Bangunan di Bali Diminta Tak Lupakan Jati Diri

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Senin, 19 Des 2016 11:34 WIB
Wakil Gubernur Bali meminta agar bangunan di kawasannya tetap mempertahankan filosofi Tri Hita Karana, demi keharmonisan hidup di tengah modernisasi.
Ilustrasi. Suasana salah satu desa di Bali. (Thinkstock/Haystudent)
Jakarta, CNN Indonesia -- Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta mengingatkan para arsitek agar memperhatikan filosofi Tri Hita Karana, atau tiga konsep keharmonisan, di tengah pesatnya perkembangan arsitektur di kawasan wisata nomor satu di Indonesia ini.

"Saat ini Bali sebagai tujuan wisata internasional sangat membutuhkan konsep pembangunan yang komprehensif, baik menyangkut mobilitas dan utilitas, sehingga sangat penting jika arsitektur bangunan di Bali senantiasa mampu menunjang kegiatan pariwisata," kata Sudikerta pada acara Penganugerahaan Penghargaan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Bali Award 2016, di Denpasar, Minggu (18/12), seperti yang dikutip dari Antara.

Menurut dia, IAI Bali memegang peranan penting dalam menyiapkan infrastruktur yang memadai, namun diingatkan agar pembangunan Bali harus tetap memandang filosofi Tri Hita Karana yang menjadi dasar dalam mewujudkan keharmonisan hidup di Bali.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pihaknya sangat mengharapkan agar IAI tetap memperhatikan hal tersebut dalam menciptakan karya-karya arsitekturnya, sehingga akhirnya memberikan manfaat bagi peningkatan kesejahteraan secara menyeluruh.

"IAI Bali Award ini harus tetap dilaksanakan dalam upaya memacu para arsitektur Bali untuk mampu menciptakan karya-karya baru yang inovatif tanpa melupakan adat dan budaya Bali, dan saya sangat mengapresiasi penghargaan ini," ujar Sudikerta.

Sementara itu, Ketua IAI Bali I Kadek Prananjaya mengatakan pemberian penghargaan kepada karya, para arsitek dan komunitas arsitektur merupakan tradisi dalam organisasi profesi arsitek dimanapun, termasuk Ikatan Arsitek Indonesia (IAI).

Tujuan dari pelaksanaan kegiatan tersebut adalah untuk dapat mendokumentasikan dan memberi penghargaan kepada arsitek terbaik IAI yang telah berkarya untuk perkembangan arsitektur di Bali.

Penyelenggaraan IAI Bali Award 2016 juga sebagai suatu upaya pengayaan dan penajaman dalam bidang arsitektur untuk merangsang penciptaan karya, program dan media arsitektur oleh anggota IAI.

"Dengan demikian, dapat memberikan motivasi dan ide-ide kreatif untuk generasi penerusnya agar menghasilkan karya arsitektur terbaik dan beretika," ujar Prananjaya.

Dalam acara tersebut ada sembilan kategori penghargaan yakni hunian, akomodasi pariwisata, bangunan komersial, perkantoran, bangunan ibadah, bangunan pelayanan kesehatan, bangunan pendidikan, bangunan konservasi, dan kategori gedung campuran.

Bukan sekedar bangunan yang dijadikan tempat berteduh, rumah adat Bali memang memiliki banyak filosofi, mulai dari gerbang masuk sampai penataan letak ruangannya.

Dikutip dari penjelasan di situs rumah-adat.com, rumah adatnya dibangun berdasarkan aturan Asta Kosala Kosali yang berasal dari kitab suci Weda.

Secara singkat, filosofi yang terdapat dalam Asta Kosala Kosali yaitu terbangunnya keselarasan antara tiga aspek atau Tri Hita Karana; pawongan (manusia atau pemilik rumah), palemahan (lokasi atau lingkungan di mana rumah itu dibangun) dan parahyangan (spiritual).

Asta Kosala Kosali juga menjadi patokan utama sudut dan arah bangunan di dalam rumah adat Bali.

Sudut utara dan timur adalah area suci atau area baik sehingga pura diletakkan pada sudut ini, sedangkan sudut selatan dan barat dianggap lebih rendah atau area buruk sehingga posisi dapur diletakkan pada sudut ini.

(ard)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER