Sang Editor Mode Kontroversial itu Telah Pergi

Fandi Stuerz & Lesthia Kertopati | CNN Indonesia
Jumat, 23 Des 2016 12:01 WIB
Franca Sozzani, editor-in-chief Vogue Italia, mungkin tidak seterkenal Anna Wintour. Namun dia meninggalkan warisan tak terganti di dunia mode Italia.
Franca Sozzani, editor-in-chief Vogue Italia, tutup usia setelah berjuang melawan penyakit kronis selama satu tahun. (REUTERS/Max Rossi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Berita duka datang dari dunia mode internasional. Pemimpin Redaksi majalah Vogue Italia Franca Sozzani meninggal di usia 66 tahun, pada Rabu (21/12, sakit kronis yang telah dideritanya selama hampir satu tahun.

Berita kepergian Sozzani langsung menyedot perhatian dan simpati para pecinta fesyen dunia. Dalam sebuah momen langka, Anna Wintour, pemimpin redaksi Vogue Amerika, menulis di laman Vogue.com, menjelaskan bagaimana persahabatannya dengan Sozzani terjalin dan bertahan selama hampir 30 tahun. Wintour dan Sozzani memulai karier mereka sebagai nahkoda Vogue di bulan yang sama pada 1988.

“Franca adalah pekerja paling keras yang saya kenal dan saya iri dengan kemampuannya bekerja multitasking,” tulis Wintour.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya koleganya di media mode, desainer pun ikut berduka. Desainer Marc Jacobs juga menuangkan dukanya melalui Twitter. Dia mencuit, “Kontribusi besarnya di dunia mode akan sangat dirindukan.”

Franca, yang mengawali kariernya di Vogue Bambini pada 1976, berjasa membawa Vogue Italia ke dalam peta media fesyen dunia.

Foto-foto editorial yang berani dan sering kali kontroversial serta terbitan tematis yang tidak umum seperti Black Issue, pada 2008, di mana seluruh model yang difoto berkulit hitam. Edisi tersebut bahkan harus tiga kali dicetak.

Tidak hanya itu, edisi yang muncul tiga tahun berikutnya, tentang wanita bertubuh plus, ikut jadi buah bibir.

Sozzani menunjukkan bahwa mode bukan hanya milik model dan para bintang layar lebar. Dia juga merupakan tokoh media fesyen pertama yang merangkul para bintang reality show, dengan meminta Kim Kardashian menjadi sampul L’Uomo Vogue pada 2012. Dua tahun kemudian, Vogue Amerika mengikuti jejaknya.

Sozzani menyadari bahwa bahasa bisa menjadi kendala untuk meningkatkan jumlah pembaca. Sebagai gantinya, dia menggunakan imaji yang berkonsep kuat dan kadang kontroversial. Dia juga dengan cermat menghubungkan fesyen dengan isu-isu sosial. Padahal pilihannya itu bisa membuat dia dipecat dari Vogue.

“Fesyen bukan melulu tentang busana,” kata Sozzani. “Itu adalah tentang kehidupan.”

Oleh karenanya, Sozzani kerap mengangkat tema-tema yang tidak biasa ada di majalah mode seperti, kekerasan dalam rumah tangga, tumpahan minyak di laut lepas, sisi buruk operasi plastik, nudisme, juga topik sensitif mengenai anoreksia serta rasisme di dunia fesyen.

[Gambas:Instagram]

Keberaniannya menyentuh sisi lain dunia mode disetujui banyak pembaca. Imbasnya, Vogue Italia di bawah arahan Sozzani menjadi barang koleksi bagi para pencinta fesyen, meskipun bahasa yang dipakai bukanlah bahasa Inggris.

Pengaruh Sozzani pun tak hanya berhenti di dunia fesyen Italia, tapi juga di ranah seni. Bersama saudara kembarnya, Carla Sozzani, mereka mendirikan butik artistik 10 Corso Como.

Dari sisi personal, kontras dengan karyanya yang kontroversial, Sozzani dikenal sebagai pribadi yang hangat dan murah senyum. Gaya busananya memang tak secanggih Wintour maupun Anna Dello Russo, tapi punya ciri sendiri.

Rok lebar ala '50-an, kemeja putih dan anting berlian adalah gaya yang kerap dia tampilkan, lengkap dengan rambut ikal pirang panjang.

Sebelum tutup usia, dua pekan yang lalu Sozzani dianugerahi Swarovski Award for Positive Change di London Fashion Award.

Dengan masih mengenakan selang oksigen, Sozzani menerima penghargaan dan menyampaikan pesan bahwa setiap orang "harus menjadikan risiko yang Anda hadapi menjadi sebuah perubahan dalam hidup."

Demi mengenang karya dan semangat Sozzani dalam mengembangkan fesyen, film dokumenter tentangnya yang bertajuk Franca: Chaos and Creation, akan dirilis pada awal 2017 mendatang.

Film yang dibuat oleh putra semata wayangnya, Francesco Carrozini, merupakan sebuah karya yang sekaligus menjadi pengingat bahwa fesyen adalah tentang kehidupan dan bisa membuat perubahan.

Dalam wawancaranya dengan Observer, pada November lalu, Sozzani pernah mengungkapkan inspirasi di balik karya-karya kontroversial yang dia kerjakan. Rahasia Sozzani adalah refleksi masa kini.

“Bukannya saya tidak pernah berpikir tentang masa lalu, tapi itu hanya membuang-buang waktu,” katanya. “Jika kamu terjebak di masa lalu, atau berpegang pada masa itu, kreativitas kamu akan berhenti di situ, karena kamu tidak memberi kesempatan bagi diri untuk berkembang.”

(vga)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER