Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah Australia kembali menggelontorkan dana triliunan guna meningkatkan kualitas air dan kehidupan di Karang Penghalang Besar (Great Barrier Reef).
Keputusan tersebut diambil sebagai upaya agar Situs Warisan Dunia itu tidak masuk dalam daftar status ‘terancam’ oleh PBB. Pasalnya, rating negatif untuk Karang Penghalang Besar, akan mempermalukan pemerintah Australia dan merusak industri pariwisata negara tersebut.
Karang Penghalang Besar adalah kumpulan terumbu karang terbesar dunia yang terdiri dari kurang lebih tiga ribu karang dan 900 pulau, yang membentang sepanjang 2.600 km.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Karang ini berlokasi di Laut Koral, lepas pantai Queensland di timur laut Australia.
Dalam laporan pertama yang disampaikan oleh tim ilmuwan UNESCO, pemerintah Australia berjanji akan mengucurkan AU$1,3 miliar atau Rp13 triliun, untuk meningkatkan ekosistem terbesar di dunia tersebut, selama lima tahun mendatang.
Sebelumnya, Juni lalu, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbulla juga sudah menjanjikan dana sebesar AU$ 1 miliar untuk proyek tersebut.
Total, dana yang dikucurkan pemerintah Australia untuk memperbaiki Great Barrier Reef adalah AU$2,3 miliar atau Rp23 Triliun.
Dalam laporan perkembangan proyek, sebagian besar anggaran akan digunakan untuk meningkatkan kualitas air dan kesehatan ekosistem, termasuk program untuk meminimalisir tumpahan bahan kimia dari kawasan pertanian.
UNESCO akan mempelajari perkembangan proyek dan jika tidak puas dengan kinerja pemerintah Australia, maka mereka akan menempatkan kawasan tersebut dalam daftar status "terancam".
"Laporan ini diharapkan akan membuat Australia terhindar dari status terancam oleh UNESCO," kata Josh Frydenberg, Menteri Lingkungan dan Energi Australia, dilansir
Reuters.
Kelompok pecinta lingkungan, yang meyakini bahwa kawasan terumbu karang tersebut membutuhkan dana lebih besar dari yang dijanjikan pemerintah, juga mengecam laporan yang disampaikan hanya beberapa hari setelah dinyatakan terjadinya kerusakan cukup berat.
"Tidak dapat diterima karena pemerintah menyampaikan selamat kepada diri mereka sendiri soal penanganan kesehatan karang tanpa menjanjikan perkembangan yang berarti," kata Shani Tager, aktivitas penyelamat karang dari Greenpeace Australia.
Awal minggu ini, para ilmuwan Australia mengatakan bahwa dua pertiga dari 700km karang yang membentang di sepanjang Karang Penghalang Besar, sudah mati sejak sembilan bulan lalu, dan tercatat sebagai yang terburuk dalam Situs Warisan Dunia.
Penemuan tersebut merupakan pukulan terhadap industri pariwisata Australia. Menurut laporan Deloitte Acces Economics pada 2013, Great Barrier Reef mendatangkan pemasukan bagi Australia sebesar US$3,9 miliar (Rp52,6 triliun) pertahun.
(les)