Jakarta, CNN Indonesia -- Bila sebagian besar ayah selalu mengusahakan perayaan mewah dan spesial untuk pesta pernikahan putrinya, tidak demikian halnya dengan pengusaha asal India, Ajay Munot.
Alih-alih membahagiakan putrinya sendiri, Shreya, di hari pernikahannya, pengusaha kaya di Maharashtra, India itu justru menjadi ‘Sinterklas’ bagi masyarakat miskin di sana.
Munot memilih menghadiahi putrinya dengan membangunkan 90 rumah tinggal bagi orang miskin India, bukan resepsi pernikahan di gedung megah, seperti dilaporkan
Oddity Central.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Semula Munot ingin menghabiskan uang sebesar US$115 ribu atau sekitar Rp2 miliar untuk pernikahan Shreya. Tapi setelah berkonsultasi dengan politikus lokal, ia memutuskan menghabiskan uang tersebut dengan cara yang lebih mulia.
Munot merasa, penyediaan makanan, busana pernikahan hingga pemesanan kamar hotel untuk tamu adalah hal yang tidak perlu. Semua uang untuk itu bisa dialihkan sebagai donasi untuk penduduk miskin yang jauh lebih membutuhkan.
Ia berpikir, menyedikan hunian bagi penduduk kawasan kumuh di sekitar lingkungan tinggalnya adalah ide terbaik. Menjelang hari pernikahan putrinya, Munot pun membangun 108 rumah di tanah seluas hampir satu hektare.
Tapi sayangnya, hingga hari H pernikahan, ia hanya bisa membangun 90 rumah. Seperti Bandung Bondowoso yang tak bisa menyanggupi membangun 1.000 candi dalam semalam untuk Loro Jonggrang. Itu bagaikan cerita Jawa di balik kisah Candi Prambanan.
Sebanyak 90 rumah yang telah dibangun Munot pun dibagikan ke masyarakat. Ia dan istrinya sendiri yang menyeleksi siapa-siapa saja yang berhak menerima hadiah itu.
Munot memberi kriteria, orang yang boleh menempati rumahnya dengan gratis adalah mereka yang benar-benar miskin, tinggal di lingkungan kumuh dan tidak kecanduan dengan alkohol, narkoba atau pun berjudi.
Masyarakat miskin India yang beruntung itu tak hanya mendapatkan tempat tinggal layak. Mereka juga mendapat akses listrik dan air bersih. Melihat kemuliaan hati ayahnya, Shreya tetap senang meski hari istimewanya tak dirayakan secara besar-besaran.
"Saya sangat senang dengan keputusan tersebut dan menganggapnya sebagai hadiah terbesar untuk pernikahan saya," katanya.
Dalam 90 rumah yang masing-masingnya berukuran 3,6 x 6 meter itu turut terdapat dua jendela dan dua pintu yang dicat dengan warna merah dan putih.
Munot berharap, ke depan ada orang lain yang dapat melakukan hal yang mirip dengan caranya membuat ‘pesta pernikahan’ untuk putrinya.
"Ini merupakan babak baru dalam sejarah, saya harap konsep itu dapat diikuti masyarakat lainnya. Ada hak orang lain dari apa yang kita punya sekarang," ujarnya dengan bijak.
(rsa)