Mengupayakan Kehidupan ODHA yang Lebih Baik

Vega Probo | CNN Indonesia
Kamis, 01 Des 2016 10:40 WIB
Ikatan Perempuan Positif Indonesia bermitra dengan banyak pihak agar ODHA mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tanpa stigma dan diskriminasi.
Ikatan Perempuan Positif Indonesia bermitra dengan banyak pihak agar ODHA mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tanpa stigma dan diskriminasi. (ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/ss/nz/14)
Jakarta, CNN Indonesia -- Keberanian untuk membuka status diri dan melebur dalam suatu perkumpulan, membukakan jalan bagi orang dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk memantapkan langkah memasuki dunia yang lebih ramah, jauh dari stigma dan diskriminasi.

Ini diakui Baby Rovina Nasution, yang terinfeksi HIV pada 2003 akibat mengonsumsi narkoba sejak remaja. Daripada berdiam meratapi nasib, ia lebih memilih untuk aktif berkegiatan, dimulai dari menjadi buddy di rumah sakit, melakukan pendampingan bagi sesama ODHA yang membutuhkan bantuan.

Dari situ lah, ia membangun kemitraan dengan banyak pihak, termasuk kalangan medis dan advokasi, sekaligus merintis pendirian Ikatan Perempuan Positif Indonesia (IPPI), pada 2005. Satu dekade berlalu, ia tetap aktif membantu para ODHA dan terdampak HIV, terutama kaum perempuan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Setelah menjabat sebagai Koordinator Nasional IPPI periode tiga, kini pendiri MAP Organization ini kembali memangku jabatan yang sama di periode lima, per September 2016–2020. Selain advokasi yang menjadi fokus utama IPPI selama satu dekade berdiri, dikatakan Baby, juga ada fokus lain.

“Kami di IPPI juga berfokus meningkatkan kapasitas perempuan ODHA maupun perempuan yang terdampak HIV/AIDS [si perempuan negatif HIV/AIDS, tapi suaminya positif HIV/AIDS), serta meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi seksual,” kata Baby kepada CNNIndonesia.com, pada Rabu (30/11).

Setelah satu dekade membuka status sebagai ODHA, membekali diri dengan berbagai pengetahuan, serta membuat jaringan dengan berbagai pihak—dari level kabupaten sampai—diakui Baby, telah banyak keberhasilan yang dicapai bersama segenap anggota IPPI, kini berjumlah sekitar 600 orang.

“Dulu, susah susah sekali mengajak perempuan untuk bertemu padahal sama-sama terinfeksi HIV. Mereka takut membuka diri dengan keluarga dan tetangga, apalagi orang lain,” kata Baby. Ketakutan terbesar adalah perlakuan tidak adil dari masyarakat: stigma dan diskriminasi.

Untuk itu lah Baby dan kawan-kawan mendirikan IPPI. Salah satu kampanyenya  bertujuan memperlihatkan wajah perempuan dengan HIV kepada masyarakat agar jangan sampai mendapatkan stigma dan diskriminasi. Bagaimanapun perempuan dengan HIV juga berhak membina kehidupan, menikah dan memiliki keturunan.

“Tujuan lainnya, supaya tidak ada pihak yang menarik ini ke masalah moral. Bukannya kami tidak punya moral,” kata Baby seraya menegaskan bahwa tidak semua perempuan dengan HIV pernah melakukan hal berisiko. Ada pula perempuan yang tertular HIV dari suami yang mantan pengguna narkoba.

Dengan memperlihatkan wajah perempuan dengan HIV yang baik-baik saja, bisa menjalani kehidupan berumah tangga dengan tenteram, memiliki anak yang negatif terinfeksi HIV, Baby berharap masyarakat tidak lagi menjauhi perempuan dengan HIV, apalagi memberikan stigma dan diskriminasi.

IPPI juga menanamkan keberanian dalam diri perempuan dengan HIV agar terbuka mengenai statusnya kepada pasangan jika ingin menikah. Selain itu, IPPI juga menebarkan pengetahuan kepada perempuan dengan HIV tentang Sexual Reproductive Health and Right.

Ternyata, diakui Baby, banyak aksi kekerasan yang dialami perempuan dengan HIV, dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sampai kekerasan dalam negara seperti sterilisasi paksa. Ini mendorong IPPI untuk menjalin kemitraan dengan berbagai pihak terkait dan melakukan advokasi.

Baby bersyukur, aksi-aksi advokasi yang dilakukan IPPI selama satu dekade belakangan ini berhasil membuat banyak pihak, tak terkecuali Pemerintah,  makin peduli terhadap kehidupan perempuan dengan HIV, juga ODHA. Sedikit demi sedikit, persoalan pun terurai dan teratasi dengan baik.

“Sampai saat ini, kami tidak lagi mendengar kabar soal sterilisasi paksa,” kata Baby. “Ini merupakan keberhasilan yang kami capai.” Kini, IPPI menjalin kemitraan dengan Kementerian Kesehatan RI, untuk memberikan berbagai informasi dan pelayanan, serta perencanaan rumah tangga.”

(vga/vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER