Candi Borobudur, Inspirasi Homestay Desa Wisata Gnonom Urip

adv | CNN Indonesia
Senin, 07 Nov 2016 00:00 WIB
Pada 25 Oktober lalu, Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016 telah mengumumkan pemenangnya di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata.
Jakarta, CNN Indonesia -- Pada 25 Oktober lalu, Sayembara Desain Arsitektur Nusantara 2016 telah mengumumkan pemenangnya di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata. Acara yang diusung oleh Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi Kreatif, dan PT Propan Jata ini menetapkan pemenangnya untuk arsitektur homestay desa wisata di kawasan Borobudur kara Aditya Wiratawa, Rizky Rachmadanti, dan TB Dimas Dianggara Putra yang berjudul Gnomon Urip.

Karya tersebut mengambil ide dari Candi Borobudur, sebuah World Cultural Masterpiece yang sudah resmi tercatat oleh UNESCO. “Borobudur adalah kompleks candi terbesar di dunia. World class tample. Itu sebabnya kami mengambil banyak ide dari sana,” ungkap Aditya Wiratama, Ketua Tim Desain Homestay Destinasi Borobudur, Minggu (4/11).

Ketiganya melakukan eksplorasi di luar kebiasaan arsitek. Biasanya, arsitek lebih mengambil unsur dari gubahan bentuk arsitektur lokal dan hal-hal yang berupa fisik. Namun Adit justru memilih untuk mengambil unsur-unsur yang ada di Borobudur. Adit dan timnya berani memasukkan unsur penggunaan Borobudur dalam ilmu astronomi seperti untuk mengetahui waktu, cuaca, dan sebagainya ke dalam rancangan homestay desa wisatanya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Kami terapkan dengan membuat ‘permainan’ akan waktu dan bermacam lapisan aktivitas. Kami ingin para pengunjung dapat memanfaatkan waktunya untuk beraktivitas dengan baik saat menginap di sekitar Borobudur. Selain itu, kami juga menambahkan beberapa unsur lain, seperti penggunaan punden berundak dan material lokal,” terang Adit.
Candi Borobudur, Inspirasi Homestay Desa Wisata Gnonom Urip
Adit, Rizky, dan Dimas memilih Desa Wanurejo untuk menerapkan konsep ini karena desa tersebut merupakan gerbang untuk menuju Candi Borobudur. “Setiap wisatawan nusantara dan mancanegara pasti lewat Wanurejo saat berwisata ke Borobudur, sangat strategis. Selain itu, desa ini memang sudah tourist friendly. Lingkungannya sudah sangat mendukung karena banyak gelar budaya yang digelar setiap tahun oleh sembilan dusun yang ada di desa ini,” ujar Adit.

Selain lokasi, ketiganya juga mengamati karakteristik bangunan di sekitar Borobudur. Tipologi bangunan semacam komplek perumahan yang dihuni oleh satu keluarga secara turun temurun juga dipelajari. Pengaruh terhadap ilmu pengetahuan pun juga diperhitungkan. Hasilnya berupa Gnomon Urip.

“Borobudur ternyata tidak hanya berfungsi sebagai tempat wisata dan ibadah, tapi juga sarat dengan ilmu pengetahuan. Di sana ada unsur ilmu astronomi di mana terdapat gnomon sebagai penanda waktu. Dan penanda waktu itu kami masukkan ke dalam desain bangunan,” ulas Adit.

Penahapan aktivitas juga menjadi konsep lain yang diusung. Adit dan tim ingin memperkaya pengalaman pengunjung saat menginap di sekitar Borobudur. Kamar pengunjung pun didesain menjadi dua lantai. “Jadi bila ingin beraktivitas seperti makan dan mandi, pengunjung harus turun ke penghuni rumah. Akan ada banyak interaksi dengan sang pemilik rumah. Saat keluar rumah, pengunjung juga bisa beraktivitas di pekarangan rumah keluarga besar dan berinteraksi dengan keluarga besar. Di lapisan berikutnya, pengunjung bisa beraktivitas di dalam desa. Bisa melihat sawah-sawah dan aktivitas warga seperti bertani dan bercocok tanam. Gongnya ya menyaksikan mahakarya world culture, Candi Borobudur,” tukas Adit.

Konsep punden berundak juga diimplementasikan ke dalam bangunan. Punden berundak adalah bentukan bertingkat yang memusat ke tengah. Pada zaman dahulu, punden berundak dijadikan pemujaan roh nenek moyang. Di masa kini, punden berundak digunakan untuk bangunan ibadah seperti di masjid atau Candi Borobudur.

“Ada tiga tingkatan yang kami masukkan ke dalam desain. Tiga tingkatan tersebut diibaratkan seperti fase kehidupan, yaitu saat kita masih di dalam kandungan, ketika kita hidup di dunia, dan ketika kita meninggalkan dunia,” kata Rizky.

Oleh karena itu, bangunan yang dihasilkan penuh makna karena adanya beragam filosofi biarpun bentuknya sederhana. Bentuk bangunannya terlihat sangat simpel. Hanya ada tambahan atap yang dipotong miring. “Fungsinya sebagai penanda masa. Itu penanda bahwa bangunannya dibuat pada masa sekarang dengan menggunakan alat modern,” ucap TB Dimas Dianggara Putra.

Material yang digunakan diambil dari material lokal. Mulai batu andesit, genteng lokal, kayu lokal yang banyak tersedia di sekitar Borobudur dimanfaatkan untuk membangun homestay. “Tenaga kerjanya pun lokal. Penggunaan material tembaga, kuningan di-handle pengrajin sekitar,” ungkap Dimas.

Adit, Dimas, dan Rizky mengharapkan karyanya berjudul Gnomon Urip memberikan banyak manfaat. Di antaranya menambah penghasilan bagi warga sekitar, memperkaya aktivitas, hingga mem-branding dengan sesuatu yang unik dan menarik.

“Kami ingin homestay mudah dapat dikenali oleh siapapun yang melihatnya. Kami juga ingin menunjukkan kepada dunia tentang arsitektur dengan pendekatan kelokalan di Indonesia dan keberagaman serta kekayaan budaya di Indonesia dapat diaplikasian di dunia arsitektur masa sekarang,” tutup Adit.

Menteri Pariwisata, Arief Yahya menghargai ide-ide cerdas anak-anak muda dalam Sayembara Arsitektur Nusantara untuk Homestay Desa Wisata. Kelak homestay desa wisata tersebut akan menjadi dasar dalam membangun rumah wisata di seputar Joglosemar dengan ikon Borobudur itu. “Selamat atas semua ide-idenya. Dari tataran filosofis sampai ke implementatif yang masuk akal untuk dibangun dengan cepat,” ujar Arief Yahya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER