Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Nepal kembali membuka situs budaya stupa Boudhanath yang sempat rusak akibat gempa bumi yang melanda pada tahun lalu. Selain korban jiwa, bencana alam itu juga membuat rusak objek wisata yang terletak di kawasan Kathmandu ini.
Stupa dengan kubah berlapis emas putih ini merupakan salah satu tempat ziarah penduduk Tibet yang menganut agama Buddha.
Gempa berkekuatan 7,8 skala Richter yang melanda Himalaya pada April 2015 menewaskan lebih dari 9.000 orang, dan membuat retak bangunan stupa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Proses perbaikan stupa ini menelan dana lebih dari US$2,1 juta (sekitar Rp28 miliar), yang digunakan untuk melapisi lagi bangunan stupa dengan 20 kilogram emas murni, seperti yang dikatakan oleh Komite Pembangunan Daerah Boudhanath.
Pembukaan kembali situs budaya ini ditanda dengan berbagai ritual khusus, seperti penyiraman air suci selama tiga hari, pengibaran bendera berwarna-warni perlambang doa, dan penaburan bunga di bangunan stupa, yang dilakukan oleh para biksu.
"Ini adalah saat yang membanggakan bagi kami. Proses perbaikan ini terbilang berhasil, dan menjadi inspirasi untuk kebangkitan kawasan setelah gempa,” kata Perdana Menteri Pushpa Kamal Dahal, seperti yang dikutip dari AFP pada Rabu (23/11).
Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) mengatakan kalau situs budaya ini sudah dibangun sejak abad ke-5. Setelah ditemukan, banyak organisasi Buddha di dunia yang menyumbangkan dana untuk perawatannya.
"Saya ke sini hampir setiap hari dan sangat kecewa saat melihatnya rusak karena gempa. Tapi stupa ini sudah kembali dibuka. Saya sangat senang melihat bangunan ini kembali berdiri dengan tegak," kata Dawa Lama yang datang untuk beribadah.
Stupa megah ini dikunjungi oleh 300.000 wisatawan setiap tahunnya. Namun, jumlah kunjungan itu menurun drastis setelah bencana gempa.
Salah seorang dari pelukis asal Thangka bernama Hom Bahadur Tamang telah membuka lapaknya selama 21 tahun di sana. Ia menuturkan kalau menurunnya kunjungan wisatawan juga memengaruhi hasil pendapatannya.
"Rekonstruksi stupa ini memberikan harapan baru, sehingga kami akan bangkit lagi," kata Tamang.
Walau telah selesai diperbaiki, namun tidak semua bagian stupa bisa kembali seperti semula. Para ahli sejarah berpendapat, kalau butuh waktu bertahun-tahun untuk mendapatkan hasil perbaikan yang sempurna.
Stupa megah Boudhanath memang telah bisa kembali dikunjungi. Ironisnya, saat ini masih banyak penduduk Nepal yang belum memiliki rumah baru setelah gempa terjadi, karena pemerintah belum juga memberikan bantuannya.
(awita ekasari larasati/ard)