Jakarta, CNN Indonesia -- Keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa membuat banyak investor khawatir akan masa depan politik dan ekonomi negara itu.
Kondisi ini membuat nilai tukar mata uang pound sterling mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat, bahkan disebut yang terburuk semenjak krisis ekonomi pada 2008.
Salah satu yang terkena dampaknya ialah wisatawan asal Inggris yang gemar melakukan perjalanan ke luar negeri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dilansir dari
Travelers Today pada Senin (30/1), melemahnya nilai tukar mata uang pound sterling membuat kegiatan tersebut menjadi lebih mahal.
Selain perjalanan wisata menjadi lebih mahal, wisatawan Inggris juga dikhawatirkan akan kehilangan hak istimewanya, seperti peraturan bebas visa saat bertandang ke sesama negara tetangga Eropa.
Pengamat industri pariwisata dari FairFX Travel Money Expert, Ian Strafford-Taylor, menyarankan agar wisatawan Inggris menukar pound sterling-nya di bank resmi daripada melalui pusat penukaran mata uang di bandara, untuk menghindari kekecewaan nilai tukar yang didapatkan.
Namun, melemahnya pound sterling memberi keuntungan bagi wisatawan dari negara lain, seperti Jepang dan Indonesia, untuk berkunjung ke Inggris, karena segala sesuatunya menjadi lebih murah.
Dilansir dari
The Independent, hingga akhir tahun lalu tercatat peningkatan jumlah pengeluaran wisatawan asal kedua negara di Asia itu saat berkunjung ke Inggris, masing-masing sebanyak 96 persen dan 88 persen.
Masih dikatakan pengamat, kondisi ini seharusnya dimanfaatkan oleh pelaku usaha industri pariwisata di Inggris untuk mendulang keuntungan lebih banyak.
Jadi, apabila ingin merasakan suasana romantis di pinggir Sungai Thames, tahun ini sepertinya menjadi tahun yang tepat untuk berkunjung ke Inggris.
(ard)