Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia memiliki banyak destinasi wisata yang tak kalah menarik dibanding negara lain. Sayangnya, soal akses dan fasilitas, Indonesia masih harus mengejar banyak ketertinggalan. Terlebih dengan target mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara hingga 2019 nanti.
Atas alasan itulah, dalam ajang Kompas 100 CEO Forum di Jakarta pada Kamis (24/11), Presiden Joko Widodo mengingatkan kembali jajaran kementeriannya yang berkaitan dengan pengembangan industri pariwisata, terutama Kementerian Pariwisata (Kemenpar). Jokowi ingin rencana pengembangan 10 Bali Baru dipercepat sehingga mimpi mendatangkan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) ke Tanah Air bisa terwujud.
Presiden Jokowi memberi wejangan tersebut karena merasa kalau pengembangan industri pariwisata—sektor non-migas yang berada dalam urutan ke-empat penyumbang devisa negara, masih belum dapat mengejar pengembangan yang dilakukan oleh negara tetangga di Asia Tenggara, seperti Malaysia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga tahun lalu, jumlah wisman yang datang ke Indonesia sebanyak 10,5 juta orang, sedangkan yang datang ke Malaysia sebanyak 34 juta orang.
"Padahal kita punya kekuatan sangat besar karena di sini ada Bali, Borobudur, Danau Toba, Raja Ampat, Wakatobi, dan Bangka Belitung,” kata Presiden Jokowi dalam pidatonya.
“Kekurangannya, posisi pariwisata Indonesia masih belum jelas. Kemudian diferensiasi dan pembentukan citra yang dilakukan masih belum berjalan dengan baik,” lanjutnya.
Mengenai kampanye Wonderful Indonesia, Presiden Jokowi mengatakan kalau program pemasaran pariwisata itu sudah berjalan dengan baik. Apalagi setelah tertera promosi besar-besaran ruang publik di kota-kota besar seperti Paris, London dan New York.
“Saya sudah bilang kepada Menteri Pariwisata (Arief Yahya) untuk menambah anggaran program pemasaran pariwisata sampai lima kali dari biasanya," ujar Jokowi mengenai Wonderful Indonesia.
Fokus Pemasaran Digital
 Suasana berwisata di Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang masuk dalam daftar 10 Bali Baru. (CNN Indonesia/Galih Gumelar) |
Dihubungi pada Jumat (25/11), Ketua Pokja Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kemenpar, Hiramsyah S. Thaib, mengatakan kalau wejangan itu bukan yang pertama kali diutarakan oleh Presiden Jokowi.
Bahkan saat bertemu langsung dengan jajaran Kemenpar, Presiden Jokowi menyatakan keinginannya menjadikan industri pariwisata sebagai penyumbang devisa negara utama pada tahun depan.
“Setiap tahunnya, industri pariwisata Indonesia tumbuh sebesar 10 persen. Selain wejangan itu, Presiden Jokowi juga sudah sering meminta kami untuk meningkatkan segala pencapaian pengembangan wisata,” kata Hiramsyah kepada
CNNIndonesia.com.
Mengenai alokasi anggaran, Hiramsyah berharap hal tersebut dapat segera terwujud tahun depan, mengingat saat ini anggaran yang diberikan ke Kemenpar baru sebesar Rp3 triliun, yang belum sepenuhnya mencukupi untuk rencana Kemenpar yang ingin melakukan pengembangan industri wisata melalui ranah digital.
“Anggaran saat ini cukup, tapi belum maksimal. Kami merasa kalau saat ini dunia digital sangat efektif untuk pemasaran pariwisata. Semoga alokasi anggaran itu masuk dalam revisi APBN 2017,” ujar Hiramsyah.
“Setelah wisatawan datang, biasanya mereka jadi tertarik untuk berinvestasi. Pemasaran dalam bentuk digital sangat penting, karena pemaparannya lebih luas,” lanjutnya.
Akses dan Fasilitas Wisata Jadi Kendala Utama Kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur, yang masuk dalam daftar 10 Bali Baru. (CNN Indonesia/Silvia Galikano) |
Hiramsyah memahami kalau selain citra, industri pariwisata Indonesia juga masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk membereskan infrastruktur yang ada.
Untuk hal ini, Kemenpar sudah melakukan pembicaraan dengan Kementerian Perhubungan serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat demi memetakan infrastruktur daerah wisata yang perlu dibenahi, seperti bandara dan jalan tol, terutama yang ada dalam daftar 10 Bali Baru.
Ketika ditanya mengapa hanya daerah yang masuk dalam daftar 10 Bali Baru yang menjadi fokus pembenahan, Hiramsyah mengatakan kalau alasan tersebut dilatarbelakangi oleh fakta di lapangan, bahwa dari 10,6 juta wisman yang datang ke Indonesia pada tahun lalu masih tertarik mengunjungi daerah-daerah tersebut.
“Tentu saja ada banyak daerah wisata yang harus dikembangkan. Tapi kami fokus dulu dengan 10 Bali Baru sampai 2019, karena masih terbatas juga dengan sumber daya untuk pengembangannya,” kata dia.
Di sisi lain, Driana Rini Hamdayani, penulis blog perjalanan wisata
simbokvenus.com, menyatakan harapannya agar pemerintah dapat segera mengejar ketertinggalan untuk mengembangkan industri pariwisata Indonesia.
Karena dari pengalamannya, Venus merasakan betul kegetiran saat melihat daerah wisata yang cantik namun tak tersentuh pengembangan.
“Terutama yang berada di kawasan terluar, seperti Indonesia Timur. Keindahannya sudah tak perlu lagi dibicarakan, tapi pengembangannya masih ketinggalan banget!” kata Venus, saat dihubungi oleh
CNNIndonesia.com pada Jumat (25/11).
Belum lagi saat ia mendapatkan kesempatan mengunjungi Sumatera Selatan pada beberapa bulan yang lalu. Selain harus berganti banyak rute kendaraan, jalanan yang dilaluinya pun belum semulus yang ada di kota besar. Ditambah lagi dengan ketiadaan sinyal telepon.
Sampai di objek wisata Danau Ranau pun, fasilitasnya mengecewakan, seperti kurang bersihnya kamar mandi untuk wisatawan yang datang.
“Hal-hal seperti itu mungkin terbilang remeh, tapi sangat berdampak besar bagi wisatawan, terutama wisman,” ujar Driana.
“Jadi selain promosi, pemerintah juga perlu mengecek segala kelayakan layanan suatu daerah wisata, sehingga wisatawan tidak ragu atau kapok untuk datang.”
(les)