Jakarta, CNN Indonesia -- Halloween memang identik dengan sesuatu yang menyeramkan. Padahal semula Halloween adalah sesuatu yang berkaitan dengan cinta.
Pada abad yang lalu, perayaan pada akhir Oktober ini dimeriahkan dengan Parlor Games, permainan yang menjanjikan keberuntungan romantis.
"Halloween pada awal abad ke-20 tidak menekankan pada persoalan darah dan monster menyeramkan. Justru lebih banyak menekankan pada asmara dan kesempatan mendapatkan cinta," ujar Daniel Gifford, mantan manajer di Smithsonian National Museum of American History, sebagaimana dikutip dari
New York Times.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Diane Arkins, penulis buku bertajuk
Halloween: Romantic Art and Customs of Yesteryear, mengatakan bahwa pada era di mana perilaku sopan dan anggun adalah norma utama, para wanita beramai-ramai ikut berpartisipasi dalam tradisi Halloween tersebut.
"Mereka berharap akan bertemu dengan pasangan impian, mengingat sangat penting untuk menemukan pria yang siap menikah saat itu," ujar Arkins.
Salah satu tradisi yang kerap dilakukan saat itu adalah permainan yang menggunakan banyak buah apel. Pasalnya, apel adalah maskot utama dalam tradisi romantis Halloween.
Misalnya, permainan
Snap Apple yang menantang peserta untuk memakan apel tanpa boleh memegangnya.
Apel akan digantung dengan tali atau pita, dan peserta harus memakannya. Orang pertama yang berhasil melakukannya adalah orang pertama yang akan menikah.
Permainan ini sangat populer pada masanya. Bahkan terkadang Halloween disebut sebagai
Snap Apple Night. Namun ada pula masyarakat lain yang lebih mengenal permainan
Bobbing for Apples.Menurut tradisi, orang pertama yang sukses mengambil sebuah apel dengan mulut dari wadah yang berisi penuh air, diramalkan akan segera mendapatkan cinta sejati.
Sebaliknya, Arkins menuliskan bahwa kegagalan berulang-ulang menandakan bahwa peserta harus segera berpindah hati dari pasangan yang ia sukai.
Tradisi lain yang lebih sederhana adalah memotong kulit apel tanpa terputus. Jika telah terpotong, kulit tersebut harus dilemparkan melewati pundak seseorang. Setelahnya, kulit apel tersebut dikatakan akan menyerupai inisial nama pasangan.
Ada pula tradisi memakan apel di depan cermin untuk melihat wajah dari pasangan. Sembari memakan apel hingga gigitan terakhir, terdapat suatu puisi yang harus dibacakan. Puisi tersebut terdiri dari 14 baris, yang menceritakan perjalanan seseorang menuju masa depan yang cerah.
(vga/vga)