. Data tersebut berisi informasi mengenai penerimaan rawat inap psikiatri di Swedia sejak tahun 1973, dan pasien rawat inap dan rawat jalan sejak tahun 2010.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hasilnya, peneliti menemukan bahwa pria yang memiliki denyut jantung cepat, yaitu 10 denyut setiap menit, di usia 18 tahun memiliki potensi untuk terkena gangguan kecemasan, obsessive-compulsive disorder (OCD), depresi, dan schizophrenia.

Namun, dikutip dari laman Live Science, jumlah orang yang mengalami risiko tersebut cenderung sedikit, hanya berkisar 5-18 persen saja. Ditemukan pula bahwa pria dengan denyut jantung 82 kali per menit di usia 18 tahun, memiliki risiko terkena OCD sebesar 69 persen.

Studi sebelumnya juga telah menunjukkan hubungan antara denyut jantung di usia 18 tahun dengan meningkatnya serangan jantung.

"Kami sangat terkejut menemukan hubungan antara serangan jantung dengan denyut jantung. Meskipun tidak terlalu parah, tapi potensi itu tetap ada, yaitu hubungan denyut jantung dengan penyakit kardiovaskular, bahkan kematian," ujar Antti Latvala, peneliti medis di Karolinska Institute.

Namun, agaknya hubungan antara denyut jantung dengan kesehatan tidak terlalu relevan. Pasalnya, penelitian tersebut belum cukup membuktikan hubungan yang ada.

Para peneliti mencatat bahwa OCD serta gangguan kecemasan lain bisa saja terjadi sejak kecil atau sejak awal remaja. Dengan demikian, banyak pria berusia 18 tahun, yang masuk dalam kategori penelitian, sudah mengalami gangguan kesehatan mental.

Sedangkan untuk denyut jantung atau tekanan darah tersebut merupakan gangguan biasa, dan bukan faktor penyebab gangguan mental.

Selain itu, peneliti juga merasakan adanya keterbatasan penelitian, misalnya pengkuran denyut jantung dari aktivitas sistem saraf otonom, di mana sistem tersebut yang mengontrol kegiatan denyut jantung dan tekanan darah.

Tak hanya itu, peneliti juga tidak memasukkan wanita dalam penelitian. Menurutnya, wanita memiliki tingkat denyut jantung yang lebih tinggi ketimbang pria.

Peneliti pun berharap agar pada studi berikutnya akan ada penjelasan mengenai hubungan antara sistem saraf otonom dengan faktor penyebab gangguan kesehatan mental. (chs)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER