Jakarta, CNN Indonesia -- Saat datang ke suatu negara untuk berwisata, terkadang objek wisata sejarah lebih banyak ditemui di luar pusat kotanya. Namun tidak dengan Seoul, karena di ibu kota Korea Selatan itu, objek wisata sejarah masih banyak yang layak untuk dikunjungi.
Salah satunya objek wisata istana kerajaan. Di antara gedung-gedung pencakar langit, kelestarian bangunan kuno itu terbilang terjaga dengan baik. Wisatawan pun terlihat ramai berdatangan.
Fakta tersebut menunjukkan kalau wisata sejarah sama populernya dengan wisata belanja di Seoul, seperti yang disampaikan oleh Director Tourism Business Division Seoul City, Je Seong Oh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Wisata budaya atau sejarah juga menjadi salah satu yang paling digemari, diikuti dengan wisata panorama kota dan wisata belanja," ujar Je Seong saat ditemui beberapa waktu lalu di Seoul.
Potensi wisata sejarah membuat pemerintahan kerap melakukan renovasi agar bangunan-bangunan bersejarahnya tetap terjaga dengan baik.
Seong Oh pun lantas mengemukakan cara menjaga bangunan tersebut agar tetap kokoh.
"Semua istana di Seoul sudah lebih dari 600 tahun. Agar tetap kokoh, kayu pohon yang digunakan untuk membangun direndam dalam air yang dicampur garam selama dua sampai tiga tahun," katanya.
Seperti yang diketahui, di Seoul terdapat lima istana kerajaan yang merupakan peninggalan dinasti Dinasti Joseon (1392-1910). Saat itu, Seoul lebih di kenal dengan sebutan ‘Hanyang’.
Gyeongbokgung Palace merupakan istana kerajaan utama pada masa Dinasti Joseon. Dibangun pada sekitar tahun 1395, Gyeongbokgung berada di utara Seoul. Bangunan itu merupakan istana terbesar dari lima istana yang dibangun oleh Dinasti Joseon dan dibangun pada 1394.
 Taman di Istana Gyeongbokgung, Seoul. (Foto: CNN Indonesia/Agniya Khoiri) |
Istana Gyeongbokgung merupakan sebuah kompleks luas yang terdiri dari 330 bangunan dengan total 5.792 ruangan. Namun banyak dari bangunan ini dihancurkan selama masa penjajahan Jepang, yaitu antara tahun 1910-1945. Dan sejak 1989 pemerintah Korea membangun kembali bangunan-bangunan yang telah hancur.
Changdeokgung Palace adalah istana kerajaan ke-dua yang dibangun oleh Dinasti Joseon setelah Gyeongbokgung. Istana itu dibangun pada 1395 dan berada di dalam area taman luas di Jongno-gu, Seoul; arah sebelah timur istana utama Gyeongbokbung. Istana itu disebut juga 'East Palace' atau Istana Timur.
Seperti empat istana lainnya, Istana Changdeokgung juga rusak berat selama pendudukan Korea oleh Jepang. Tiga Istana lainnya yakni Changgyeonggung Palace, Deoksugung dan Gyeonghuigung Palace.
"Ada batas-batas dan penanda agar pengunjung tidak menyentuh atau merusaknya. Pengunjung pun hanya boleh melihat-lihatnya saja, akan ada banyak penjaga yang mengawasi," tuturnya.
Tak hanya menjaga bangunan istana menjadi sejarah, pihak pemerintahan kota Seoul pun turut menjaga lingkungan pedesaan tempat penduduk tinggal.
Bangunan rumah penduduk itu berada di Bukchon Hanok Village, yang mana masih banyak penduduknya yang tinggal di sana.
Jalanan yang menanjak, dengan barisan rumah-rumah kuno, menjadi panorama asri yang tak boleh dilewatkan. Selain bangunan rumah kuno, kawasan ini pun turut menyajikan toko-toko aksesori tradisional termasuk pakaian tradisional khas Korsel yakni Hanbok.
Hanok sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk rumah tradisional Korea. Sedangkan Bukchon adalah nama desa tempat hanok-hanok ini berdiri, tepatnya berada di sebelah utara kota Seoul.
Kawasan itu pun turut menjadi salah satu yang ditawarkan dalam pariwisata kota Seoul. Dengan keindahan dari atas pedesaan yang dapat terlihat langsung panorama gedung-gedung perkotaan dengan arsitektur modern.
Meski demikian, masih banyaknya penduduk yang tinggal di sana, maka akan banyak pula ditemui kendaraan penduduk yang lalu lalang. Ditambah, papan peringatan agar tidak membuat kegaduhan dan berfoto di area tertentu pun akan banyak ditemui.
Desa ini terletak di antara Istana Gyeongbokgung, Istana Changdeokgung dan Jongmyo Shrine. Desa ini membawa pada suasana Dinasti Joseon yang selama pemerintahannya memiliki dua desa yakni di sebelah utara dan selatan.
Desa di sebelah selatan terdiri dari rumah-rumah untuk pegawai kelas menengah ke bawah.Sebaliknya yang berada di utara yang kemudian disebut Bukchon dibangun untuk pejabat tingkat atas. Sementara, demi menjaga keseimbangan antara budaya modern dan tradisionalnya sendiri, pemerintah kota Seoul menyampaikan bahwa itu dibagi berdasarkan kawasannya.
Di Seoul, untuk menemukan kawasan modern ada di Chyeongyechoen, Floating Island, Yeouido, Gangnam, COEX, dan Teheran-ro. Tradisionalnya sendiri, dapat ditemukan tradisi di Gwanghwamun, Insadong, Bukchon, Seochon, dan Ikseon-dong.