Jakarta, CNN Indonesia -- Perkembangan industri membuat wajah Korea Selatan (Korsel) pelan-pelan berubah. Tak hanya positif, perkembangan itu terkadang membawa dampak yang negatif.
Diungkapkan Director Tourism Business Division Seoul City, Je Seong Oh, penduduk Korsel—terutama ibu kotanya, Seoul, bereaksi sangat cepat terhadap globalisasi.
“Kami merasa kalau penduduk di sini sangat terbuka menyambut segala sesuatu yang berasal dari luar, terutama kedatangan wisatawan asing,” kata Seong Oh saat bertemu dengan sejumlah media dari Indonesia pada beberapa bulan yang lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski pembangunan terjadi di setiap sudut kota, namun ada beberapa kawasan yang tetap dijaga kelestariannya oleh pemerintah.
Salah satunya adalah kawasan Bukchon Hanok Village. Di kawasan yang bisa didatangi wisatawan ini, banyak ditemui tanda larangan menimbulkan kegaduhan. Jadi bila ada wisatawan melanggar aturan, maka pemerintah akan menindaknya dengan memberlakukan hukum Korsel.
Pengawasannya sendiri, kata Seong Oh, dilakukan polisi wisata yang berjaga di sekitar kawasan.
"Pada dasarnya, setiap wisatawan yang tidak taat hukum akan diperlakukan dengan hukum yang sama seperti penduduk negara," ujarnya.
Dia menambahkan, "Ada tempat-tempat dengan penerapan aturan wisatawan di Myeongdong dan Dongdaemun demi ketentraman publik. Selain itu, ada sekitar 100 kebijakan bagi para wisatawan, sebagai usaha mengurangi tindak kriminalitas.”
Sementara, jika wisatawan mengalami keluhan, pemerintah menyediakan Tourist Complaint Center.
“Wisatawan dapat mengirimkan keluhan tentang pelayanan baik itu dalam aktivitas, transportasi dan akomodasi yang akan ditindaklanjuti secara adil," katanya.
Agar wisatawan semakin nyaman, pemerintah juga menggelar kampanye seperti ‘A Smile Campaign' dan ‘Tourist Welcoming Week'.
Hampir sama dengan Jepang, kesibukan juga terjadi setiap hari di Seoul. Penduduknya melangkah dan berkendara dengan cepat untuk mengejar waktu. Bagi pendatang yang belum terbiasa, pasti akan selalu merasa terburu-buru.
"Kami pun mencoba untuk mencari solusi terbaik bagi kedua belah pihak dengan menetapkan beberapa kawasan sebagai zona wisata, sehingga wisatawan bisa tetap nyaman berkeliling tanpa merasa diburu waktu,” pungkasnya.
(ard)