Tak Cuma Promosi, Festival Perbatasan Wajib Hasilkan Devisa

Hizkia Darmayana | CNN Indonesia
Senin, 30 Jan 2017 11:40 WIB
Pengamat pariwisata menilai kalau festival perbatasan baru sekedar menjadi wadah promosi, belum menjadi wadah untuk mendatangkan devisa bagi negara.
Ilustrasi. (CNN Indonesia/Andry Novelino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Upaya pemerintah untuk meningkatkan jumlah kedatangan wisatawan dari daerah perbatasan terus dilakukan. Tahun ini, pemerintah berencana menggelar 80 festival perbatasan untuk mengundang kedatangan mereka.

Sejumlah rangkaian acara bakal mewarnai festival perbatasan di daerah Batam, Bintan, Kalimantan Barat dan Nusa Tenggara Timur dan Papua, mulai dari pertunjukkan musik dangdut, turnamen golf, sampai lomba pacuan kuda.


Dengan percaya diri, pemerintah pun menargetkan daerah perbatasan dikunjungi wisatawan hingga mencapai 3 juta wisatawan. Target tersebut merupakan peningkatan dari realisasi tahun lalu yang mencapai 2 juta wisatawan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pemerintah memang optimis terhadap keberhasilan festival tahun ini. Sebab di tahun yang lalu, dari satu festival yang mengandalkan pertunjukan dangdut saja, pemerintah sudah berhasil mendatangkan ribuan orang.

Seperti halnya festival di lapangan Terminal Besar Sajiangan, Sambas, Kalimantan Barat pada pertengahan tahun lalu, yang berhasil mendatangkan lebih dari 5.000 wisatawan asal Malaysia.

Namun, apakah festival perbatasan bisa mendongkrak pengembangan dan kualitas promosi pariwisata Indonesia, khususnya daerah perbatasan?


“Pemerintah sejatinya jangan hanya mengandalkan festival saja untuk meningkatkan kualitas wisata perbatasan. Karena bila begitu, wisatawan hanya ke Indonesia bila ada festival,” kata pengamat pariwisata Fahrurozy Darmawan, saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com pada Jumat (27/1).

Menurut Fahrurozy, pengembangan dan kualitas pariwisata akan meningkat apabila di daerah-daerah perbatasan juga dibangun tempat penginapan (homestay), yang akan membuat wisatawan datang ke daerah perbatasan sesering mungkin, dan bukan hanya sekedar ketika ada festival.

“Festival-festival itu sebaiknya hanya dijadikan sarana pemasaran atau pemancing saja, bukan andalan utama,” ujar Fahrurozy.

Pemerintah sendiri memang sudah merencanakan pembangunan 100.000 unit homestay yang akan dimulai tahun ini. Ratusan ribu unit homestay itu diharapkan menyokong wisata perbatasan.

Disamping homestay, pengembangan usaha kecil menengah di daerah wisata perbatasan juga harus menjadi prioritas. Sebab dengan begitu wisatawan juga akan punya banyak pilihan untuk memanjakan diri. Dan yang lebih penting, perekonomian lokal akan berkembang pesat.

Selain itu, tujuan utama pariwisata yakni mendulang devisa juga harus tetap menjadi orientasi utama dalam mengembangkan wisata perbatasan. Apabila hanya mengandalkan festival saja, tentu hal itu sulit menarik wisatawan lebih banyak lagi ke perbatasan.

“Bila andalkan festival saja, maka hanya wisatawan yang suka dangdut atau turnamen tertentu saja yang datang. Apakah ini bisa mendongkrak devisa?” kata pakar pariwisata Rocky Praputranto, saat dihubungi oleh CNNIndonesia.com di hari yang sama.


Faktanya, total jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia di tahun 2016 itu sebanyak 12 juta orang. Jumlah kunjungan itu berhasil mendongkrak devisa sektor pariwisata pada tahun lalu menjadi Rp 184 triliun.

Namun, dari total kunjungan tersebut, kontribusi dari wisatawan perbatasan hanya mencapai 2 juta orang. Tentu untuk mendongkrak kontribusi wisatawan perbatasan, hanya mengandalkan festival bukanlah jawaban. 

(ard)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER