Pat Owers, Si Wanita 'Pencari Kehangatan'

Christina Andhika Setyanti | CNN Indonesia
Kamis, 24 Nov 2016 14:17 WIB
Saat dingin tubuh Pat Owers akan memerah dan penuh bercak. Dia pun melakukan banyak hal untuk menjaga tubuhnya selalu hangat sepanjang tahun.
Pat Owers melakukan semua hal untuk menjaga tubuhnya tetap hangat. (Picjumbo/Viktor Hanacek)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seiring malam yang makin beranjak gelap, cuaca di Essex, London, Inggris, semakin dingin. Sebagian besar warganya akan mengumpat tentang cuaca dan merindukan betapa nikmatnya bulan-bulan dengan siraman cahaya matahari yang hangat.

Namun gerutuan tersebut sekadar ucapan di mulut. Mereka masih bisa menikmati embusan angin dingin yang menerpa kulitnya. Ini mungkin berlaku bagi orang lain, tapi tidak bagi Pat Owers.

Musim dingin adalah musuh besarnya. Bukan soal dia tak bisa pergi ke mana-mana atau bukan karena aktivitasnya terganggu. Namun perempuan pensiunan guru sekolah dasar ini merasakan penderitaan besar saat musim dingin tiba.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perempuan berusia 76 tahun ini memiliki alergi pada cuaca dingin. Kondisi ini dikenal sebagai cold urticaria. Dari semua kasus urticaria, cold urticaria ini punya persentase sekitar satu-tiga persen.

Mengutip Independent, kondisi alergi dingin ini dimulai ketika tubuhnya mengalami reaksi ekstrem dan langka terhadap vaksin tertentu. Ini terjadi ketika dia berusia lima tahun.

Sejak saat itu, kontak apa pun dengan sesuatu yang dingin akan membuat tubuhnya bereaksi. Saat terpapar dingin, tubuhnya akan muncul bercak-bercak merah yang sangat banyak.

"Tahun-tahun awal saya mengalami ini, saya sangat panik," katanya sembari mengenang.

"Begitu terkena dingin, kulit saya langsung gatal-gatal. Setelah itu rasanya tubuh saya seperti diselubungi bubble wrap. Tangan dan kaki akan mati rasa dan gatal. Ini terjadi selama sekitar 30 menit sampai tubuh saya merasa hangat."

Mengingat kembali ke tahun-tahun lalu, Owers mengatakan, dia pernah berharap bisa lebih tahu soal kondisi tubuhnya. Tapi selama 'masa pencarian' dia mengatakan bahwa orang-orang dewasa menyarankan kalau dia harus menerima nasibnya.

Namun ketidaktahuan akan apa yang terjadi di tubuhnya ini sangat memengaruhi kepercayaan diri Owers.

"Alergi ini membuat saya kehilangan waktu sosialisasi. Saya tidak mau terlihat. Anak-anak lain akan mengejek, 'Ah, [penyakit] kamu menular, saya tak mau dekat-dekat,' jadi saya selalu menutup diri."

Ketika ibunya membawa dia ke pantai di musim panas, Owers terpaksa duduk di pinggir pantai dengan tubuh terbungkus coat dan selimut. Sementara saudara lainnya menikmati dinginnya air laut.

"Saya pikir, saya mengerikan dan jelek. Saya selalu merasa bahwa saya tidak terlihat oleh orang lain. Dan saya akan mati muda."

Dia mengungkapkan bahwa karena alergi ini dia pernah nyaris tak berbicara sampai usia 20-an. "Saya tak pernah mengatakan sepatah kata pun. Saya berusaha untuk sembunyi."

Namun kondisinya berubah di usia 25 tahun. Reaksi tubuhnya mulai berkurang dan tak terlalu menyiksa. Bercak dan bentol merah yang bersarang di tubuhnya pun mulai berhenti muncul.

Penyebab alerginya ini pun jadi misteri sampai akhirnya dia mengunjungi seorang neuroscientist saat usianya 30 tahun.

Meski sudah berkurang namun, dia mengatakan kalau dia masih sangat alergi dengan dingin.

"Ketika kaki saya merasa dingin, saya seolah berjalan di atas titian kayu," katanya.

"Saya sangat ketakutan saat bangun tidur dan saya merasa kalau sarang bercak ini akan semakin besar. Semua orang di usia saya juga selalu mengatakan 'saya merasa kedinginan juga,' saat saya berkata dingin. Tapi mereka tak tahu bagaimana rasanya ketika memiliki penyakit ini."

Owers mengatakan bahwa dia selalu dicekam dengan ketakutan dan panik saat dingin muncul. Dia akan melakukan apa saja untuk bisa tetap merasa hangat. "Saya punya botol air panas sepanjang tahun," ucapnya.

"Ini jadi misteri besar untuk saya karena saya tak tahu banyak soal ini. Saya dibesarkan dengan hal ini. Saya kira sudah terbiasa, saya hanya berusaha menjalaninya." (vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER