Jakarta, CNN Indonesia -- UNICEF, organisasi internasional di bawah naungan PBB yang memberikan bantuan kemanusiaan khususnya kepada anak-anak, menyatakan hampir 2,2 juta anak di Yaman mengalami kasus kelaparan akut.
Mereka adalah korban runtuhnya sistem kesehatan akibat konflik berkepanjangan yang terjadi di negara tersebut, selama dua tahun terakhir.
Sebagaimana dilansir AFP, setidaknya 462 ribu anak menderita kekurangan gizi. Penyebabnya, pasokan makanan terhambat gara-gara perang antara pemerintah yang didukung oleh Arab Saudi dengan pemberontak Syiah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kasus kelaparan di Provinsi Saada, basis pemberontak di utara Yaman, disebut tertinggi di dunia, di mana delapan dari sepuluh anak menderita gangguan kesehatan tersebut.
"Kasus gizi buruk di Yaman adalah yang tertinggi dalam sejarah dan masih terus meningkat," kata Meritxell Relano, perwakilan UNICEF untuk Yaman.
"Kondisi kesehatan anak-anak di negara termiskin di Timur Tengah tidak pernah sekacau seperti saat ini," lanjutnya.
Setidaknya satu anak meninggal setiap 10 menit di Yaman akibat kelaparan dan kekurangan gizi. Apalagi juga diperparah gangguan pencernaan (diare) dan pernapasan, yang kerap menyertai kondisi kurang gizi.
"Penyakit seperti kolera dan campak telah menyebar, sementara hanya sedikit fasilitas kesehatan yang berfungsi. Wabah tersebut dengan cepat memperburuk kondisi anak-anak," kata Relano.
Tahun ini, UNICEF memberikan perawatan kepada 215 ribu anak yang menderita gizi buruk akut dan menyediakan suplemen vitamin kepada lebih dari empat juta anak di bawah lima tahun.
Namun operasi bantuan tersebut masih terhalang ketersediaan dana dan keterbatasan akses ke daerah konflik.
"Kami meminta pihak yang berkonflik memberikan akses tanpa hambatan kepada anak-anak di seluruh penjuru negeri, sehingga kami dapat memberikan pasokan nutrisi, menolong anak yang menderita kelaparan dan gizi buruk, serta mendukung pelayanan kesehatan Yaman," kata Relano.
Salah satu pasien yang menderita kelaparan akut di Yaman adalah gadis bernama Saida Ahmad Baghili. Di usia muda, 18 tahun, seharusnya ia sehat dan ceria. Tapi ia justru terbaring lemah di rumah sakit.
Sebagaimana dilansir
Reuters, kondisi Baghili tergolong mengenaskan. Tubuhnya kurus kerontang tinggal tulang berbalut kulit. Matanya menerawang, dan seluruh baju yang dikenakannya kebesaran.
Saking kurusnya, ia hanya mampu berbaring di kasur rumah sakit, tidak mampu menelan makan maupun minuman, dari jus, susu atau teh. Ia tiba di rumah sakit al-Thawra di Hugaydah dengan kondisi mengenaskan seperti itu, pada Oktober 2016.
Setelah mendapatkan perawatan intensif dari rumah sakit yang masih bertahan di Yaman, pada November 2016, senyum mulai merona di wajah Baghili. Tubuhnya perlahan-lahan mulai dapat menerima makanan dan bobotnya mulai naik gram demi gram.
Baghili juga mulai dapat bisa berdiri dan berjalan. Pada awal Desember lalu, ia diperbolehkan pulang untuk bertemu ayahnya.
(vga/vga)